Back To School

Back To School

TS WIBOWO

5.0
Komentar
390
Penayangan
30
Bab

Digawangi oleh Diwi, Tari, Lani, dan yang paling kecil, Emily. Mereka berempat tergabung dalam geng "Prit..Prit..Can" ke empat cewek itu memiliki dedikasi yang tinggi untuk tidak mencintai kakak kelas mereka. Jika mengingkari, akan ada punishment. Apa itu? Menumpas ketidakjelasan, kejanggalan-kejanggalan, dan ketidakadilan, sampai menyebut diri mereka dengan sebutan "detektif hiperaktif". Tetapi, SMA Siliwangi mematahkan visi-misi mereka, ada cinta yang tumbuh. Hingga akhirnya mereka menemukan masalah yang sangat besar. Harus mengorbankan perasaan masing-masing, Apa jadinya jika ke empat cewek itu memiliki perasaan yang sama pada satu cowok yang mereka taksir?

Bab 1 10.15 WIB

Ternyata jam sudah menunjukkan pukul 07.20 pagi, Emily bergegas mempercepat langkahnya menuju kelas 1B, kelas pertamanya hari ketiga di SMA Siliwangi. Langkahnya dilanjutkan dengan berlari.

"GUBRAAAAAAK..." Suara pintu kelas memecahkan suasana.

"Nah, loh, lo, darimana Aja, Mil?" Tanya Diwi yang duduk paling depan bangku nomer dua, setengah berbisik.

Semua mata terbelalak. Pandangan mereka terarah pada Mily yang tergesa-gesa ketakutan. Guru yang sedang duduk dan fokus mengajar, tiba-tiba berdiri melangkah menuju Mily yang masih di depan pintu cengar-cengir tanpa doa. Eh, dosa. Raut muka guru itu berubah, seperti ada aura Iblis yang merasukinya. Sangat-sangat menakutkan, matanya mendelik dan hidungnya mengembang.

"AMPUUUUN....BUK, saya takut, saya khilaf, saya cantik!!" teriak Mily dengan menutup matanya.

"Huuss......" jari telunjuk bu Guru tepat pada bibirnya. "Sudah cepat duduk sana!" perintah bu Guru.

"Ngapain, lo, terlambat Mil. Ati-ati sama nilai lo, entar dikurangi, beehhh!!" tanya Lani yang duduk dibelakang Mily.

"Sudah, sudah, kita lanjut lagi ya." Kata bu Guru.

Pelajaran yang sempat tertunda kemudian dilanjutkan kembali, hari ini jam pertama dibuka dengan pelajaran Sejarah, di depan sudah duduk Guru yang bernama bu Wayan. Salah satu Guru yang paling ditakuti murid-murid SMA Siliwangi. Ada beberapa sebab yang sangat mengerikan menurut mereka. Pertama, beliau paling tidak suka ada siswa perempuan rambutnya di cat. Kedua, beliau tidak suka ada murid memakai aksesoris berlebihan. Ketiga, sayang adek kakak. Eh, nggak ding. Ketiga, beliau paling tidak suka ada murid yang terlambat. Lalu, yang seterusnya masih banyak, capek gue jelasinnya. Intinya beliau adalah salah satu Guru yang sangat disiplin, tidak salah beliau ditunjuk sebagai Kepala Kesiswaan.

Gaya beliau yang khas, tegas, lugas dan sangat lantang dalam menyampaikan materi tentang Sejarah begitu mengagumkan. Tetapi semua itu tidak membawa Mily dan sahabat-sahabatnya untuk menyukai pelajaran Sejarah, mereka berpikir buat apa belajar tentang Sejarah. Sejarah 'kan mengungkit masalalu. Masalalu untuk dilupain bukan untuk di ingat-ingat. Yaelah, Mil.

Yang terlihat dari arah depan, Mily, Diwi, dan Lani sudah sangat bosan dengan pelajaran Sejarah, padahal jam baru menunjukkan beberapa menit berlalu. Tampak Diwi hanya bertopang dagu, kemudian Lani cuma menguap-menguap beberapa kali, dan Mily sesekali jail ke Tari yang duduk disebelahnya.

Mereka berempat adalah satu geng yang dibentuk mulai SMP, mereka sudah berjanji untuk masuk SMA yang sama dengan alibi persahabatannya tidak boleh berakhir sampai Bapak-Ibu. Singkatnya, mereka sekarang duduk di kelas yang sama. Geng ini dibentuk mulai dari SMP kelas 1, yang awalnya dulu Mily pernah dilabrak oleh kakak kelasnya dengan tuduhan mencuri barang yang ada di tas kakak kelasnya, padahal itu memang sengaja dimasukkan ke tas Mily oleh murid laki-laki yang iseng. Melihat kejadian itu, Lani dan Tari bermaksud menolong Mily yang terkena tuduhan. Namun, Lani dan Tari merasa kurang power untuk melawan kakak-kakak kelasnya. Jadi mereka berdua memboking Diwi yang pada saat itu memang terkenal dengan sebutan jago pukul, itu turunan dari bapaknya yang juga terkenal sebagai pelatih pencak silat yang terbaik di desanya dan se SMP. Maka dari itu mereka kompak menolong Mily dengan bermodalkan Diwi sebagai tameng di depan.

Setelah kejadian tolong-menolong selesai, mereka akhirnya berkenalan satu sama lain, sampai mereka memutuskan untuk membentuk geng dengan alih-alih agar persahabatannya tetap awet. Geng terbentuk pas bertepatan dengan perlombaan sekolah atau class meeting. Lomba pada saat itu sepak bola. Nah, kemudian Mily nyeletuk Prit pelanggaran kepada salah satu murid yang menendang bola keluar lapangan. Tiba-tiba Lani juga nyeletuk nama gengnya.

"Eh, gimana kalo nama geng kita ada kata-kata Pritnya?" saran Lani kepada ketiga anak SMP itu.

"Prit, gimana, Lan? tanya Tari.

Sedangkan Diwi hanya diam saja, memandangi ketiga temannya merumuskan nama gengnya. Diwi memang cewek yang tidak banyak omong, dia kalo ngomong seperlunya saja.

Tari juga menyarankan untuk nama gengnya, "Gimana kalo Prit, prit, gitu?"

"Apaan sih lo, Tar!!" sahut Lani.

"Begini anak cantik!" kata Tari memandang wajah Lani yang ada di dekatnya. "Nama kita kalo, Prit-Prit Can, gimana?"

"Prit-Prit punya arti Prit itu kita simpulin sebagai berhenti atau stop seperti peluit sepak bola yang tadi berbunyi, terus kalo can itu penggalan dari kata cantik. Kita 'kan emang cantik-cantik to!" imbuh Tari memperjelas nama gengnya.

"Emm, boleh juga tuh." kata Diwi yang daritadi belum ada ngomong sama sekali.

"Kalo, gue, sih yes." imbuh Mily, "Gimana, Lan, menurut lo? Tanya Mily ke Lani yang sepertinya raut wajahnya menunjukkan rasa setuju.

"Fix, mantap. Duh, Tari emang pinter deh. Udah pinter, cantik, imut." Lani nyerocos, untung saja air liurnya tidak muncrat-muncrat.

"Diem, lo." Sahut Tari. "Oke ya, jadi mulai sekarang, tanggal 22 Juni jam 10.15 WIB, hari selasa, kita semua tergabung di geng dengan nama Prit-prit Can." Tari menjelaskan kepada ketiga sahabatnya dan diteruskan dengan anggukan setuju dari ketiga sahabatnya.

Mereka pun berkumpul membentuk lingkaran dan mengedepankan tangan kanan masing-masing dan bersorak yel-yel yang dibuat dadakan oleh Mily.

Semenjak hari itu mereka berempat kemana-kemana bareng, mulai dari mengikuti ekstrakulikuler yang sama, kelas yang sama hingga lulus SMP, juga masuk ke SMA yang sama tepatnya di SMA Siliwangi.

Cerita mereka berlanjut di SMA Siliwangi, salah satu sekolah unggulan yang ada di Kota. Yang tiap tahunnya selalu naik angka murid yang daftar disana. SMA Siliwangi itu selain terkenal dengan olahraganya, disana juga terkenal dengan sekolahannya yang sangat luas. SMA Siliwangi sering sekali merebut juara 3 besar untuk olahraga Volly-nya karena notabene murid-muridnya hobby dan sebagian ada yang ikut tim-tim Volly diluar sekolahan.

Mily, Lani, Diwi, dan Tari juga tergabung dengan tim bola Volly cewek sewaktu di SMP. Karena kebetulan ayah Lani ikut dalam tim Volly di rumahnya, jadi kadang kalau berkunjung kerumah Lani, mereka bertiga juga diajak berlatih Volly dilapangan sebelah rumah Lani. Ayah Lani juga seringkali mengikuti Tournament-tournament antar wilayah, beliau juga pernah sesekali diajak hingga ke pertandingan Kabupaten.

Maka dari itu, mereka berempat memutuskan untuk ikut berlatih Volly. Itu semua bukan secara paksaan, mereka memang sangat menyukai olahraga Volly dan mereka diuntungkan dengan postur tubuh yang tinggi-tinggi. Apalagi Lani, dia sangat persis ayahnya, mulai dari tingginya, cara berjalannya, sampai-sampai gaya bermainnya juga hampir sama sama.

Persahabatan yang baik adalah persabahatan yang saling support, tidak membatasi dalam perhatian, tidak memberhentikan masukan demi keangkuhan. Buang jauh-jauh keegoisan agar tercipta sebuah keharmonisan. Persahabatan yang Indah adalah menemani dikala susah dan senang, merangkul disaat sedang dihujani kesedihan dan bersama-sama mencari jalan keluar untuk sebuah kebahagiaan.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku