Marion tidak pernah membayangkan menikah dengan seorang yang terlahir tidak sempurna seperti calon suaminya Albert Sullivan, karena hutang keluarga yang sudah menggunung akhirnya keluarga Marion meminta nya untuk menikahi putra pertama keluarga Sullivan, Merasa tak terima ketika dia melihat calon suami nya di altar, perempuan itu menjerit histeris dan memanggil Albert sebagai pria cacat di depan para tamu. Tentu kejadian itu membuat sang adik, tak terima. Dia datang kekamar Marion saat malam pernikahan dengan nafas memburu dan membuat perempuan itu ketakutan setengah mati. "Kau mengatakan kakak ku cacat di depan semua orang dan mempermalukan dirinya? Baiklah, aku yang akan menggantikan kakak ku menyetubuhi mu hingga puas" ucap nya dengan tatapan menakutkan. Malam itu, Marion menjerit kuat saat Joshua Sullivan memaksa nya melayani hasrat seksual yang luar biasa liar, Marion yang baru pertama kali berhubungan intim, seketika pingsan tak sadarkan diri. Namun Joshua tak perduli,dia terus menikmati tubuh kakak ipar nya sebagai pembalasan karena telah menghina kakak pertama nya. Bagaimana Marion harus menghadapi adik iparnya tersebut? Sementara Joshua adalah tipe pria Flamboyan yang kerap kali berhubungan singkat dengan banyak perempuan.
"apa aku harus menikahi putra pertama keluarga Sullivan? tapi bagaimana bisa.. bukankah kami belum pernah saling bertemu bahkan aku belum pernah melihat seperti apa wajahnya dan dia pun begitu" ucap Marion kesal
Dia tidak bisa menerima permintaan sang ayah untuk menikahi putra pertama keluarga Sullivan, mereka bahkan belum pernah bertemu lalu bagaimana mereka bisa menikah dan tinggal serumah.
Terlihat seorang pria paruh baya sedang meneteskan air mata seraya memohon pada sang Putri untuk menerima pernikahan ini, karena hanya inilah satu-satunya jalan agar perusahaan mereka tidak diambil alih seluruhnya oleh keluarga tersebut.
Setidaknya putrinya itu masih menjadi bagian dari keluarga Sullivan dan mendapatkan saham.
Bahkan pernikahan ini adalah permintaan dari keluarga tersebut dan ayah Marion tidak bisa menolaknya karena hutangnya sudah benar-benar melebihi limit.
"Tolonglah ayahmu yang sudah tua ini nak, aku bukan berniat menjualmu tapi ini adalah jalan yang terbaik dan kau pun masih bisa tetap kuliah sesuai dengan permintaannya besar Sullivan" ucap nya lirih
Pria paruh baya itu mengusap jejak air matanya lalu menghembuskan nafas panjang dan menatap wajah putrinya memelas.
"Tolong lah" pintanya
Marion langsung berdiri, dia meninggalkan rumah untuk menenangkan diri karena ini adalah permintaan yang sangat tidak masuk akal.
Usianya masih 23 tahun dan dia masih ingin bersenang-senang bersama dengan teman-temannya lalu tiba-tiba ayahnya meminta dia untuk menikah, tentu saja dia tidak bisa mencerna itu semua saat ini.
Perempuan itu menangis, menatap sungai massawippi sambil meneguk alkohol.
dia sebenarnya tidak pernah meminum alkohol sebelumnya, namun tidak ada salahnya jika dia mencoba untuk menghilangkan rasa depresinya.
Marion menghela nafas, berteriak dalam sepi sambil memandang langit malam.
Ponselnya terus menerus berdering, namun dia enggan untuk mengangkat panggilan tersebut,
Namun saat telepon itu kembali berdering, Marion mau tidak mau mengangkat nya
"Ada apa Rose?" Tanya nya datar.
"Nona...ayah mu sedang di bawa ke rumah sakit karena jantung nya kumat, segera datang ke rumah sakit sekarang..aku menunggu mu" ucap salah satu pelayan di rumah keluarga Dimitri.
Marion yang mendengarkan hal itu langsung berdiri, dia membuang botol alkohol itu ke tong sampah lalu buru-buru bergegas pergi menuju rumah sakit.
Dalam keadaan cemas dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit di mana ayahnya berada, namun alangkah terkejutnya saat dia tiba di sana ada keluarga Sullivan yang sedang menunggu.
Marion mendekat kemudian menatap ke arah perempuan tua yang sedang berdiri sambil melipat kedua tangannya.
"Kau Marion?" Tanyanya
Perempuan itu mengangguk.
"Aku Clara Sullivan, ibu dari calon suami mu, Albert" ucap nya
Marion tak membalas uluran tangan dari perempuan tua itu dan membuat nyonya Clara terkekeh.
"Gadis sombong" pungkas nya
Marion tak menyahut, dia memang ingin memberikan kesan buruk pada perempuan tua tersebut agar tidak memilihnya sebagai seorang menantu.
Tidak lama kemudian pintu kamar ayah Marion terbuka dan membawa tubuh pria itu yang terbaring di atas ranjang menuju ruangan operasi
Tentu saja Marion merasa kaget matanya bahkan terbelalak lebar
"Dokter apa yang terjadi?" Tanyanya
Dokter itu menoleh.
"Sesuatu terjadi pada jantung ayahmu, kami harus segera mengoperasinya" ucap dokter itu.
Marion langsung terdiam dan membeku berdiri melihat keranjang ayahnya yang masuk ke dalam ruangan operasi,
Namun tidak lama kemudian seorang suster memberikan beberapa bukti pembayaran pada perempuan tua yang bernama nyonya Clara Sullivan.
Marion menoleh kearah perempuan paruh baya itu.
"Kenapa bukti pembayaran itu diberikan kepadamu?" Tanya Marion
Perempuan paruh baya itu tertawa lalu memberikan bukti itu pada Marion.
"Apa kau tidak tahu bahwa aku yang telah membayar operasi ayah mu? dia bahkan tidak memiliki uang hanya untuk membeli obat-obatan apakah kau mengetahui hal itu" ujar nya sinis
Marion terdiam sambil menelan ludahnya ternyata selama ini ayahnya telah menutup rapat-rapat tentang kebangkrutan yang sudah teramat parah tersebut.
Dia pikir jika keuangan ayahnya masih baik-baik saja meskipun perusahaan hampir saja diambil alih oleh keluarga Sullivan.
Perempuan paruh baya itu memberikan bukti pembayaran tersebut dan membuang nya kearah wajah Marion.
"Kau pikir aku memberikan semua ini secara gratis? Kau harus menikah dengan putra pertamaku bahkan aku sudah memberikan suntikan dana yang cukup besar pada perusahaan ayahmu, dan sekarang aku harus membayar semua tagihan rumah sakit yang harganya tidak murah" ujarnya
Marion menelan ludahnya lagi, dia menangis histeris saat mengetahui jika Ayahnya diam-diam menahan semua ini sendirian.
Bahkan tadi dia bersikap buruk pada ayahnya dan membuat kesedihan ayahnya bertambah banyak.
Tapi apakah pernikahan adalah jalan terbaik namun jika dipikir lagi nyonya Sullivan telah mengeluarkan uang yang cukup banyak bagi keluarganya dan membuat ayahnya tetap bertahan untuk mendapatkan pengobatan yang jauh lebih baik.
Dengan perasaan hancur dia menelan ludahnya dan menatap perempuan paruh baya itu sambil meneteskan air mata.
"Aku terima menikah dengan putra pertama keluarga Sullivan" ucap nya
Perempuan paruh baya itu langsung tertawa senang karena akhirnya Marion bersedia menikah dengan putra pertamanya dan melahirkan keturunan.
Dia memiliki dua putra dan dia pun ingin segera memiliki keturunan untuk mewariskan seluruh kekayaan keluarga Sullivan yang tersebar di beberapa belahan dunia.
"Tapi nyonya, kenapa kau memilihku bukan katanya perempuan lain yang pantas menjadi menantu mu?" Tanyanya
Perempuan paruh baya itu terkekeh lalu menatap ke arah Marion dari kepala hingga ujung kaki.
"Aku pernah melihatmu sekali mungkin kau tidak menyadarinya tapi aku menyukai dari bentuk tubuhmu serta wajah ovalmu jelas terlihat bahwa kau adalah perempuan yang akan memberikan keturunan sehat bagi putra pertamaku" ujarnya
Marion mengerutkan keningnya heran karena baru kali ini dia melihat seorang ibu mencari istri untuk putranya melalui lekukan tubuh dan wajah.
bukankah setiap orang yang menikah itu harus didasari cinta, lalu apakah dia hanya harus melahirkan anak dari putra pertamanya itu?
"Apakah aku menikah hanya untuk melahirkan seorang pewaris untuk keluargamu?" Tanya nya lirih
Perempuan paruh baya itu tersenyum lebar lalu mengusap wajah Marion kemudian menepuk-nepuk pipinya sambil tertawa.
"Of course the first thing you should do is give birth to an heir to the Sullivan family" sahutnya
Marion terdiam mendengar jawaban itu jadi yang mereka cari hanyalah sebagai istri untuk melahirkan pewaris keluarga Sullivan.
Ini benar-benar gila.
Bab 1 Terpaksa menikahi putra pertama keluarga Sullivan
02/07/2022