Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
19
Penayangan
9
Bab

Firanda Firdaus, seorang gadis manis dari desa kehilangan kekasihnya Jin Chin-Ho, seorang Owner GNI Group , pria rupawan berasal dari negeri Korea Selatan. Dua tahun telah berlalu dia berpikir bahwa pria itu telah meninggal karena kecelakaan pesawat saat kembali dari Korsel ke Indonesi. tetapi acara di TV menampilkan penyayi asal Korea bernama Jin Chin-Ho, paras dan karakternya sangat mirip dengan Jin Chin-Ho, gadis itu yakin kalau penyayi terkenal itu memang kekasihnya. Dia memintak Shiou Rain untuk membawanya menemui Jin Chin-Ho, ia ingin memastikan sendiri bahwa pria itu memang benar Jin Chin-Ho. "Kak Chin-Ho, aku akan tetap mencintaimu, meski dunia telah menganggapmu lenyap. Aku yakin kau adalah Jin Chin-Ho. Kembalilah kakak Chin-Ho, teman-temanmu di GNI Group menunggumu." Fira "Oppa. Kami tetap berharap ingatanmu segera kembali." Shiou Rain. "Pimpinan busuk, jangan kau pikir dengan berganti nama, kau mampu menipu mataku." Rahmat Jhi.

Bab 1 Episode 1: Bab Awal

Entah sampai kapan hatiku terus menunggumu, aku ingin bersamamu, berada dalam dekapan mu. Merindukanmu, Kemana sekarang dirimu? Masihkah kau mengingat semua kenangan kita?.

"Fira... "

Setelah menuliskan suara isi hati dalam diarinya, Firanda Firdaus menutup bukunya. Ia menghapus air matanya, dan berusaha untuk tersenyum. Gadis itu bangkit dari tempat duduknya lalu menjawab panggilan tersebut.

"Iya, kak Rahmad." Dengan riang, Fira keluar dari kamar, ia yakin kalau semua teman-temannya sudah menunggu dirinya di meja makan. Mungkin dulu dirinya sama sekali tidak mengenal mereka semua, Rahmad Jhi, Shiou Rain, Hamakasi Rin, Iranida, Jaenal dan Akiramenai. Karena mereka semua adalah sahabat seorang tercinta berasal dari negeri Korea, Jin Chin-Ho.

***

Korsel

"Chin-Ho, kenapa kamu masih belum siap? Bukankah sekarang ada konferensi pers tentang pernikahan kita? Aku tidak ingin selalu menjadi bahan omongan orang." Seorang wanita cantik 28 tahun, hidung mancung, bibir merah alami surai pirang. Wanita itu terkadang selalu jengkel dengan sikap pria rupawan tersebut, dia akui, sebenarnya mereka tidak pernah menikah. Tapi dirinya memanfaatkan amnesia pria rupawan tersebut untuk mendapatkan status suami dan istri.

"Hyeri, apakah kamu benar-benar istriku?" pria surai bowel cut tersebut menatap Jang Hyeri biasa dipanggil Hyeri tidak yakin. Hatinya selalu gelisah setiap kali dirinya memikirkan pernikahan mereka. Seperti ada sesuatu yang salah, wanita itu tidak pernah menunjukkan bukti pernikahan, bahkan foto saja tidak ada. Alasannya karena semua bukti itu ikut hanyut dalam laut ketika kecelakaan pesawat terbang yang dinaikinya.

Jang Hyeri tersentak, baru kali ini pria rupawan tersebut menanyakan hal itu, tapi dia tidak boleh terlihat gugup dan tegang. Apapun yang terjadi, dirinya harus berhasil menyakinkah bahwa antara diringa dan pria tersebut adalah suami istri yang sah.

"Jin Chin-Ho! Apa yang membuat mu merasa tidak yakin padaku? Selama dua tahun ini, bukankah aku selalu berlaku baik padamu? Aku bersabar ketika kamu tidak bersedia menyentuhku. Apakah semua kurang jelas?! Aku ini istrimu. " Jang Hyeri berusaha meyakinkan Jin Chin-Ho bahwa mereka suami istri.

Tapi semakin diyakinkan, Semakin hati kecilnya menolak dan membantah bahwa mereka adalah sepasang suami istri, "Hyeri, aku minta maaf. Aku tidak akan bertanya lagi, maaf sudah melukai hatimu. "

Jin Chin-Ho mendekap tubuh rapuh wanita tersebut."Kak, Chin-Ho. Apa yang kau lakukan?" Lagi-lagi banyangan samar itu mengganggu pikirannya.

"Kak Chin-Ho...!!! Jangan tinggalkan aku...!!! Kembali padaku...!! !

Lagi-lagi suara itu menggema di telinga, membuat kepala sakit dan banyangan samar wajah seorang gadis polos menangis, meraung dan memanggil nama seseorang. Tapi siapa gadis itu? Kenapa sulit sekali untuk mengingatnya.

Jin Chin-Ho melepaskan pelukannya, ia tidak tahan lagi mendengar suara pilu gadis samar tersebut. Hati ikut terasa nyeri mendengar jeritan tersebut.

"Chin-Ho, kenapa? Apa yang terjadi?" Jang Hyeri heran melihat pria itu terlihat kebingungan, bahkan langsung pergi meninggalkan dirinya. Wanita cantik itu berpikir, kemungkinan suami gadungannya tersebut kembali mengingat kenangan bersama gadis desa asal Indonesia. Itu tidak boleh dibiarkan, apapun yang terjadi, Jin Chin-Ho harus tetap menjadi miliknya.

***

"Kau semakin cantik, Ina. " Rahmad Jhi menggoda Inarida ketika di meja makan, gadis cantik itu tersipu malu dibuatnya.

"Kau mau makan, apa terus menggoda orang, Mat?!" Sudah dikenal sejak seri pertama, Hamasaki Rin selalu galak, bahkan saat bertanya saja seperti orang memberi teguran.

Rahmad merengut sebal, gadis cantik asal Jepang itu tidak pernah berubah, tetap galak dan tidak ada sedikit pun manis-manisnya.

"Nona, Rin. Chin-Ho sudah tidak bersama kita, apakah karena itu kau terus sensian? "

Pltak...

"Adaw... " Rahmad mengelus kepalanya, gadis itu menjitaknya tanpa ampun. Mana jitakannya keras pula, jadi nyut-nyutan ni kepala. Moga aja nggak geger otak.

"Jangan sebut lagi nama itu di sini, kalau Fira dengar, dia bisa sedih. Kamu tahu, 'kan, Fira cinta mati pada Chin-Ho. Dia bahkan tidak bisa menerima pria lain, " tegur Rin.

Rahmad mengangguk, memang benar. Semua orang memang sedih, terutama sahabat-sahabatnya. Tapi yang paling sedih adalah Fira cintanya begitu besar.

"Kak Rin, apakah sampai sekarang belum ada kabar mengenai calon ayah dari anakku itu? "tanya Inarida, sejak dulu gadis itu selalu menyebut Chin-Ho sebagai calon ayah dari anaknya. Padahal pacaran saja tidak pernah. Rahmad Jhi melirik Ina tidak suka, mereka sekarang sedang berpacaran, tapi masih saja menyebut pria lain sebagai calon ayah dari anaknya. Sungguh tidak punya perasaan!.

"Kemarin pas aku nonton TV Korea, aku tidak sengaja melihat wajah Mister Jin memenuhi memenuhi layarnya. Aku sangat terkejut, aku pikir itu hantu. " Akiramenai menyahuti percakapan mereka, sebenarnya dia sudah sedikit lupa, tapi karena dibahas ya ingat lagi.

"Kak Aki, pergi ke Korea? " tanya Jaenal.

"Tidak dong, aku ngapain jauh-jauh ke Jepang. TV ku pakai parobola, jadi ada chenel luar negeri juga. Termasuk Korea" balas Akiramenai.

"Apa mungkin, Chin-Ho Oppa masih hidup?" gumam Shiou Rain, tapi ia tidak yakin. Kalau pria itu masih hidup, tentunya akan kembali atau memberi kabar.

Tak...

Tak...

Tak...

Shiou Rain, Rin, Rahmad, Akiramenai, Inarida dan Jaenal langsung berhenti membahas masalah Jin Chin-Ho ketika gadis polos dan lugu berasal dari desa itu datang menghampirinya.

"Kak Rahmad...." Firanda Firdaus menyapa menejer Marketing tersebut, kemudian menatap sebuah lukisan.

"Burungnya berdiri... " Ia kembali menatap sang menejer.

Ha?

Rahmad segera memeriksa celananya, tidak sempit, itu artinya burung dalam sangkar masih tidur, "Fir, jangan bicara begitu dong, burungnya masih tidur. "

"Tidak kak Rahmad, aku melihat sendiri kalau burungnya berdiri tegak, " balas Fira kekeh, ia yakin kalau matanya masih sangat normal hingga bisa membedakan mana burung tidur dan burung berdiri, sekalipun dalam lukisan.

Rahmad kelabakan, ia pun langsung bangkit dari tempat duduknya sambil manaruh tangan di depan, sepertinya dia harus pergi untuk memeriksa sendiri apakah burung miliknya memang masih tidur atau sudah berdiri tegak...

Rin tersenyum, sebenarnya ia sangat ingin tertawa. Rahmad mengira maksud gadis itu adalah"anu"nya, tapi dia tahu kalau maksud Fira adalah membicarakan soal burung dalam lukisan.

Fira memandang menejer Rahmad itu bingung, kenapa tiba-tiba pergi dan seperti terburu-buru begitu?

"Fir, sudah tidak perlu dipikirkan. Kamu duduk dan sarapan saja, hari ini kamu akan melaksanakan unas. Tidak perlu memikirkan Rahmad, dia ada masalah dengan"anu"nya." Rin meminta Fira untuk duduk di samping Rain dan segera sarapan, dia tahu kalau sejak dulu, pria cantik itu sangat menyukai gadis itu. Sekarang Jin Chin-Ho sudah tidak ada, menurutnya tidak ada salahnya jika mereka memulai hubungan yang baru.

Shiou Rain tersenyum melihat gadis tercintanya itu, ia selalu berharap ada suatu kesempatan dimana gadis itu bisa membuka hati untuk dirinya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku