Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Tengah malam terlihat seorang gadis yang baru saja keluar dari Supermarket, tempat kerjanya selama hampir 2 tahun terakhir. Setelah lulus dari SMA ia tak lagi melanjutkan pendidikannya karena kurangnya biaya.
Akhirnya memaksa sang gadis cantik untuk terjun langsung pada dunia pekerjaan. Ia sudah lelah dengan semua masalah yang ada, tapi, ia juga bukan gadis yang akan menunjukkan kesedihannya. Ia adalah gadis yang begitu periang dan selalu tertawa, membuat semua orang yang berada di dekatnya menjadi begitu sayang.
Ya, di tempat kerjanya, karena di rumah ia hanya di anggap sebagai mesin pencetak uang saja oleh sang Tante. Gadis cantik bernama Renata Kanya Putri adalah anak tunggal dari seorang pemilik restoran terkenal yang berada di kawasan elit Jakarta. Dulu semasa orang tuanya hidup ia sangatlah berkecukupan, hidup bahagia tak ada penderitaan.
Namun, setelah kematian tragis orang tuanya semua berubah, Renata harus tinggal bersama dengan sang Tante yang pecandu alkohol, kenapa harus hidup bersama Tante pecandu alkohol? Karena ia sudah tak memiliki siapa-siapa lagi.
Warisan orang tua Renata telah Habis, karena Tante memakainya untuk berjudi, mabuk dan membayar hutang. Itu pun masih tak cukup karena hutang sang Tante terbilang cukup besar.
Kala itu Renata hampir di jual sang Tante karena ia tak mampu membayar hutang dengan nominal cukup besar, tapi Renata masih beruntung karena ia di tolong oleh laki-laki baik, Renata di tebus dan di bebaskan oleh sang laki-laki yang tak di kenalnya itu. Jika ia tak tolong saat itu maka Renata akan habis di atas ranjang oleh pria-pria hidung belang.
Hingga kini Renata selalu berharap untuk bisa bertemu dengannya. Laki-laki baik hati itu. Berharap bertemu dan balas budi. Walau nasibnya tak sebaik dulu, tetap saja di bandingkan dengan hidup melacur ia lebih memilih untuk bekerja siang malam demi melunasi hutang sang Tante yang terus menumpuk setiap harinya. Setidaknya ia masih memiliki harga diri untuk menatap dunia.
Renata lebih senang di luar rumah, ia mengambil tiga pekerjaan sekaligus, lelah kah? Tentu saja tapi ia lebih bahagia setidaknya ia bisa menghindari amukan sang Tante setiap kali melihat wajah Renata. Entah apa alasannya Renata pun tak pernah bertanya. Ia jarang sekali berkomunikasi dengan sang Tante, karena setiap kali hendak bicara yang ada hanya asbak melayang hampir mengenai wajahnya. Renata pun betekat untuk mengurangi bicara dengan sang Tante jika bukan hal penting.
Nah alasan kenapa Renata bisa kerja di tiga tempat sekaligus, itu karena pemilik dari ketiga tempat itu adalah sahabatnya sendiri. Beruntung bukan? Dengan gaji yang sama seperti karyawan lainnya. Sahabat setianya dari dia kecil dulu. Miranda Tan gadis keturunan Cina-Indonesia. Mereka bersahabat dari kecil karena dulu orang tua mereka pun bersahabat.
Miranda Tan adalah gadis cantik, cantik yang sempurna seperti boneka manekin. Selain cantik ia juga tinggi, langsing dan sangat baik hati. Benar-benar sangat jauh dari Renata yang kusam, kumal dan tak terawat. Pakaian yang di kenakannya pun selalu sama, koas merah, celana jins belel, kaos berwarna hijau , celana jins hitam, kaos berwarna hitam dan terakhir celana jins berwarna biru.
Selama satu minggu hanya itu saja yang akan di kenakan oleh gadis bernama Renata itu. setiap Miranda hendak membelikannya maka dengan manja Renata akan mengatakan.
"Kasih uangnya aja ya, sayang kalau uangnya hanya di belikan pakaian, lebih baik uang bisa untuk menambahk tabunganku, ya kan?" Selalu saja seperti itu jawaban dari Renita tiap kali Miranda ingin membelikannya pakaian. Miranda sendiri tak bisa membantahnya karena ia tahu perjuangan sahabatnya ini, ia berjuang untuk melunasi hutang sang Tante yang mungkin tidak ada ujungnya itu.
Pernah Miranda ingin melunasi hutang itu tapi Renata langsung menolaknya ia bahkan mengancam memutuskan persahabatan mereka bila Miranda ikut campur dengan hutang-hutang itu. Renata lebih senang jika Miranda memakai jasanya lalu membayar nya.
****
Renata akhirnya sampai di depan rumahnya. Dan bersiap untuk masuk. Namun samar-samar ia mendengar suara sang Tante yang nampak tengah berbincang dengan seseorang. Renata masuk dan mendapati sang Tante tengah mengobrol dengan seorang pria tampan nan gagah, dengan pakaian khas perkantoran.
Pria duduk berhadapan dengan Tante dengan jas tergeletak di samping tempat duduknya serta tas kerjanya. Sepatu yang kenakan terlihat mengkilap dan mahal seakan ingin menunjukkan siapa pria di hadapannya itu.
"Ehem!" Tante berdehem yang membuat Renata langsung tersadar dari lamunannya. Dengan cepat Renata menunduk dan masuk ke dalam kamarnya. Di dalam kamar ia bergegas mengganti pakaiannya yang lusuh dan bau itu, lalu Renata merasa haus dan berniat untuk mengabil air minum di dapur. Tapi, ketika ia baru saja melangkah keluar dari kamar, suara sang Tante terdengar memanggilnya. Renata pun mengurungkan niatnya untuk mengambil air minum.
Renata akhirnya menghampiri sang Tante dan tanpa sadar ia melirik pria tampan itu. Pria itu hanya terlihat cuek dengan bersandar pada sofa lalu melihat ke arah yang lain. Seakan ia enggan melihat Renata yang ada di hadapannya. Renata mencoba untuk tidak peduli tapi tak bisa di pungkiri jika Renata tak bisa menghentikan matanya untuk terus melirik pria tampan itu.
"Duduk," pinta sang Tante, Renata pun duduk di samping Tante dan ia pun mulai menjelaskan alasan kenapa Renata harus duduk bersama dengan mereka.
"Ren, Tante sudah menjual rumah ini dan Tante sudah mendapatan uangnya," jelasnya dengan santai seakan itu bukanlah apa-apa. Renata yang mendengar itu tentu saja shock bukan main. Ia tatap Tante dengan tatapan tajam. Bagaimana mungkin Tante setega itu menjual rumah miliknya tanpa sepengetahuannya, rumah peninggalan orang tuanya, harta satu-satunya yang ia miliki saat ini. Jika rumah ini di jual lalu bagaimana nasib Renata? Akankah ia menjadi gelandangan? Ah, tidak, Renata masih ada kerjaan tapi ia bekerja hanya untuk melunasi hutang, apa artinya jika rumah ini di jual hutang sang Tante sudah lunas semuanya?
"Lalu bagaimana dengan Renata, Tane, di mana Renata harus tinggal setelah ini? apa Tante sudah mempersiapkan rumah untuk kita berdua?" tanya Renata.
"Bodoh, siapa yang sudi tinggal bersama mu lagi, kamu itu buat aku sial tahu."
"Tante, tapi, aku ...."
"Sudah, tidak usah cengeng, kamu harusnya berterima kasih pada Tante karena menjual rumah ini dengan pria tampan nan kaya. Karena ia membeli rumah ini sekaligus denganmu."
"Maksud, Tante?" Renata tak paham. Dan itu membuat sang Tante geram.
"Bodoh! Tentu saja kamu akan menikah dengan pria tampan ini!" jawab Tante dengan geram. Karena sebenarnya ia pun tertarik pada pria tersebut.
Bukan senang tapi Renata justru lebih shock dari sebelumnya, apakah hidupnya milik sang Tante sampai semuanya ia dapatkan dari Tantenya? Pertama jual rumah tanpa persetujuan Renata ke dua ia harus menikah dengan pemilik rumah baru. Apa maksud Tante dengan semua ini? apa ia bermaksud untuk menjualnya lagi seperti dulu?
Tak bisakah untuk pernikahan ia memilih calonnya sendiri? Se-tak berharga itukah dirinya sampai semua di atur oleh sang Tante? Air matanya mengalir deras, ia tak sangka jika hidupnya benar-benar buruk setelah di tinggal pergi ke dua orang tuanya. Rasanya saat itu Renita merindukan sosok orang tuanya yang selalu ada untuk dirinya kala senang mau pun susah.
Terlebih sang Tante di mana ia seperti parasit, hidup menumpang dengan alasan wali satu-satunya, dan hidup dengan uang hasil kerja keras Renata, ia bahkan tak pernah merasakan sepeser pun uang jerih payahnya. Lalu kini ia harus di paksa menikahi pria asing yang tak ia kenal sebelumnya.
Bahkan namanya saja ia tak tahu, walau ia tampan siapa yang tahu isi hatinya, bila ternyata ia hanya orang dari sindikat penjualan organ tubuh bagaimana? Renata benar-benar ketakutan luar biasa. Ia menangis semakin deras.