Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalinya Marsha yang Tercinta
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Ternyata jam sudah menunjukkan pukul 07.20 pagi, Emily bergegas mempercepat langkahnya menuju kelas 1B, kelas pertamanya hari ketiga di SMA Siliwangi. Langkahnya dilanjutkan dengan berlari.
“GUBRAAAAAAK…” Suara pintu kelas memecahkan suasana.
“Nah, loh, lo, darimana Aja, Mil?” Tanya Diwi yang duduk paling depan bangku nomer dua, setengah berbisik.
Semua mata terbelalak. Pandangan mereka terarah pada Mily yang tergesa-gesa ketakutan. Guru yang sedang duduk dan fokus mengajar, tiba-tiba berdiri melangkah menuju Mily yang masih di depan pintu cengar-cengir tanpa doa. Eh, dosa. Raut muka guru itu berubah, seperti ada aura Iblis yang merasukinya. Sangat-sangat menakutkan, matanya mendelik dan hidungnya mengembang.
“AMPUUUUN….BUK, saya takut, saya khilaf, saya cantik!!” teriak Mily dengan menutup matanya.
“Huuss……” jari telunjuk bu Guru tepat pada bibirnya. “Sudah cepat duduk sana!” perintah bu Guru.
“Ngapain, lo, terlambat Mil. Ati-ati sama nilai lo, entar dikurangi, beehhh!!” tanya Lani yang duduk dibelakang Mily.
“Sudah, sudah, kita lanjut lagi ya.” Kata bu Guru.
Pelajaran yang sempat tertunda kemudian dilanjutkan kembali, hari ini jam pertama dibuka dengan pelajaran Sejarah, di depan sudah duduk Guru yang bernama bu Wayan. Salah satu Guru yang paling ditakuti murid-murid SMA Siliwangi. Ada beberapa sebab yang sangat mengerikan menurut mereka. Pertama, beliau paling tidak suka ada siswa perempuan rambutnya di cat. Kedua, beliau tidak suka ada murid memakai aksesoris berlebihan. Ketiga, sayang adek kakak. Eh, nggak ding. Ketiga, beliau paling tidak suka ada murid yang terlambat. Lalu, yang seterusnya masih banyak, capek gue jelasinnya. Intinya beliau adalah salah satu Guru yang sangat disiplin, tidak salah beliau ditunjuk sebagai Kepala Kesiswaan.
Gaya beliau yang khas, tegas, lugas dan sangat lantang dalam menyampaikan materi tentang Sejarah begitu mengagumkan. Tetapi semua itu tidak membawa Mily dan sahabat-sahabatnya untuk menyukai pelajaran Sejarah, mereka berpikir buat apa belajar tentang Sejarah. Sejarah ‘kan mengungkit masalalu. Masalalu untuk dilupain bukan untuk di ingat-ingat. Yaelah, Mil.
Yang terlihat dari arah depan, Mily, Diwi, dan Lani sudah sangat bosan dengan pelajaran Sejarah, padahal jam baru menunjukkan beberapa menit berlalu. Tampak Diwi hanya bertopang dagu, kemudian Lani cuma menguap-menguap beberapa kali, dan Mily sesekali jail ke Tari yang duduk disebelahnya.
Mereka berempat adalah satu geng yang dibentuk mulai SMP, mereka sudah berjanji untuk masuk SMA yang sama dengan alibi persahabatannya tidak boleh berakhir sampai Bapak-Ibu. Singkatnya, mereka sekarang duduk di kelas yang sama. Geng ini dibentuk mulai dari SMP kelas 1, yang awalnya dulu Mily pernah dilabrak oleh kakak kelasnya dengan tuduhan mencuri barang yang ada di tas kakak kelasnya, padahal itu memang sengaja dimasukkan ke tas Mily oleh murid laki-laki yang iseng. Melihat kejadian itu, Lani dan Tari bermaksud menolong Mily yang terkena tuduhan. Namun, Lani dan Tari merasa kurang power untuk melawan kakak-kakak kelasnya. Jadi mereka berdua memboking Diwi yang pada saat itu memang terkenal dengan sebutan jago pukul, itu turunan dari bapaknya yang juga terkenal sebagai pelatih pencak silat yang terbaik di desanya dan se SMP. Maka dari itu mereka kompak menolong Mily dengan bermodalkan Diwi sebagai tameng di depan.
Setelah kejadian tolong-menolong selesai, mereka akhirnya berkenalan satu sama lain, sampai mereka memutuskan untuk membentuk geng dengan alih-alih agar persahabatannya tetap awet. Geng terbentuk pas bertepatan dengan perlombaan sekolah atau class meeting. Lomba pada saat itu sepak bola. Nah, kemudian Mily nyeletuk Prit pelanggaran kepada salah satu murid yang menendang bola keluar lapangan. Tiba-tiba Lani juga nyeletuk nama gengnya.
“Eh, gimana kalo nama geng kita ada kata-kata Pritnya?” saran Lani kepada ketiga anak SMP itu.
“Prit, gimana, Lan? tanya Tari.