Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
PESONAMU MENJERATKU, TUAN CLEON!

PESONAMU MENJERATKU, TUAN CLEON!

lyns_marlyn

5.0
Komentar
1.2K
Penayangan
115
Bab

Pertemuan yang tanpa disengaja antara Melodi Celena Wijaya, gadis muda 21 tahun dengan Cleon Helios Lewis 30 tahun, pria berhati dingin pewaris tunggal perusahaan besar telah membuat apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. "Jangan mendekat! Cleon! Stop!" teriak Melodi ketakutan, gadis berlesung pipi wajah oriental menatap tajam pria blasteran yang terus berjalan mendekatinya. "Kenapa? Aku kekasihmu! Apa aku salah jika ingin menyentuhmu?!" "Mimpi! Kamu bukan kekasihku! Kamu, pria gila yang hanya menginginkan tubuhku! Pergi! Jangan menyentuhku!" teriak Melodi. Jarak, ruang dan waktu. Amarah, benci dan cinta. Alunan simphoni kehidupan yang terlantun indah dalam mengiringi alur hidup setiap insan dimuka bumi ini. Bagai bulan dan matahari, Bagai siang dan malam, Perbedaan yang menyatukan, bagai simponi indah dalam ikatan yang mewarnai setiap insan di dunia ini menjadi selaras, seiya dan sekata.

Bab 1 GADIS IMUT DILAMPU MERAH

Jalan raya yang berdebu serta kemacetan yang hakiki tidak menghalangi Melodi Celena Wijaya untuk terus melajukan sepeda motor merah matic kesayangannya membelah jalan raya yang penuh dengan hiruk pikuk kendaraan saling berebut mendahului.

"Sialan! Macet lagi!" gumam Melodi dari balik helmnya. "Gue bisa terlambat datang ke acara ulang tahun si Lastri kalau begini caranya."

Melodi menghentikan sepeda motornya ketika tepat berada di bawah lampu merah. "Apes bener hidup gue, tadi macet sekarang lampu merah."

Dengan menghela napas panjang, Melodi duduk dengan penuh kesabaran di atas sepeda motor merah matic kesayangannya, menunggu lampu merah berganti hijau.

"Lama banget nih lampu," gerutu Melodi lantas melihat ke sekelilingnya, nampak beberapa kendaraan sepeda motor dan juga beberapa mobil di belakangnya.

Terhalang beberapa kendaraan beroda dua dari sepeda motor Melodi, pemilik sebuah mobil Fortuner hitam nampak duduk di belakang sedang memperhatikan Melodi.

"Tuan Cleon," panggil Mang Sugeng, sopir pribadinya melihat Bos besarnya sedang anteng melihat ke luar dari balik kaca mata hitamnya.

"Apa?"

"Kita akan ke mana? Tadi Tuan bilang tidak mau ke kantor," jawab Mang Sugeng.

"Entahlah," jawab Cleon malas.

Kening Mang Sugeng mengernyit mendengar jawaban Tuannya. "Lalu kita ke mana Tuan?"

"Terserah," jawab Cleon dengan pandangan tetap melihat ke arah Melodi yang sedang asik duduk di atas sepeda motornya.

"Kita pulang saja, bagaimana Tuan?" Mang Sugeng memberikan usul.

"Jangan!" Cleon langsung melihat sopirnya dari kaca spion dalam.

"Atau kita berkeliling saja, bagaimana Tuan? Mengukur jalan raya."

"Boleh, terserah!" Cleon kembali melihat ke arah Melodi, tapi gadis itu telah pergi dengan sepeda motornya. "Ke mana gadis imut itu?"

"Apa Tuan?" tanya Mang Sugeng menghidupkan kembali mesin mobilnya karena lampu rambu lalu lintas telah berganti hijau.

"Gadis imut?! Mana?" Cleon melihat ke depan, tapi Melodi telah hilang ditelan kendaraan lain.

Melodi segera melajukan sepeda motornya membelah jalan raya berharap tidak datang terlambat ke acara pesta ulang tahun temannya di sebuah restoran Chinese food yang cukup terkenal dikotanya.

"Akhirnya sampai juga," gumam Melodi begitu sampai di tempat parkir. "Mudah-mudahan acaranya belum dimulai."

Setelah selesai memarkirkan sepeda motornya dan merapikan penampilannya, Melodi dengan penuh percaya diri masuk ke dalam sebuah restoran yang khusus menyajikan makanan khas Chinese.

"Melodi!" Suara cempreng memanggil namanya. "Melodi!"

"Hai! Vina," Melodi langsung mendekati temannya.

"Kenapa loe datang terlambat?"

"Biasa, penyakit Ibukota," jawab Melodi. "Di mana yang lain? Kok loe sendirian?" Melodi tidak melihat teman-teman yang lain.

"Di dalam, mereka sudah datang dari tadi. Cuma loe doang yang belum datang," jawab Vina.

"Terus loe ngapain di sini?"

"Tadi habis telepon bokap, di dalam sinyal kurang bagus," jawab Vina memasukkan ponselnya ke dalam tas. "Yuk, kita ke dalam!"

Melodi mengikuti Vina yang berjalan di depannya, pandangannya menyapu ke seluruh ruangan dengan hati bertanya-tanya. "Gila ini restoran. Gue yakin seyakin yakinnya, pasti mahal makan di sini. Hebat juga si Lastri, pesta ulang tahunnya dirayakan di sini."

Vina membuka pintu. "Teman-teman kita ada di dalam, yang punya hajat menyewa satu ruangan VVIP."

Balon berwarna warni menghiasi dinding dan juga terlihat teman-temannya sudah duduk mengitari meja bundar penuh makanan ketika Melodi melangkah masuk.

"Melodi! Darimana saja loe?!"

Melodi melihat Lastri, sang pemilik acara langsung berdiri begitu melihat dirinya. "Maaf gue datang terlambat, maklum kalau siang begini, lagi macet-macetnya."

"Makanya loe berangkat dari subuh biar tidak terlambat," celetuk Dion.

"Memangnya gue mau ke mesjid datang subuh," jawab Melodi melihat Dion kemudian mendekati Lastri.

"Ya sudah tidak apa-apa, yang penting loe datang."

Melodi langsung mengucapkan selamat ulang tahun dan memeluk sahabatnya dengan erat. "Semoga loe panjang umur dan banyak rejeki biar bisa traktir gue."

Lastri terbatuk saking eratnya pelukan Melodi. "Uhuk, uhukhhh, gila loe! Tenagamu gede banget, peluk gue kencang begitu."

Semua temannya tertawa begitu juga dengan Melodi. "Dasar bubur sumsum, begitu saja sudah kesakitan. He-he-he."

"Si Melodi jangan ditanya kalau urusan tenaga, jago taekwondo. Gue aja laki-laki kalah." Rio angkat bicara.

"Ah loe mah, jangankan sama gue, sama kucing juga loe kalah. Lihat kucing langsung lari terbirit-birit," jawab Melodi.

Semua temannya kembali tertawa terbahak-bahak melihat Rio yang mukanya merah karena malu, diledek takut dengan kucing.

"By the way busway, tamu undangan tidak disuruh duduk nih," ucap Melodi melihat Lastri yang juga masih berdiri.

"Eh iya, lupa. Sorry. He-he-he. Silahkan duduk Tuan putri Melodi," Lastri langsung menggeser kursi yang ada disebelahnya untuk Melodi duduk.

"Thank you."

Kurang lebih ada dua puluh orang temannya duduk mengitari meja bundar besar dengan hidangan Chinese food, ayam kung pao merupakan ayam pedas yang terbuat dari cabai kering ditambah kacang mete, Fuyunghai isi sayur dan seafood saos asam pedas serta tidak kalah lezat dari semuanya adalah nasi Hainan bercampur kaldu ayam dan rempah yang disajikan dengan ayam panggang.

Tatapan Melodi menyapu semua hidangan yang ada di atas meja. "Banyak banget hidangannya."

"Ini hari yang sangat spesial untuk buat gue, sweet seventeen masa peralihan dari bocah menjadi remaja, jadi gue sengaja memesan semua makanan ini agar kalian semua ikut merasakan kebahagiaanku," ujar Lastri dengan wajah yang ceria.

"So sweet. Sering-seringlah loe ulang tahun biar kita semua bisa makan enak dan gratis. Iya nggak teman-teman?" tanya Melodi melihat semua temannya.

"Iya betul!" jawab semuanya serempak diakhiri gelak tawa. "Ha-ha-ha."

Lastri mencibir. "Maunya. Kalian yang enak, gue yang bangkrut!"

"Kapan nih eksekusi?" tanya Vina ikut bicara. "Dari tadi ngobrol melulu."

"Sabar! Kita berdoa dulu sebelum menghabiskan ini semua," jawab Lastri.

"Pak ustadz Jefri, pimpin doa." Melodi melihat temannya yang terkenal rajin sholat di antara mereka semua, makanya semua memanggilnya Pak Ustadz.

Tanpa banyak bicara lagi, Jefri langsung memimpin doa untuk mendoakan yang ulang tahun agar selalu banyak rejeki, sehat dan menjadi anak yang berbakti pada orang tua.

....

Sementara itu, di restoran Chinese yang sama tapi tempat berbeda, Cleon baru saja turun dari mobilnya.

"Saya ikut masuk atau tidak Tuan?" tanya Mang Sugeng.

"Tidak usah," jawab Cleon lalu mengeluarkan dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang warna biru pada sopirnya. "Cari tempat makan yang lain. Terakhir makan di sini, Mang Sugeng malah sakit perut."

Mang Sugeng terkekeh senang, matanya hijau melihat lembaran uang. "Maklum Tuan, perut saya, perut orang kampung yang biasa makan ubi rebus."

"Cari makan ditempat yang lain! Dan ponselnya selalu aktifkan!"

"Siap Bos!" Mang Sugeng langsung pergi dengan uang di tangan.

Cleon merapikan jasnya sebelum melangkah masuk ke dalam restoran Chinese food favoritnya yang disambut ramah para pelayan, apalagi kaum hawa yang tidak berkedip melihat wajah rupawan seorang Cleon Helios Lewis.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh lyns_marlyn

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku