Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
SCHOOL DIARY
5.0
Komentar
453
Penayangan
31
Bab

Mengisahkan tentang Kana, seorang gadis yang selalu sial terutama dalam hal percintaan. Bahkan ia diberi julukan Miss Bad Luck oleh teman-temannya. Itu karena ia tak pernah merasakan genre romansa seperti semua teman sebayanya. Karena hal itu, Kana memutuskan untuk tak lagi peduli dengan dunia percintaannya. Tapi baru beberapa menit bertekad seperti itu, datang seorang cowok yang mengacaukan semuanya. Cowok itu muncul dengan sekotak martabak keju di tangannya. Ia tak mungkin bisa menolak pesona dari martabak tersebut. "Kalau lo ambil martabak ini ...," ujar laki-laki itu. Ia sedikit memberi jeda pada kalimatnya. "Kita pacaran."

Bab 1 01. Awalan yang sakit

Jakarta, 19 Desember 2018.

Pagi ini Kana sudah bersiap untuk pergi ke sekolah. Wajahnya terasa berseri-seri karena hari ini ia akan dijemput oleh seseorang yang disukainya. Ia mengoleskan bedak bayi yang rutin digunakan sebelum pergi ke sekolah. Ia punya firasat baik dengan hari ini. Ia mengepalkan kedua tangannya, lalu memejamkan kedua matanya dengan senyum yang tak sedikit pun luntur dari bibirnya.

"Hari Rabu yang baik. Semoga hari ini semuanya akan berjalan dengan lancar. Termasuk pernyataan cintaku," gumam Kana sambil terkikik pelan.

Kana menghentikan kegiatannya saat mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Ia segera menyambar tasnya yang ada di atas ranjang empuknya. Ia mendapati ibunya yang sedang mengamati ponsel. Ia mencebikan bibirnya sebal. Ibunya selalu saja sibuk bermain ponsel. Ia dengan cepat menyambar tangan kanan bebas ibunya, lalu menciumnya.

"Kana berangkat sekarang, Bu," ujar Kana.

Ibunya itu menoleh sekilas, lalu kembali melanjutkan tatapannya ke benda persegi yang ada di tangannya. Kana yang melihat itu pun menjadi sangat jengkel. Sejak ibunya mengenal seorang pria lewat sosial media, ia menjadi terlantar. Bahkan ia yang biasanya makan 3 kali sehari, kini harus makan 2 kali sehari.

Kana membuka pintu rumahnya dengan malas. Wajah cerianya sudah digantikan oleh wajah muram. Ia juga sama sekali tak melihat sosok pujaan hatinya di depan gerbang. Ia melirik arlojinya yang sudah menunjukan pukul 06.20 WIB. Ia mengambil ponselnya, lalu menghubungi pujaan hatinya tersebut. Namun setelah beberapa kali menelepon, ia sama sekali tak menerima jawaban apapun. Semua panggilannya dialihkan.

Kana menghela nafasnya dengan lemah. Ia memutuskan untuk pergi ke sekolah dengan naik angkutan umum. Ia meyakinkan dirinya bahwa pujaan hatinya itu mungkin belum bangun dari mimpi indahnya. Pasti pujaan hatinya itu sedang memimpikannya sampai telat bangun. Tanpa sadar ia tersenyum bahagia saat membayangkannya. Ia berjalan menuju pangkalan angkutan umum dengan wajah yang kembali berseri.

~~~

"Haaahhhh ...." Kana menghela nafasnya panjang.

Senyum di wajahnya kini kembali digantikan oleh wajah murung. Tak ada lagi senyum seperti beberapa menit yang lalu. Saat ini Kana menekuk bibirnya tanpa ragu. Ia merasa sangat kesal.

Andai saja ia tidak menunggu cowok itu datang, mungkin ia tidak akan terjebak macet seperti ini. Kana melirik arloji sekilas, waktu terasa sangat membencinya. Ia melihat waktu sudah menunjukan pukul 06.45 WIB. Ia memejamkan kedua matanya dengan panik. Jika harus menunggu sampai macet itu kembali lancar, mungkin ia akan tiba di sekolah pukul 9 siang.

"Pak," panggil Kana pada sopir yang duduk di depannya.

Sopir itu menoleh ke arah Kana. "Kenapa, Neng?"

Kana memasukan tangan ke saku seragamnya, lalu ia memberikan selembar uang 2.000 rupiah kepada sopir tersebut. Tanpa berlama-lama, ia segera keluar dari angkutan umum tersebut tanpa menghiraukan sang sopir yang memanggilnya.

"Neng, uangnya kurang!" teriak sopir tersebut.

Kana sama sekali tak peduli. Ia terus berlari menyebrangi jalan yang sedang macet. Jika ia bisa terus berlari tanpa henti, ia akan tiba di sekolah pukul 06.55 WIB. Tapi kalau dia berhenti sebentar, mungkin ia akan tiba pukul 07.01 WIB. Ia sudah terlalu sering memperhitungkan perjalanannya.

Walau dengan nafas terengah-engah, Kana tetap melanjutkan pelariannya menuju gerbang yang sudah ada di depan matanya. Ia tersenyum lebar saat melihat gerbang itu masih terbuka lebar. Ia berhasil masuk ke lingkungan sekolah tepat pukul 07.00 WIB, sungguh sebuah keberuntungan. Ia bergegas menuju kelasnya yang berada di lantai 2.

Kana merasakan tubuhnya sudah sangat berkeringat. Ia tidak mungkin menyatakan perasaannya dengan bau badan yang menyengat. Akhirnya ia pun mengurungkan niatnya. Ia akan menyatakan perasaannya esok hari. Ia melangkah dengan tegas saat memasuki kelas XI IPS 1.

Kana memang bukan termasuk murid yang pintar. Ia juga tidak begitu populer. Hanya saja namanya selalu menjadi pusat perhatian seantero sekolah. Mereka bahkan mempunyai julukan untuknya.

Miss bad luck.

Hidupnya tak pernah lepas dari 7 huruf tersebut. Jika ia tidak sial sehari saja, seperti dunia ini akan berakhir. Kana tak mungkin tidak mendapat kesialannya dalam satu hari, satu jam, satu menit, bahkan satu detik.

"KANAAAA!!!"

Kana menepuk dahinya saat melihat Bu Endang yang berlari ke arahnya dengan penggaris kayu besar. Ia meringis lalu bergegas masuk dan duduk di kursinya.

"Telat lagi?" tanya perempuan berwajah imut yang duduk di sampingnya.

Kana menganggukan kepalanya. "Nunggu Kak Edo, ternyata ga datang."

"Mirna, minta tissu dong," ujar Kana pada temannya tersebut.

Mirna yang merupakan teman sebangkunya itu membuka tas. Lalu ia memberikan se-pack tissu yang selalu ia bawa kemana pun. Kana tahu kalau sahabatnya itu pasti membawa tissu di dalam tas. Ia menyambar tissu tersebut dan mulai menariknya keluar.

"Jadi gimana hari ini?" tanya Mirna.

Kana mengerjapkan matanya dua kali. Ia menatap Mirna dengan bingung. "Apanya yang gimana?"

Mirna mendesis pelan. "Bukan nya lo mau nembak Kak Edo?"

Kana terdiam sejenak. Ia nampak masih mempertimbangkannya. "Entahlah ... belum yakin."

Mirna memegang kepala Kana dengan kedua tangan, lalu membuat kepalanya menoleh pada seorang cewek cantik yang duduk dua bangku di depannya. Ia menatap sahabatnya dengan bingung.

Cewek cantik itu bernama Yuni, seingatnya ia sama sekali tak ada yang urusan dengan cewek itu. Selain karena mereka tidak akrab, ia juga tak ingin berurusan dengannya.

"Yuni kenapa?" tanya Kana.

"Mulai sekarang Yuni jadi saingan lo!" ujar Mirna dengan ketus.

Kana membulatkan kedua matanya. "Apa?!"

Mirna menatap kedua mata Kana lekat-lekat. "Tadi pagi Yuni di antar Kak Edo ke sekolah, bahkan sampai ke kelas!"

~~~

Kana duduk di sebuah kursi dekat perpustakaan. Setelah menyemprotkan pengharum ruangan ke seragam, ia sedikit merasa percaya diri untuk menyatakan cintanya. Ia menolehkan ke kanan dan kiri seolah mencari seseorang. Lalu datang cowok yang membuatnya telat datang ke sekolah pagi ini.

Kana tersenyum tipis menatap Edo. Begitu juga dengan cowok tersebut, tanpa merasa bersalah memberikan senyum yang begitu manis padanya. Hal itu membuatnya menjadi ragu untuk marah ataupun merasa kecewa.

"Ada apa, Na?" Tanya Edo.

Kana melepaskan sebelah tali ranselnya, lalu ia mengambil sesuatu dari dalam ransel ungunya. Ia tak langsung memberikan benda itu pada Edo, ia memilih untuk menyembunyikannya di balik punggungnya. Cowok itu menaikan sebelah alisnya tanpa menghapus senyum di bibirnya.

"Maaf Kana, gue gak bisa terlalu lama. Gue ada latihan basket sama teman," ujar Edo.

Kana yang mendengar itu pun langsung bangkit dari kursinya. Ia segera mengeluarkan sesuatu yang ia sembunyikan di balik punggungnya. Ternyata ia menyembunyikan sebuah amplop mungil berwarna merah muda dengan gambar hati di setiap sudutnya. Ia meraih tangan kanan Edo, lalu meletakannya di telapak tangan cowok itu.

"Baca ini kalau kakak sudah sampai di rumah," ujar Kana sambil tersenyum lebar.

Kana pun segera berbalik dan hendak pergi dari sana. Namun lengannya ditahan oleh Edo. Ia pun mau tak mau memutar tubuhnya kembali. Ia menatap cowok yang mengulurkan tangannya. Cowok itu tak lagi tersenyum, ia tak bisa menebak ekspresi apa itu.

"Maaf Kana ...," ujar Edo.

Kana menggigit bibir bawahnya. "Kenapa, Kak?"

Edo meletakan kembali amplop merah muda itu ke telapak tangan Kana. Hal itu membuat kedua matanya mulai terasa perih. Ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak menangis di hadapan cowok yang disukainya.

Edo menatap kedua mata Kana. "Gue sudah pacaran sama Yuni."

Jleb!!

Kana merasa seperti ada sebuah katana yang menancap di dadanya. Terasa sangat sakit sampai ia tak bisa bernafas. Ia memejamkan matanya, membiarkan air mata yang terbendung itu meluncur. Ia meremas amplop merah muda itu, lalu melemparnya ke sembarang arah.

Ia segera pergi meninggalkan Edo yang masih terus menatapnya, bahkan sampai punggungnya menghilang di persimpangan koridor. Setelah pergi cukup jauh, Kana menghentikan langkahnya. Ia berjongkok di tempat sepi agar tangisannya tak didengar oleh siapapun.

"Gue ... gue memang miss bad luck," ujar Kana disela tangisannya.

Bersambung...

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Jerat Cinta Mafia Kejam

Jerat Cinta Mafia Kejam

Bulan dari f
5.0

Kinanti Seorang gadis sebatang kara yang terusir dari rumahnya sendiri oleh paman dan bibinya dengan alasan karna hutang orang tuanya, awalnya Kinanti di perbolehkan tinggal di rumah itu dengan syarat harus bekerja sebagai asisten rumah tangga, tapi karna ulah anak paman dan bibinya menyebabkan dia di usir dari rumah itu. Sejak saat itu Kinanti yang sudah tidak punya apa-apa lagi pergi meninggalkan Indonesia, dengan di bantu oleh sahabatnya dia pergi ke Amerika dan bekerja di sana. Saat dia sudah nyaman dengan kehidupan barunya seorang pria datang mengusik ketenangannya. Kinanti tidak menyangka akan di pertemukan kembali dengan pria itu, pria yang menurutnya sangat arogan karna dia ingat betul bagaimana pria itu dulu sangat terobsesi padanya tapi Kinanti selalu bisa menghindari pria itu, tapi di sini dia tidak akan bisa berbuat apapun karna pria itu ternyata adalah Ketua Mafia yang sangat berkuasa dan Kejam Di usianya yang sudah matang Brian masih belum ingin menikah, padahal orang tuanya sudah sering membujuknya. Dia juga tidak ingin terlalu memaksa, itu sebabnya mereka tidak pernah mencoba menjodohkan Brian dengan wanita manapun. Sebenarnya bukan tidak ingin menikah tapi Brian masih mencari seorang wanita yang pernah dia temui saat berlibur ke Indonesia dulu wanita yang sudah lama dia inginkan untuk menjadi miliknya tapi wanita itu selalu menghindarinya dan selama ini orang suruhannya masih belum menemukan informasi tentang wanitanya itu Setelah lama mencari akhirnya dia menemukan wanitanya itu, yang dia sendiri juga tidak menyangka wanita yang dia cari sejak lama malah ada di wilayah kekuasaannya. Wanita itu adalah Kinanti. Dengan kekuatan dan kekuasaannya dia bersumpah akan membuat wanita itu tidak bisa pergi lagi darinya dan akan menjadi miliknya selamanya Mampukah Brian menaklukan hati Kinanti? Di sisi lain juga dia harus belajar dan menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya sekarang, terlebih lagi saat keluarga pamannya datang lagi mengusik hidupnya.

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku