SCHOOL DIARY
pangan. Rambutnya yang semula panjang sepinggang itu sudah berubah menjadi pendek se
masih berada di teng
kanya dengan tangan kiri, sedangkan tangan kana
as yang sudah mu
g dirinya yang memaksa pergi pukul 10 malam hanya untuk memotong rambutnya. Kana berhasil menemukan salo
guru pengawas berjanggut 10 c
yang sepi. Lalu dari arah ruang guru keluar seorang cowok yang sangat tak asing di matanya. Guru pengawas yang sedari tadi tak men
a di luar kelas?" tanya
guru tersebut. "Maaf Pak Agus,
nggukkan kepalanya. Lalu ia memerintahkan Gilang untuk segera masuk ke ke
n ke tiang bendera di hadapannya. Beberapa menit kemudian, ia kembali mengedarkan pandangann
a! Lo harus bahagia walau tanpa cin
~
i di tempat, tapi sayangnya tak bisa. Kana menyapukan pandangannya ke seluruh meja di kantin. Ia berusaha mencari keberadaan sahabatnya di sudut kantin. Ia menemukan sosok Mirna yan
engan kantin. Lututnya terasa sudah tak sanggup menopang tubuhn
i sih, Kak?
. "Gue mau jelasin sedikit
ogokan dari gue," lanjut Gilang s
Kana dengan wajah yang se
Lo tau kan reputasi Mirna di sekolah ini cukup baik, dia gak
ngguk setu
ak mungkin biarin cewek gue diga
h mengisyaratkan Gilang un
lo. Tapi kalau di luar sekolah, lo bisa bersikap seola
ng, ga waras
ggu sama semua fans lo yang
enyum kecilnya. Lalu ia meletaka
sama lo, tapi menurut semua cerita buruk tentang
yum getir.
. Ia pun memutuskan untuk pergi ke kelas saja. Makan tak makan pun sama sekali tak
a orang-orang, hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga, tapi ia memang tak menginginkan bung
atas meja yang sama sekali tak empuk tersebut. Ia memejamkan kedua matanya, berharap ia
~
AAAA
AAA!!
ngan mata yang masih terasa sulit terbuka. Kana merasakan bahu kirinya seperti ditepuk oleh seseorang. Ia menoleh ke se
Mirna sambil meng
palanya dengan lemah
dang yang sudah berada di depan k
ya dan berjalan keluar dari kelas. Semua mata memandangnya dengan penuh ejekan. Kana su
tuh ujung rambutnya yang sudah berubah jadi pendek. Ia tersenyum kecil sa
tertawa. Lalu Edo tak sengaja melihat Kana yang sedang menatap ke arahnya. Ia langsung meng
ng dia selalu sial," uja
dua orang itu yang sudah mulai menjauh dari depan kelasnya. Beberap
sialnya malah double kill," ujar se
!' bati
uat bantu saya amb
ebut. Ia melihat Gilang yang entah sejak kapan sudah berad
lu di kembalikan,
mereka menyusuri koridor dan berhenti di depan laboratorium. Kana
lagi sih, Kak
afasnya. "Jadi gi
kepalanya. "Gue g
0 rupiah permingg
erhari, ia tidak akan menerimanya. Cowok itu terdiam, masih sama sekali ta
h perminggu?" ta
lengkan kep
tipis. "Martabak
lengan Gilang dan m
ambu