YOUNG MASTER'S FAVORITE HIGH SCHOOL GIRL

YOUNG MASTER'S FAVORITE HIGH SCHOOL GIRL

listia literasi

5.0
Komentar
2.4K
Penayangan
20
Bab

Seorang anak yang malang tega di jual oleh ayahnya sendiri.

Bab 1 Chapter 1

"Cepat pergi dari sini, kalau tidak ayo cepat segera lunasi hutangmu! setiap hari hutangmu semakin menumpuk tapi sama sekali tidak kalian bayar," ucap tuan Rendra. Pria itu sangat marah karena Surya tidak lekas mencicil hutangnya.

"Tolong beri waktu lagi kepada kami Tuan Rendra, saya janji akan melunasi minggu depan. Tetapi jangan usir kami dari rumah kami, soalnya ini rumah saya satu-satunya dan saya tidak punya tempat tinggal lagi jika diusir dari rumah ini," Surya serasa menolak untuk di usir.

"Pokoknya saya nggak mau alasan apapun lagi, saya beri waktu tiga hari. Jika tiga hari tersebut kalian tidak melunasi, maka saya akan mengusir kalian dari rumah ini," Tuan Rendra berkata dengan tegas karena selama merasa dibohongi.

"Baiklah Tuan Rendra, saya akan berusaha untuk mencari solusi untuk melunasi hutang tersebut," Surya merasa sangat lega karena Tuan Rendra telah memberi waktu 3 hari untuk melunasi hutangnya.

Tuan Rendra pun langsung meninggalkan rumah keluarga Mehta, sebenarnya Tuan Rendra sudah tidak sabar untuk mengusir keluarga Mehta dari rumahnya. tetapi Tuan Rendra tetap memberi waktu 3 hari untuk memberi kesempatan kepada Surya, karena Tuan Rendra berharap hutangnya segera di lunasi.

Setelah kepergian Tuan Rendra tidak terlihat, Surya baru bernapas lega. Karena tadi ia hampir diusir sekarang juga dari rumahnya.

"Akhirnya orang itu sudah pergi dari sini, kalau diusir sekarang juga entah aku akan tinggal dimana," Surya langsung menghembuskan nafasnya.

"Lagian bapak kenapa sih tega berhutang kepada orang seperti itu, sudah tahu kalau Tuan Rendra itu terkenal sangat galak dan sombong. Apa gunanya juga bapak sampai berhutang seperti itu, padahal kebutuhan kita tidak sebesar itu," istri Surya yang bernama Chika sangat marah terhadap suaminya.

"Kamu ini jadi istri memang tidak benar, suaminya pasti selalu di marahin. Padahal aku berhutang itu juga demi kebutuhan kalian, tetapi kenapa ibu malah marahin bapak," Surya sempat tidak terima jika di marahin istrinya secara terus-menerus.

"Ibu tahu pasti bapak berhutang demi Judi kan? Bilang aja kalau selama ini bapak selalu main di belakang ibu. hingga bapak punya hutang sebesar itu kepada juragan," istrinya sudah mulai curiga.

Surya pun hanya terdiam, karena yang dikatakan istrinya itu memang benar. Dia berbohong lagi juga percuma, karena semuanya sudah terbongkar.

Naila yang lagi belajar di kamar merasa sangat tidak konsentrasi, karena di luar terjadi keributan. Naila pun memutuskan untuk menengok ke ruang tamu apa yang terjadi disana.

"Kalian ada apa sih kok ribut-ribut? Padahal Naila tadinya lagi belajar loh! gara-gara kalian berantem sekarang Naila jadi keluar untuk menengok ke ruang tamu," Naila berkata seperti itu karena sangat terganggu.

Surya pun langsung mendorong anaknya hingga terjatuh. "Haaahhh! kamu ini masih kecil diem aja. Jangan ikut urusan orang dewasa," setelah memarahi anak dan istrinya, Surya pun langsung pergi keluar rumah entah kemana perginya.

Setelah suaminya pergi, Chika baru berani menolong anaknya. "Sayang kamu tidak apa-apa? Apa ada yang sakit?" Chika sangat khawatir kepada anaknya karena habis didorong sampai terjungkal gara-gara suaminya.

"Aku tidak apa-apa Bu, emang tadinya ada masalah apa? hingga bapak bisa marah-marah seperti itu," Naila yang masih polos bertanya kepada ibunya karena dirinya memang tidak tahu apa-apa.

"Kamu tidak perlu tahu ada masalah apa, kamu ini masih kecil jadi yang penting belajar aja ya!" Kemudian Chika langsung merangkul anaknya yang masih gadis itu.

Naila yang dipeluk ibunya pun merasa tenang, karena tidak ada pelukan hangat selain pelukan dari ibu.

Karena tidak mau membuang banyak waktu, Naila pun berpamitan untuk kembali ke kamarnya untuk belajar. "Bu, aku kembali ke kamar untuk belajar ya! soalnya aku sudah tidak punya banyak waktu," Naila berpamitan pergi ke kamarnya dengan sopan.

"Ya sudah tidak apa-apa, kamu ke kamar aja. belajar yang rajin ya! maafin ibu jika tidak terlalu menemani kamu ketika belajar," ujar Chika sambil mengelus rambut anaknya.

"Iya tidak apa-apa Bu," kemudian Naila langsung pergi ke kamarnya kembali untuk belajar, karena tadinya memang belum selesai belajar tetapi malah di kagetkan oleh suara bapaknya.

Kini Chika tinggal di ruang tamu seorang diri, karena anaknya sudah kembali ke kamar dan suaminya pergi entah kemana. Tetapi biasanya suaminya tetap kembali, karena pergi keluarnya cuma sebentar di saat marah-marah.

"Yaampun gini amat nasib keluargaku, suamiku sering main judi di belakangku. Kenapa aku nggak mati muda aja, tapi kasihan juga jika aku meninggal di usia muda. sangat kasihan terhadap anakku yang masih muda ini," Chika kebingungan jika tidak punya anak muda pasti dia lebih memilih untuk mati, karena dia punya suami juga kurang pengertian dan malah membuat dirinya darah tinggi.

"Luluhkanlah hati seorang suami hamba Yaallah, supaya aku tidak mati ketika anakku di usia muda," Chika mulai meneteskan air matanya.

Siapapun yang berada di posisi seperti itu pasti lebih memilih untuk menghilang dari dunia saja, daripada mempunyai hutang yang sangat banyak.

Kini Chika tetap merenung seorang diri di ruang tamu, karena tidak ada yang peduli sama keadaannya.

Tanpa di sadari Naila telah mengintip dibalik tirai kamarnya. "Ibuku itu kenapa ya? Kok kayak sedih begitu. padahal aku tanyai tadi tidak kenapa-napa, kayaknya ada yang tidak beres nih!" Naila bisa menebak kalau ada yang disembunyikan dari ibunya.

Saat ini Naila telah berusia 17 tahun, dia telah menduduki kelas 12 SMA di sekolah Citra Mulya. Dan pasti setahun lagi akan lulus, karena dia baru menginjak kelas 12 SMA.

"Apa aku samperin aja ya? Tetapi nggak jadi deh yang ada nanti malah ganggu. Kayaknya aku biarin seperti itu dulu, kalau sudah mulai tenang aku bakal menanyakannya," Naila mengurungkan niatnya untuk bertanya kepada ibunya.

Naila pun melanjutkan belajarnya kembali, memang tadinya sudah bilang belajar. Tapi Naila yang mempunyai rasa penasaran, dia pun masih mengintip di balik tirai kamarnya.

Naila pun mulai mengerjakan tugasnya, walaupun kadang tidak ada PR tetapi Naila tetap belajar supaya pintar dan mempunyai banyak ilmu pengetahuan.

Buku pertama yang dibuka adalah sosiologi, setelah itu Naila baru mulai membaca dengan teliti agar tidak ada bacaan yang tertinggal. Jika ada yang tertinggal pasti nanti akan membuat dirinya kesulitan, karena membacanya tidak terlalu lengkap.

"Ternyata pelajaran sosiologi tidak begitu sulit ya! Kalau paham hubungan terhadap manusia pasti akan terlihat sangat gampang," ujar Naila sambil bergumam sendiri karena dia tidak terlalu sulit untuk memahami pelajaran yang telah dibaca.

Setelah selesai mempelajari buku sosiologi kemudian Naila berganti mempelajari buku yang lainnya dan seterusnya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Gavin
5.0

Namaku Alina Wijaya, seorang dokter residen yang akhirnya bertemu kembali dengan keluarga kaya raya yang telah kehilangan aku sejak kecil. Aku punya orang tua yang menyayangiku dan tunangan yang tampan dan sukses. Aku aman. Aku dicintai. Semua itu adalah kebohongan yang sempurna dan rapuh. Kebohongan itu hancur berkeping-keping pada hari Selasa, saat aku menemukan tunanganku, Ivan, tidak sedang rapat dewan direksi, melainkan berada di sebuah mansion megah bersama Kiara Anindita, wanita yang katanya mengalami gangguan jiwa lima tahun lalu setelah mencoba menjebakku. Dia tidak terpuruk; dia tampak bersinar, menggendong seorang anak laki-laki, Leo, yang tertawa riang dalam pelukan Ivan. Aku tak sengaja mendengar percakapan mereka: Leo adalah putra mereka, dan aku hanyalah "pengganti sementara", sebuah alat untuk mencapai tujuan sampai Ivan tidak lagi membutuhkan koneksi keluargaku. Orang tuaku, keluarga Wijaya, juga terlibat dalam sandiwara ini, mendanai kehidupan mewah Kiara dan keluarga rahasia mereka. Seluruh realitasku—orang tua yang penuh kasih, tunangan yang setia, keamanan yang kukira telah kutemukan—ternyata adalah sebuah panggung yang dibangun dengan cermat, dan aku adalah si bodoh yang memainkan peran utama. Kebohongan santai yang Ivan kirimkan lewat pesan, "Baru selesai rapat. Capek banget. Kangen kamu. Sampai ketemu di rumah," saat dia berdiri di samping keluarga aslinya, adalah pukulan terakhir. Mereka pikir aku menyedihkan. Mereka pikir aku bodoh. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku