Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Take Me Back to Switzerland

Take Me Back to Switzerland

Crispy Spinach

5.0
Komentar
481
Penayangan
96
Bab

Menjadi seorang dokter adalah cita-cita yang telah lama Marsha impikan sejak duduk di bangku SMA. Berbagai upaya telah ia lakukan untuk bisa mendapatkan beasiswa kedokteran di luar negeri. Dengan bantuan teman-teman dan orang terkasihnya, Marsha perlahan bisa segera mewujudkan impiannya. Marsha pun rela menghabiskan waktunya hanya sekadar untuk belajar, belajar, dan belajar. Namun, tiba-tiba cita-cita yang telah ia impikan hancur hanya dalam sekejap. Marsha hamil. Semua ini adalah akibat dari kecerobohannya dengan seseorang. Bagaimana Marsha akan mengungkapkan rahasia terbesarnya kepada semua orang? Apa yang akan ia lakukan untuk menghadapi kehidupan selanjutnya yang telah lama menunggunya?

Bab 1 Chapter 1 : A Big Mistake

Waktu yang ditunggu-tunggu oleh semua orang akhirnya telah tiba. Seleksi beasiswa ke luar negeri akan dilaksanakan besok pagi di gedung Ganesha di kota Jakarta. Banyak murid dari lulusan SMA dan SMK bahkan dari kalangan mahasiswa akan mengikuti seleksi ini. Mereka yang lolos pada tahap bahasa asing telah bersaing dengan ratusan ribu orang untuk mendapatkan kursi ekslusif yang semakin dekat dengan berbagai universitas di luar negeri.

Marsha Zachira, perempuan yang baru saja lulus dari SMA tahun ini ikut menjadi salah satu dari beberapa orang yang beruntung karena telah berhasil lolos pada tahap bahasa asing. Ia sudah mempersiapkan dengan matang sejak SMA untuk mendapatkan beasiswa kedokteran di luar negeri. Berbagai usaha telah ia lakukan untuk bisa lolos pada tahap bahasa asing ini. Kini Marsha hanya tinggal mengerahkan semua usaha yang telah ia dapatkan untuk bisa lolos pada tahap akhir.

Hari ini kegiatan yang dilakukan oleh Marsha sebelum besok menghadapi ujian adalah me-review semua materi yang ada di bukunya. Berbagai macam buku sudah tergeletak di atas mejanya sejak pagi hari. Marsha mulai membaca satu per satu buku yang ada di hadapannya dari pagi hingga sore hari dan hanya tinggal tersisa dua buku lagi yang belum ia baca ulang. Sebelum mulai membaca bukunya lagi, Marsha beranjak ke dapur untuk menyiapkan kopi yang akan menemaninya ketika sedang membaca. Namun, saat mencari kopi di rak, ia tidak menemukan satu bungkus pun kopi di sana. Marsha kemudian memutuskan untuk pergi ke minimarket yang berada tidak jauh dari apartemennya.

Sejak berada di kelas 12 SMA, Marsha mulai hidup sendiri di apartemennya. Orangtuanya memberikan kebebasan untuk memilih tinggal sendiri demi melatih kemandirian anak semata wayangnya. Marsha pun memilih untuk tinggal di apartemen yang jaraknya tidak jauh dari sekolahnya saat SMA. Kini, ia pun sudah terbiasa untuk melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan orangtuanya.

Setelah selesai membeli kopi dan perlengkapan lainnya di minimarket, Marsha bergegas kembali menuju apartemennya. Hari sudah mulai gelap dan banyak orang berlalu-lalang di jalanan. Marsha kemudian menekan angka sebagai sandi yang ada di pintu masuk ke dalam apartemennya. Ia segera masuk ke dalam dan beranjak ke dapur untuk menyeduh kopinya.

Marsha kembali duduk ke bangkunya untuk melanjutkan membaca buku yang hanya tersisa dua buku lagi. Ia perlahan meniup lalu menyeruput kopi yang masih panas. Beberapa detik kemudian, perutnya mulai mengeluarkan suara layaknya orang kelaparan. Akan tetapi, baru satu jam yang lalu Marsha makan. Ia kemudian merasakan mual yang berasal dari perutnya. Marsha segera menuju ke dapur untuk mengambil air putih. Tubuhnya kini berkeringat dan Marsha mulai merasakan pusing di kepalanya.

Ia segera mencari obat masuk angin di lemari karena Marsha pikir ia baru saja terkena masuk angin setelah pergi ke minimarket tanpa menggunakan jaket. Setelah meminum obat, perut Marsha justru lebih terasa mual. Ia beranjak ke wastafel untuk memuntahkannya tetapi tidak ada yang keluar dari mulutnya. Marsha kemudian segera mencari ponselnya untuk menelpon seseorang dan hanya satu orang yang terlintas di benaknya. Namun, sudah hampir lima kali panggilannya tidak diangkat oleh orang tersebut. Ia panik tetapi ia tetap berusaha menjernihkan pikirannya.

"Nggak mungkin aku hamil, nggak mungkin," ucapnya bermonolog sendiri. Marsha berusaha untuk mengingat kejadian yang pernah ia alaminya dengan seseorang.

"Aku yakin waktu itu dia pakai pengaman. Nggak, nggak mungkin aku hamil." Perlahan air mata Marsha mulai jatuh.

Untuk meyakinkan bahwa dirinya tidak hamil, ia bergegas menuju ke apotek terdekat untuk membeli test-pack. Marsha yakin bahwa ia tidak mungkin hamil hanya karena kecerobohannya dengan seseorang. Segera setelah membeli barang tersebut, Marsha pergi ke toilet untuk mengecek kehamilan dengan menggunakan urinenya. Beberapa saat kemudian hasil yang ada di test-pack langsung keluar. Di dalam test-pack terlihat jelas menunjukkan dua garis yang artinya Marsha positif hamil.

Marsha langsung menangis dalam diam dan menyesali perbuatan hina yang telah dilakukan dengan seseorang itu. Hatinya hancur berkeping-keping. Mimpi yang sudah ia idamkan sejak SMA tidak akan pernah bisa terwujud lagi. Ini semua adalah akibat dari kecerobohannya.

Marsha mencoba untuk menelpon orang itu sekali lagi. Namun, hasilnya nihil. Tidak ada satupun panggilan yang diangkat olehnya. Bahkan Marsha mencoba untuk memberikan pesan lewat whatsapp tetapi hanya berakhir dengan tanda centang. Marsha kemudian menelpon kerabat dekat yang kenal dengan orang tersebut dan menanyakan di mana keberadaannya sekarang. Akan tetapi, kerabat dekatnya pun tidak mengetahui di mana ia berada. Kerabat dekatnya bahkan sudah tidak bertemu dengan orang tersebut hampir satu minggu dan ia juga tidak memberikan kabar kepadanya.

Marsha benar-benar merasa hina. Ia malu atas apa yang telah diperbuat bersama orang itu. Apa yang harus Marsha katakan kepada orangtua dan teman-temannya? Ia tidak mau dicap sebagai anak nakal dan tidak tahu diri. Bahkan orang yang telah menghamilinya tidak menjawab telepon dan pesannya. Apakah ia kabur? Tidak mungkin. Marsha yakin bahwa ia adalah orang yang sangat baik dan bertanggung jawab. Akan tetapi, mengapa ia tidak menjawab satu panggilan pun dari Marsha?

Buku yang tadinya menumpuk di meja belajarnya saat ini sudah berserakan di lantai. Mug kaca yang berisi kopi pun sudah terpecah belah dan berceceran di lantai karena Marsha membantingnya. Ia meluapkan semua amarahnya kepada benda yang ada di sekitarnya. Marsha merasa sangat bingung dan marah. Apa yang harus ia lakukan? Bagaimana dengan ujian seleksi besok? Ia tidak mau semua usahanya sia-sia. Namun, Marsha juga merasa sangat malu dan hina jika besok ia berangkat mengikuti ujian. Ia merasa menjadi perempuan paling kotor di dunia. Marsha bahkan merasa sangat malu jika nantinya bertemu orang-orang asing di luar sana. Apakah mereka akan merasa jijik dengannya?

Tiba-tiba terlintas satu orang di benak Marsha. Ia pikir hanya orang itu yang akan membantunya di saat seperti ini. Tidak, bukan orangtuanya, bukan juga teman-temannya. Marsha yakin orang itu akan tutup mulut rapat-rapat setelah mendengar apa yang telah terjadi kepadanya. Ia segera mengambil ponselnya dan menekan nomor telepon orang tersebut.

Beberapa menit kemudian orang itu mengangkat panggilan dari Marsha setelah beberapa kali panggilannya tidak diangkat, "Hey, maaf baru mengangkat. Ada apa?" tanya orang itu di seberang sana.

"I need your help, right now."

Suasana bandara Soekarno-Hatta saat ini sangat ramai karena adanya libur pertengahan tahun. Sudah satu minggu sejak kejadian pahit yang dialami oleh Marsha berlalu. Kini ia berada di antara orang-orang yang sedang mengantre di boarding pass. Ya, Marsha memutuskan untuk pergi meninggalkan Indonesia dan merelakan kesempatan emasnya yaitu beasiswa ke luar negeri. Dengan bantuan seseorang, akhirnya Marsha memutuskan untuk memulai hidup baru entah di mana dan tidak ada yang tahu ke mana ia pergi termasuk orangtua dan teman-temannya, bahkan orang yang telah menghamilinya sekali pun.

Seseorang tiba-tiba datang menghampiri Marsha dan segera mengajaknya menuju pesawat setelah melewati proses di boarding pass.

"Are you sure about this?" tanya orang itu.

"Even this is the wrong choice, I want to leave this country as soon as possible."

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Crispy Spinach

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Take Me Back to Switzerland
1

Bab 1 Chapter 1 : A Big Mistake

13/02/2022

2

Bab 2 Chapter 2 : Who Don't Know

13/02/2022

3

Bab 3 Chapter 3 : A Date

13/02/2022

4

Bab 4 Chapter 4 : Cousin

13/02/2022

5

Bab 5 Chapter 5 : New Student

13/02/2022

6

Bab 6 Chapter 6 : New Classmate

13/02/2022

7

Bab 7 Chapter 7 : Bad Habit

13/02/2022

8

Bab 8 Chapter 8 : Girls Time

13/02/2022

9

Bab 9 Chapter 9 : Boys Time

13/02/2022

10

Bab 10 Chapter 10 : Buy One Get One

13/02/2022

11

Bab 11 Chapter 11 : Before the Day

15/02/2022

12

Bab 12 Chapter 12 : The Day

15/02/2022

13

Bab 13 Chapter 13 : On the Road

15/02/2022

14

Bab 14 Chapter 14 : Bali Here We Go

15/02/2022

15

Bab 15 Chapter 15 : Night Walk

15/02/2022

16

Bab 16 Chapter 16 : Misunderstand

15/02/2022

17

Bab 17 Chapter 17 : Sunset But it is Sad

15/02/2022

18

Bab 18 Chapter 18 : Worst Night

15/02/2022

19

Bab 19 Chapter 19 : Apologize

15/02/2022

20

Bab 20 Chapter 20 : More Than Words

15/02/2022

21

Bab 21 Chapter 21 : Moments

16/02/2022

22

Bab 22 Chapter 22 : Neighbour

16/02/2022

23

Bab 23 Chapter 23 : Ex

16/02/2022

24

Bab 24 Chapter 24 : Meet Up

16/02/2022

25

Bab 25 Chapter 25 : Disaster

16/02/2022

26

Bab 26 Chapter 26 : The Truth

16/02/2022

27

Bab 27 Chapter 27 : Sunday Morning

16/02/2022

28

Bab 28 Chapter 28 : Rejected

16/02/2022

29

Bab 29 Chapter 29 : Good Day

16/02/2022

30

Bab 30 Chapter 30 : The Secret

16/02/2022

31

Bab 31 Chapter 31 : Solution

16/02/2022

32

Bab 32 Chapter 32 : Hiking Why Not!

16/02/2022

33

Bab 33 Chapter 33 : Exercise on the Weekend

16/02/2022

34

Bab 34 Chapter 34 : Departure

16/02/2022

35

Bab 35 Chapter 35 : Ready to Hike

16/02/2022

36

Bab 36 Chapter 36 : Arrival

16/02/2022

37

Bab 37 Chapter 37 : The Crater

16/02/2022

38

Bab 38 Chapter 38 : Strolling Around the City

16/02/2022

39

Bab 39 Chapter 39 : Summit Attack

16/02/2022

40

Bab 40 Chapter 40 : An Accident

16/02/2022