Pembalasan Dendam Istri TKI

Pembalasan Dendam Istri TKI

alita novel

5.0
Komentar
25K
Penayangan
106
Bab

Mutia yang bekerja di luar negeri harus menahan diri saat suaminya menikah lagi lalu putrinya di aniaya. Setelah pulang ke Indonesia, Mutia bertekat untuk membalaskan semuanya.

Bab 1 Kepulangan Mutia

"Dasar anak tidak berguna. Cuiih." Teriak Saka untuk yang terakhir kalinya lalu masuk ke dalam rumah. Mutia hampir saja melepaskan ponsel dari genggaman karena tubuhnya yang terus bergetar. Mutia berjalan mendekati rumah mertuanya saat memastikan pintu telah tertutup rapat.

"Ibuuu. Sakit." RIntihan Tiara, anak Mutia, yang tengah meringkuk di depan pintu membuat Mutia berjalan dengan cepat. Ia menahan isak tangisnya saat melihat tubuh sang putri yang terlihat babak belur.

"Ibuuu." Rintih Tiara lagi. Mutia menganggukan kepalanya dengan cepat saat Tiara menyentuh wajahnya.

"Iya. Ini Ibu sayang. Ayo kita pergi sekarang." Dengan susah payah, Mutia menaikan Tiara ke punggungnya. Walaupun langkahnya tertatih, Mutia berusaha berjalan dengan cepat menuju taksi.

Sopir taksi langsung membukakan pintu belakang saat melihat Mutia sudah datang. Mutia lalu membaringkan tubuh Tiara. Ia masuk lewat pintu lain dan memangku kepala Tiara.

"Ibu, aku lagi nggak mimpi kan?" Mutia menggelengkan kepalanya. Isak tangisnya pecah sudah melihat keadaan sang putri.

"Nggak sayang. Ini benar-benar Ibu." Mutia tergugu sambil membungkuk untuk memeluk Tiara. Ibu dan anak itu menangis bersama.

Setelah lima tahun berpisah karena Mutia pergi ke Jepang untuk menjadi TKI, akhirnya Mutia bisa bersua lagi dengan sang anak yang kini sudah menjadi gadis cantik. Walaupun penampilan Tiara tampak sangat kusam dengan bekas luka di sekujur tubuhnya.

"Saya bawa anaknya ke klinik saja ya Bu."

"Iya Pak, hiks. Terima kasih. Nanti saya bayar double."

"Iya sama-sama Bu."

Mutia mengusap kepala Tiara yang kini sudah jatuh tertidur. Sejak lima belas bulan setelah Mutia menjadi TKW di Jepang, ia sudah tahu tentang kelakuan suaminya. Tapi, Mutia tidak bisa langsung pulang karena terikat kontrak. Ia lalu menyusun rencana agar Saka tidak bisa menguasai hartanya.

Drrttt... drrttt.... drtttt...

Mutia mendengus saat nama Saka terpampang di layar ponselnya. Dengan enggan, wanita itu mengangkat telpon dari sang suami.

"Halo sayang. Lagi ngapain sekarang?" Suara Saka terdengar sepuluh kali lipat lebih memuakan dari biasanya. Apalagi saat ia melihat penyiksaan sang putri di depan matanya langsung.

"Lagi di perjalanan ke rumah sakit mas. Nenek Honda lagi nggak enak badan. Tiara mana mas? Aku pengen banget video call sama putri kita."

"Emmm. Tiara udah tidur sayang. Tadi kecapekan setelah seharian bermain bersama teman-temannya." Mutia mendengus kesal. Pintar sekali Saka membuat alasan. Pria itu tidak tahu saja bahwa ia kini sudah membawa Tiara pergi.

"Oh gitu. Ya udah aku tutup dulu telponnya ya mas."

"Tunggu Mut. Jangan di tutup dulu telponnya. Bulan ini kamu belum kirim uang lagi sayang. Aku lagi butuh untuk keperluan rumah dan bayar biaya sekolah pendaftaran Tiara. Sebentar lagi kan Tiara masuk SMP." Mutia memang sengaja tidak mengirim uang bulan ini pada Saka. Toh, ia sudah pulang ke Indonesia. Apalagi,kepulangannya tidak di ketahui oleh sang suami.

"Maaf ya mas. Aku belum bisa kirim. Anaknya Nenek Honda lagi pergi ke Korea untuk bekerja selama dua bulan. Karena terlalu sibuk, dia jadi nggak sempat transfer gajiku."

"Kalau begitu jangan lupa di ingatkan sayang. Soalnya gaji kamu itu kan hak kamu juga. Lagian majikan kamu itu pelit banget. Buat biaya hidup di sana aja kamu harus cari makan dan bayar aparteman murah juga." Mutia mengangkat tangannya saat sopir taksi hendak bicara. Sopir itu hanya menganggukan kepalanya lalu memarkirkan mobil di depan klinik yang berada di Kecamatan.

"Iya mas. Nanti kalau Nyonya muda telpon, aku minta gajiku. Udah dulu ya mas. Kita sudah sampai di rumah sakit."

"Iya sayang. Jangan lupa kirim uangnya ya. Kan untuk anak kita juga." Rasanya Mutia ingin muntah mendengar dusta yang keluar dari mulut Saka.

"Iya mas. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Sopir yang sudah lebih dulu turun lalu menggendong Tiara masuk ke dalam klinik.

***

"Gimana Ka? Mutia udah kirim uangnya?" Saka menggelengkan kepala dengan lesu. Wajah Bu Jarmi, Ibu Saka, seketika cemberut.

"Besok jangan lupa hubungi Mutia lagi. Kita harus bayar cicilan mobil bulan ini. Udah nunggak gara-gara kamu lebih memilih untuk membelikan Sekar perhiasan.

"Iya Bu." Sungut Saka sebal. Pria itu lalu beranjak ke depan untuk memeriksa Tiara. Ia ingin memasitkanTiara tidak kabur ke rumah orang tua Mutia seperti yang sering putrinya itu lakukan dulu.

Mata Saka membulat saat tidak menemukan Tiara di teras. Dengan langkah berderap, Saka mendatangi rumah tetangganya yang sering menolong Tiara. Dari jendela ruang keluarga, Saka dapat meilhat keluarga itu tengah asyik menonton TV. Karena tidak melihat keberadaan putrinya, Saka kembali ke rumah. Ia masuk ke dalam kamar hendak mengambil kunci mobil.

"Kamu mau kemana mas?" Tanya Mutia istri keduanya yang tengah berbaring di atas tempat tidur dengan bermain ponsel. Rasya, putra mereka yang baru berusia tiga tahun juga tampak anteng dengan ponsel di tangan.

"Mau ke rumah orang tuanya Mutia. Tiara pasti kabur lagi kesana."

"Kamu sih nggak mukul kakinya Tiara tadi. Besok aja kesananya. Biarin Tiara ngisi perut di sana. Aku nggak mau anak kamu itu mati di sini." Saka menyugar rambutnya kesal. Tapi, ucapan Sekar ada benarnya juga. Ia melatakan kembali kuncinya di atas nakas lalu berbaring di sebelah Saka.

Cklek

"Bapak, aku minta tas baru. Tadi temanku ada yang beli tas barbie bagus banget." Seru Dini, anak Sekar dari pernikahan pertamanya.

"Bapak lagi nggak ada uang Din. Kamu pakai yang ada saja dulu. Tas kamu masih bagus kok." Sekar menurunkan ponselnya saat mendenagr penolakan Saka.

"Kasih aja uang kamu sih mas. Uang kiriman dari Mutia kan masih ada."

"Ibu benar. Bapak kok jadi pelit sih?" Seru Dini sebal lalu keluar dari kamar orang tuanya.

"Aku memang lagi nggak ada uang Kar. Uang kiriman dari Mutia bulan lalu kan buat bayar biaya kuliahnya Ana." Bibir Sekar mencebik sebal.

"Lagian gaya banget mau kuliah segala. Udah tahu keuangan kita sulit sejak gajinya Mutia di pangkas. Suruh adik kamu kerja buat bayar biaya kuliahnya sendiri dong mas."

"Sudahlah Sekar. Hanya bulan ini saja. Lagipula aku selalu mengutamakan Dini daripada Tiara, anak kandungku sendiri."

"Oh, jadi kamu mulai perhitungan sama aku. Sejak kamu menikah denganku, kamu memang harus mendahulukan kebutuhan Dini darpada Tiara. Karena aku yang melayani kebutuhan kamu. Bukan Mutia." Cekcok malam itu tidak terhindarkan lagi. Hingga membuat Rasya menangis.

Sementara itu di klinik, Dokter baru saja selesai memeriksa Tiara. Tampak selang infus yang terhubung dengan tangan kiri gadis remaja itu.

"Untuk sementara ini, Tiara sama sekali tidak mengalami luka dalam Bu. Selain itu, luka memarnya masih dapat di sembuhkan dengan salep." Mutia menghela nafas lega.

"Terima kash Dok. Kapan hasil rontgennya keluar?"

"Besok pagi sudah keluar. Bu Mutia bisa tidur di bankar sebelah untuk menemani Tiara. Jika ada keperluan, silahkan panggil perawat yang berjaga."

"Terima kasih dok." Mutia menaikan selimut Tiara. Ia lalu mengambil ponselnya untuk mengirim pesan pada Zaki, adiknya.

'Mbak dan Tiara nggak jadi pulang. Tiara lagi di rawat di klinik setelah di siksa sama Mas Saka.'

Drrtt...

Balasan pesan dari Zaki masuk tidak lama kemudian. 'Ya udah mbak. Nanti aku bilang ke Ibu. Besok pagi biar aku yang jemput ke klinik.'

'Iya Ki. Salam buat Ibu.'

Mutia memandang Tiara yang masih terlelap tidur. Raut wajah Tiara kadang ketakutan. Mutia lalu mengusap pucuk kepala putrinya hingga Tiara merasa tenang kembali.

'Kamu tenang saja sayang. Ibu akan membalas perbuatan keluarga Bapak kamu. Mereka pasti akan menyesal karena kejutan dari Ibu.'

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Gairah Liar Perselingkuhan

Gairah Liar Perselingkuhan

kodav
5.0

Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku