Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
Seorang gadis berkaca mata tebal baru saja keluar dari gedung Universitas dengan memakai baju toga lengkap dengan assesoris. Senyum manis terukir jelas di bibir gadis itu yang baru saja merayakan wisuda kelulusan dan mendapat nilai terbaik di kampus nya.
Nesya Rosallie Jackson yang sering di panggil Si kutu buku oleh teman-temannya dan di jauhi karena Nesya yang tidak pandai bergaul, namun semua itu tak membuat hati Nesya sedih.
Bagi Nesya belajar adalah hal utama karena ada cita-cita yang harus ia gapai dan juga demi janjinya pada almarhumah sang Ibu.
"Ibu, Nesya sudah lulus dengan nilai terbaik Bu, semoga Ibu bisa merasakan juga kebahagian Nesya," gumam Nesya sembari menggenggam erat-erat secarik kertas di tangannya.
"Ehh, kalian lihat itu ada Si kutu buku rupanya di sini," celetuk gadis yang juga berpakaian sama seperti Nesya.
"Sayangnya kita udah gak bisa lagi membully Si kutu buku ini kalau kita semua sudah lulus."
"Bagaimana kalau kita bully habis-habisan dia sekarang! Ya untuk terakhir kalinya gitu," Ide jahat mulai terbesit dalam pikiran Oliv Cheshire teman sekelas Nesya.
"Iya, setuju!" jawab serempak kedua sahabat Oliv.
Nesya seketika mundur perlahan dan mulai ketakutan dengan apa yang akan di perbuat oleh tiga gadis di depannya. Namun aksi tiga gadis itu terhenti lantaran ada suara yang memanggil Oliv tak jauh dari mereka berada saat ini.
"Sialan." desis Oliv karena gagal membully Nesya. Tiga gadis itu pun mendorong kepala dan bahu Nesya yang kini meringkuk tertunduk ketakutan sebelum meninggalkan Nesya.
Nesya segera berdiri dan menghampiri taksi yang kini sudah menunggunya di luar gerbang. Nesya mengabaikan perlakuan kasar temannya barusan sebab hati Nesya yang kini sedang bahagia dan tidak sabaran ingin pulang menemui sang Ayah untuk memberitahu kabar kelulusannya hari ini.
Mobil taksi itu mulai bergerak perlahan. Bangunan gedung yang menjulang tinggi dan kokoh di sepanjang jalan serta padatnya kendaraan berlalu lalang yang membuat jalanan sedikit macet sudah menjadi pemandangan umum di kota ini.
Kota yang mendapat julukan Ibu Kota hiburan dunia dan seperti namanya pula kota yang sukses dalam dunia berfliman sering kali di kunjungi beberapa artis bollywood terkenal untuk syuting pembuatan flim.
'Ayah pasti senang,' batin Nesya saat mobil taksi yang ia tumpangi sudah hampir sampai rumahnya.
Nesya segera berlari kecil memasuki halaman rumahnya. Langkah kaki Nesya seketika terhenti saat ia menatap sebuah koper dan tas berukuran sedang yang ada di ruang tamu, sedangkan sang Ayah duduk santai sembari menghisap sebatang rokok yang terselip di kedua jarinya.
"A-ayah ini ada apa?" tanya Nesya dengan ekspresi binggung sebab ia kenal betul jika koper yang kini berada di dekat sang Ayah adalah milik Nesya.
"Mulai sekarang kamu jangan tinggal di sini! Sebentar lagi akan ada yang menjemputmu," ucap Jackson ayah Nesya.
"Tapi kenapa Ayah? Apa salah Nesya kenapa Ayah mengusirku?"
"Ayah sudah menjodohkan kamu dengan lelaki kaya raya jadi mulai sekarang kamu tidak perlu lagi bekerja sebagai pelayan restoran," ucap sang Ayah dengan entengnya.
"Kenapa Ayah tidak bicarakan hal ini pada Nesya terlebih dulu, Nesya tidak mau menikah dengan orang yang bahkan tidak Nesya kenal sebelumnya," tolak Nesya yang seketika membuat Pak Jackson murka.
"Aww..... sakit Ayah, ampun!" ringis Nesya saat lengannya di cengkram kuat oleh sang Ayah.
Selalu saja begitu, Nesya akan di perlakukan kasar oleh sang Ayah jika berani membantah ucapan sang Ayah. Nesya memang anak kandung tetapi kehidupannya seperti anak tiri. Ia bahkan harus berjuang sendiri untuk biaya kuliah meski mendapatkan beasiswa karena menjadi siswa berprestasi, namun untuk kebutuhan yang lain Nesya terpaksa harus bekerja sebagai pelayan restoran.
"Jangan pernah membantah perintah Ayah! Ayah memiliki hutang yang cukup banyak pada mereka jadi sebagai gantinya kamu yang akan menikah dengan lelaki kaya itu," ucap sang Ayah sembari melepaskan cengkraman tangannya dan menghisap benda nikotin itu kembali.
"Nesya akan lebih giat bekerja Ayah, nanti Nesya bakal kumpulkan uang itu untuk melunasi hutang Ayah. Sekarang Nesya sudah lulus."
"Sampai mati pun uang yang kamu kumpulkan tidak akan bisa melunasi hutang Ayah. Jadi terima saja nasibmu."
"Tidak Ayah! Nesya tidak mau menikah."
Plak!
Plak!
Dua tamparan baru saja melayang di pipi mulus Nesya sehingga meninggalkan bekas kemerahan. Sakit, tapi lebih sakit lagi hati dan perasaan gadis itu yang seharusnya sosok seorang Ayah bisa menjadi pelindung baginya namun nyatanya tidak sebaik yang di jalani Nesya.