Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Dendam Membara CEO Mesum

Dendam Membara CEO Mesum

Black Sky

5.0
Komentar
624
Penayangan
95
Bab

Jent, CEO tampan dan mapan. Tak kunjung di karunia seorang anak menjadi salah satu penyebab goyahnya rumah tangga yang sudah ia bina. Hingga pada suatu saat karena curiga pada sang istri, Jent mengikuti istrinya diam-diam. Hasilnya mengejutkan, dengan mata kepalanya sendiri Jent mendapati sang istri yang tengah berselingkuh bahkan tidur dengan pria lain. Hati Jent sangat panas atas penghinaan dan penghianat tersebut. Tapi ia tak mau bila hanya berakhir dengan pertengkaran dan perceraian saja. Jent menyusun rencana untuk membalas dendam yang sepadan kepada istri dan selingkuhannya itu. Sejak hari itu, tekad Jent telah merubah ia menjadi pria berdarah dingin.

Bab 1 APAKAH ISTRI SETIA

Perkenalkan, namaku Jent. Well, namaku seperti nama wanita, but trust me, I'm a man. Umurku sudah 32 tahun, dan sudah menikah selama 7 tahun. Istriku bernama Erna, berumur 30 tahun. Kami belum dikaruniai anak, mungkin karena kesalahan kami. Kami menunda memiliki anak sampai aku berumur 31 tahun, dengan alasan yang tidak akan kujabarkan disini. Dan sekarang, lihatlah kami, begitu sulit memiliki anak. Selain itu, mungkin juga disebabkan karena kami saling stress satu sama lain.

Di kantor kami masing-masing, kami sudah memiliki permasalahan masing-masing, yang cukup menguras tenaga dan pikiran. Di rumah pun, karena kami dibesarkan dari keluarga yang adat-istiadatnya berbeda. Seringkali kami bertengkar, karena aku maunya tahu beres saja, sedangkan istriku suka membuat masalah kecil menjadi besar. Aku orangnya cukup toleran, sedangkan istriku cukup tidak toleran. Haduh, serba berkebalikan. Tapi mungkin perbedaan itulah yang menyatukan kami pada awalnya.

Yah, begitulah pernikahan, banyak lika-liku suka-dukanya. Erna memiliki tubuh yang cukup bagus. Badan yang ramping, terutama perutnya. Kulitnya putih bersih, buah dadanya cukup bulat dan berukuran 34B, pantatnya cukup bulat dan berisi, pahanya pun begitu menggoda. Ia masih sangat merawat tubuhnya. Ia tergabung dalam suatu klub fitness, dan menjadi instruktur berbagai macam kelas di klub itu.

Dalam permainan kami di ranjang, kami cenderung hambar. Mungkin dikarenakan pikiranku yang selalu lelah, dan ada saja yang dipertengkarkan antara aku dan istriku. Akibatnya, di ranjang, aku cenderung asal-asalan mainnya, dan alhasil hanya 2 menit saja aku bertahan. Sungguh, tidak seperti usia awal pernikahan kami. Mungkin ini juga bisa menjadi saran bagi pembaca, jangan suka memendam-mendam sesuatu, apalagi yang berhubungan dengan orang-orang terdekat kita.

***

Pada suatu hari sabtu, istriku minta izin untuk ke rumah temannya untuk menyelesaikan lembur pada hari Minggu. Aku harus bisa memahaminya, karena pekerjaan kantor pun memiliki peran yang penting terhadap masa depan. Maka, aku mengizinkannya.

Dan hari minggu itu pun tiba, dan istriku berangkat pagi-pagi subuh. Aku menjadi curiga, kenapa harus berangkat pagi-pagi subuh. Maka, diam-diam kuikuti dari belakang dengan menggunakan taksi.

Akhirnya, istriku sampai ke suatu rumah di daerah Jakarta Barat. Istriku memarkir kendaraannya di depan rumah tersebut, dan turun lalu membunyikan bel. Dan dari rumah itu keluarlah sesosok orang yang sangat familiar.

Itu kan si Adi, mahasiswa yang sedang praktek industri di tempat kerja istriku. Ngapain istriku ke rumah dia? Bukannya dia saja yang ke rumahku.

Kulihat dari dalam taksi, mereka mengobrol, tetapi aku tidak tahu apa yang mereka perbincangkan.

Tidak lama kemudian, datanglah mobil kijang innova dan parkir dibelakang mobil istriku. Dari mobil itu, turunlah sepasang laki-laki dan perempuan, yang umurnya kira-kira sama dengan si Adi itu.

Kok semakin aneh ya ini? Istriku terlihat marah kepada si Adi ini, namun aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Ingin sekali rasanya aku turun, dan mengumpat dibalik semak-semak untuk mendengarkan pembicaraan mereka, tapi nanti malah ketahuan lagi. Akhirnya, istriku terlihat mengalah, dan akhirnya pergi bersama Adi dan kedua temannya menaiki mobil kijang innova itu. Maka, kuminta supir taksi yang kunaiki untuk mengikuti mobil mereka.

***

Tidak terasa, matahari sudah terbit, dan taksi yang kunaiki masih mengikuti mobil mereka. Kita sudah ada di area Bogor.

Mau kemana sih sebetulnya mereka? Dari Bogor, mereka terus melaju keatas menuju Puncak.

Akhirnya, mobil mereka berhenti di kebun teh, dan mereka berempat pun turun dan berjalan-jalan di kebun teh, sambil berfoto-foto. Walaupun tadinya tidak bermaksud, tapi kebetulan jaket yang kupakai adalah hooded jacket, dan kebetulan aku membawa masker, jadinya bisa menyamar. Maka kukenakan hood di jaketku dan juga masker yang kubawa. Lalu, aku turun dari taksi, dan pergi kearah mereka.

"Yen! Sini Yen, disini bagus nih buat spot foto!" kata teman si Adi yang laki-laki.

"Siip. Bu, ayo kita kesana," kata temannya si Adi yang perempuan.

Istriku hendak melangkah, tapi tiba-tiba si Adi menggandeng tangan istriku, dan menuntunnya ke spot yang ditunjukkan teman Adi itu.

Astaga si Adi itu, kurang ajar sekali dia! Ingin rasanya kudorong ke jurang yang ada di dekat situ. Tapi sabar, aku tidak boleh bertindak gegabah. Ini satu-satunya kesempatan untuk membuktikan kesetiaan istriku. Jika memang istriku setia, seperti yang sudah-sudah sebelumnya, paling tidak ada semakin banyak hal yang bisa kubanggakan darinya.

***

Setelah dua jam berlalu, mereka kembali ke mobil, aku pun kembali ke taksi. Dari pembicaraan yang kudengar, tidak ada sesuatu yang berbau aneh sih, normal-normal saja. Paling si Adi bangsat itu tadi berani-raninya menggandeng tangan istriku.

Kali ini, mobil mereka berjalan kearah bawah, menuruni Puncak. Mereka sudah hendak pulang, pikirku. Akan tetapi, tiba-tiba mobil mereka memasuki suatu gang. Aku meminta supir taksi untuk tetap mengikuti mereka. Dan mereka berhenti di sebuah... losmen.

Disinilah pikiranku menjadi sangat tidak enak. Aku harus mendahului mereka, ya harus begitu. Aku langsung turun, dan menyuruh supir taksi ku untuk menunggu, terlebih dahulu dengan membayar argo yang sebelumnya, dan juga membayar DP 100 ribu, biar dia sedikit sabar menunggu.

Aku langsung ke jalur belakang, dan mendapatkan apa yang kucari, yaitu petugas sapu. Aku mengatakan kepada dia bahwa aku harus masuk, dan mau meminjam seragamnya. Tentu saja dia tidak memberikannya kepadaku. Terpaksa deh, keluarkan lembar merah 3 lembar, dan dia langsung mau.

Aku mengenakan seragam losmen itu diluar jaketku, sehingga hood dari jaket tetap bisa kupakai, sementara seragam losmen juga terlihat dari luar. Aku langsung ke resepsionis dengan berpura-pura lewat, dan mereka berempat sudah sampai di depan resepsionis. Kedua temannya Adi langsung menuju ke sebuah kamar, dan pintunya langsung ditutup. Aku melihat bahwa resepsionis sudah menuliskan nama Adi untuk satu kamar. Istriku melihat-lihat brosur kamar, aku menduga ia mau memesan kamar sendiri, yang membuatku sedikit lega, sedikit saja.

"Ngapain boros-boros bu? Tuh bed-nya ada dua," kata Adi.

Deeggg!

Yang benar saja, si Adi mau mengajak istriku berduaan dalam satu kamar. Sabar Jent ... Sabaaarr. Inilah saatnya melihat apakah istriku setia atau tidak. Sabaarr... sabaaarrr...

"Satu kamar? Yang benar saja Di. Gak ah... Aku pesan kamar sendiri aja," tolak istriku.

"Udah gapapa Bu. Kita juga pisah bed kan. Ngapain sendirian? Berdua enak, ada teman ngobrol," kata Adi.

"Gak lah Di. Gak pantes kita berduaan satu kamar. Aku sudah punya suami," balas Istriku.

Hmmm... hebat juga dia. Salut aku.

"Sekarang gini aja Bu. Aku udah pesan satu kamar yang muat berdua. Ngapain ibu pesan kamar lagi? Kalo kita ngomong akuntansi, paling gak kita mengurangi beban Bu. Lagian suami ibu gak ada, kalo suami ibu ada baru masalah. Toh kita gak ngapa-ngapain," kata Adi.

Sialan, suami Erna ada disini, Adi bangsat! Kita gak ngapa-ngapain? Siapa yang percaya??

"Oke lah Di, atur aja. Capek Ibu berdebat," kata istriku.

Jegeeerrr!

Istriku mau berduaan sama dia satu kamar begitu! Aku harus mencari tahu apa yang mereka lakukan di dalam kamar.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Black Sky

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku