Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Istri Cacat Sang CEO Arrogant

Istri Cacat Sang CEO Arrogant

hani_na

5.0
Komentar
215
Penayangan
2
Bab

Sebuah kecelakaan yang disebabkan oleh Aldino membuat kedua orang tua Kinara meninggal dan gadis itu kehilangan satu fungsi kakinya. Kedua orang tua Aldino yang tak ingin anaknya dipenjara itu memutuskan untuk menikahkan Aldino dengan Kinara yang kini tinggal seorang diri dengan satu kaki yang tak berfungsi, dengan bertujuan untuk tanggung jawab atas kehidupan Kinara karena gadis itu sudah tak punya siapa siapa lagi. Aldino terpaksa menikahi Kinara atas perintah orang tuanya, namun dia sangat membenci Kinara karena tak sempurna dengan kaki cacat, padahal Aldino sendiri yang membuat Kinara seperti ini. Setelah menikah, Kinara pikir akan mendapat kebahagiaan seperti yang Aldino janjikan sebelumnya, namun ternyata ia salah. Justru penderitaannya baru dimulai setelah menikah. Aldino sang CEO kasar nanti arrogant itu, tak pernah menganggap Kinara sebagai istri dan hanya menjadikan Kinara sebagai boneka. Akankah Kinara dapat bertahan menjadi istri dari sang CEO arrogant itu, atau dia akan memilih menyerah dan pergi dari kehidupan Aldino, sedangkan dia sudah terlanjur mencintai CEO arrogant itu?

Bab 1 Kecelakaan

"Ughh.. pusing banget," desah seorang lelaki dengan penampilan acak-acakan setelah keluar dari bar menuju parkiran.

"Aldino, woy!! Tunggu aku!" terlihat seorang lelaki lain memanggil namanya dan sedikit berlari menghampiri sang kawan yang sepertinya sudah mabuk berat itu.

"Ada apa, Steve?"

Aldino memijit pelipisnya pelan menahan pusing yang melanda akibat minuman keras yang banyak ia habiskan di dalam tadi.

"Kau yakin ingin pulang sendiri? Biar ku antar, bisa gawat kalau kau mengendara dalam keadaan mabuk!" balas Steve si pria jangkung yang merupakan teman Aldino.

Namun Aldino menggeleng keras, "Tidak perlu Steve! Aku baik-baik saja, hanya minum lima gelas saja tak akan membuatku tidak bisa mengendarai mobil sendiri." Jawabnya mengibaskan tangan.

Steve hendak meraih kunci mobil yang di bawa Aldino, namun Aldino lebih dulu mengangkatnya sehingga Steve tak berhasil mendapatkan kunci itu.

"Biar aku yang menyetir, Aldino! Kau sudah mabuk, sadarlah!"

"Hey, Steve! Apa kau tidak tahu siapa diriku? Sudah biasa aku mengendarai dalam keadaan mabuk saat berad di London! Jadi aku tak perlu meminta bantuanmu menyetir untukku!" tegas Aldino dengan lantang.

"Tapi Al__ "

"Sstt! Sudahlah biarkan aku menyetir sendiri! Lanjutkan kesenanganmu dengan wanita-wanita bayaranmu itu!" potong Aldino cepat.

Steve menghela nafas panjang melihat betapa keras kepalanya Aldino, sahabat yang sudah tinggal lama di London ini memiliki sifat begitu keras kepala dan arrogant. Dan tidak ada yang bisa menentang jika Aldino sudah membuat keputusan.

"Huh... baiklah kalau begitu dasar keras kepala! Hati-hati di jalan jangan sampai membuat kericuhan!" kata Steve dengan nada sedikit kesal.

Aldino tak memperdulikan ocehan Steve, dia langsung masuk ke dalam mobil dan mulai melajukan mobilnya meninggalkan bar malam itu dalam keadaan mabuk.

Aldino Setya Mahendra, lelaki berusia 27 tahun yang kini telah menjadi CEO di salah satu cabang perusaahn besar Mahendra company, yang masih melajang belum punya pasangan.

Memiliki paras tampan, namun arrogant dan bisa dibilang__ sedikit kejam itu sudah menjadi pemimpin perusahaan cabang selama 1 tahun ini. Berkuliah selama hampir 7 tahun di London membuat kepribadian Aldino menjadi lebih buruk, oleh karena itu dia hanya ditempatkan menjadi pemimpin di perusahaan cabang yang ada di London, sedangkan perusahaan pusat masih di pimpin oleh sepupunya yang bernama Gavin, tentu Gavin memiliki kepribadian jauh lebih baik dari Aldino.

Aldino melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi kala mengingat perlakuan keluarga besarnya yang ia anggap tidak adil, karena menjadikan Gavin pemimpin utama, bukan dirinya. Hal itu membuat amarah Aldino makin berkecamuk.

Dalam keadaan mabuk di tambah pemikiran yang membuat emosinya naik, Aldino menjadi sulit terkendali.

Mobil MC Laren mewah yang tumpangi oleh Aldino melaju makin cepat membelah jalanan kota Jakarta yang saat itu kebetulan sepi. Hingga tiba di pertigaan saat lampu lalu lintas berubah menjadi merah, Aldino tetap mempercepat laju mobilnya dan tak sadar jika ada mobil lain yang hendak melintas dan..

Braakhhh!!!

Tabrakan itu tak bisa dihindari, saat mobil Aldino menabrak mobil itu dengan sangat keras hingga membuat mobil merah di depannya terguling dan mobil Aldino menabrak pohon yang tak jauh dari sana.

Belum sampai situ, mobil merah yang Aldino tabrak terguling di tengah jalan raya itu, tiba-tiba ada sebuah truk yang melintas hingga menyeret mobil merah itu makin jauh.

"Akkhhh!!"

Terdengar pekikan keras dari penumpang yang ada di mobil itu kala truk tak sengaja membawa mobil itu menjauh dan berhenti.

Aldino yang baru terbangun dari pingsannya itu terkejut kala mendapati dirinya menabrak pohon di depannya. Dalam keadaan mabuk, dia tidak mengingat jelas apa yang terjadi.

"Arrgh, sial! Apa yang terjadi?!!" desisnya sembari menyentuh dahinya yang mengeluarkan darah akibat benturan keras yang ia alami.

Perlahan Aldino keluar dari mobilnya dengan keadaan sedikit tertatih karena tubuhnya juga sakit akibat benturan itu.

Dia menutup mulutnya tak percaya saat melihat pemandangan di hadapannya. Mobil merah yang ia tabrak tadi sudah remuk, suara sirine polisi dan ambulance terdengar mendekat, beberapa orang yang ada di sana membantu membawa para penumpang yang ada di dalam mobil itu yang sudah terdapat banyak darah pada para penumpang.

"A-apa, aku baru saja menabrak mobil itu?" tanya Aldino panik pada dirinya sendiri.

Karena pusing di kepalanya semakin melanda, membuat Aldino tak dapat menopang tubuhnya lagi. Dia ambruk ke tanah dan semuanya menjadi gelap. Sebelum merasakan kegelapan itu, Aldino sempat melihat beberapa orang berlari ke arahnya, termasuk polisi.

***

Di kediaman keluarga Roy Mahendra, tiba-tiba suara telepon rumah berbunyi membuat lelaki paruh baya yang tengah bermesraan di dalam kamar dengan istrinya itu segera bangkit untuk mengangkat telepon.

"Papa angkat telepon dulu ya, Ma." Pamitnya pada sang istri.

Dia meraih ganggang telepon yang sedari tadi berbunyi di larut malam begini, mengganggu kegiatannya saja.

"Hallo, ada apa ya menelpon malam-malam begini?"

'Apakah benar ini kediaman Roy Mahendra, ayah dari saudara Aldino Setya Mahendra?' tanya suara dari seberang sana.

"Iya betul saya Roy Mahendra, ada apa dengan anak saya ya? Dan siapa ini?"

'Kami dari kantor kepolisian pusat, anak anda baru saja menyebabkan kecelakaan yang membuat dua nyawa orang melayang dan satu orang cedera parah. Sekarang anak anda sedang ada di rumah sakit namun tidak terluka parah, dan setelah sadar nanti ia akan kami mintai pertanggung jawaban di kantor polisi.'

Roy membulatkan matanya terkejut, bagai tersambar petir di siang bolong mendengar kabar itu. Belum ada satu minggu berada di Jakarta anak itu sudah menyebabkan kecelakaan dan menghilangkan nyawa orang?

"A-apa?! Anak saya, Aldino mengalami kecelakaan dan menghilangkan nyawa 2 orang?" tanya Roy terbata dengan nada tak percaya.

'Betul, pak. Harap orang tua pelaku datang kemari untuk melihat putra kalian.'

"B-baik pak! Saya akan segera ke sana, tolong jangan liput berita ini ke media terlebih dahulu!" tegas Roy sebelum menutup telepon.

Dia bergegas menuju kamar untuk memberitahukan hal ini pada Istrinya.

"Ada apa, pa? Kok papa kelihatannya panik gitu?" tanya Olivia_ istri Roy, dengan heran.

"Ma, gawat Ma! Aldino, dia__ membuat kecelakaan dan menyebakan dua nyawa melayang. Polisi akan meminta pertanggung jawaban dia ma, bagaimana ini."

Olivia melotot tak percaya, ia juga sama terkejutnya seperti Roy tadi. "Apa?!! Tidak tidak!!! Aku tidak mau putra kita satu-satunya masuk penjara, Pa!! Lakukan sesuatu agar Aldino tidak masuk penjara, pa!!"

"Ayo kita segera ke sana, Ma! Bawa semua rekening yang kita punya di sini untuk membungkam mulut polisi dan media." Pungkas Roy tergesa.

Mereka segera bersiap siap untuk pergi menemui putra mereka, tapi sebelum itu Roy harus membungkam mulut polisi dan media agar kasus ini tidak menyebar luas.

***

"Arrgghh... " Aldino menggeram lirih saat pening mulai menyerang kepalanya.

Dia menatap sekitarnya yang merupakan ruangan bernuansa putih dan berbau obat-obatan menusuk. Dia baru sadar kalau sedang berada di rumah sakit, dengan tangan yang masih di infus.

Ceklek.

Pintu terbuka memperlihatkan kedua orang tua Aldino datang menghampiri, ruangan yang Aldino tenpati saat ini adalah ruangan VVIP jadi hanya ada satu pasien yaitu dirinya saja yang berada di sini.

"Pa, Ma... "

Plakkk!!

Belum sempat Aldino bertanya, Roy sudah menampar putranya terlebih dahulu. Olivia menahan suaminya agar tidak memukul putranya lagi.

"Mas, sudah mas jangan sakiti Aldino, kamu gak lihat dia sedang tidak baik-baik saja?" pekik Olivia.

Roy mendengus kasar, membuang muka tak ingin melihat tatapan sedih sang istri. "Benar-benar memalukan kamu Aldino!! Belum ada satu minggu berada di Jakarta, kamu sudah menyebabkan kecelakaan dan menghilangkan nyawa 2 orang?!!" ujar Roy meninggikan nada suaranya.

Aldino hanya bisa terdiam melihat kemarahan ayahnya, dan tak ada raut bersalah sama sekali di wajahnya.

"Aku mabuk, pa. Jadi aku tidak sadar saat melakukannya." Jawab Aldino dengan entengnya.

"Bisa-bisanya kamu beralasan seperti itu setelah menghilangkan nyawa orang lain?!!" geram Roy marah, tak habis pikir dengan reaksi sang anak yang sesantai itu, hanya seperti menabrak seekor kucing.

Olivia mengusap lengan suaminya dengan lembut, mencoba untuk menenangkan Roy yang sedang dalam emosi.

"Pa, sudahlah jangan terus menekan Aldino. Yang penting kita sudah membungkam para polisi dan media, dan Aldino tidak harus masuk penjara, kan?"

"Lalu bagaimana dengan keluarga korban? Masih ada satu wanita yang kehilangan satu fungsi kaki dan kehilangan kedua orang tua karena kecelakaan itu! Papa gak mau tahu, pokoknya kamu harus menikahi wanita itu, Aldino!!" tegas Roy dengan nada menggeram marah.

Olivia dan Aldino sama-sama terkejut mendengar hal itu, "Apa?! Menikah dengan wanita yang bahkan gak aku kenal?!" pekik Aldino terkejut.

"Pa, yang benar saja! Wanita itu cacat karena kehilangan fungsi kakinya, sedangkan anak kita sempurna! Aku gak mau kalau Aldino menikah dengan wanita cacat, pa!" imbuh Olivia tak terima.

Dia selalu mengunggul unggulkan anaknya dan menganggap anaknya paling sempurna di dunia ini, dia sangat menyayangi Aldino lebih dari apapun.

"Cukup, Ma! Jangan terlalu memanjakan Aldino, dia harus bertanggung jawab atas apa yang telah ia perbuat. Kita memang sudah membungkam para polisi dan media, lalu bagaimana dengan korban? Dia yang kehilangan kedua orang tua, dan Aldino yang membuatnya cacat! Apakah kalian tidak punya hati membiarkan gadis itu sengsara akibat perbuatan yang Aldino lakukan?!!" ujar Roy menegaskan.

Ia menekankan setiap ucapannya pada istri dan anaknya yang sama-sama keras kepala, egois, arrogant, dan sulit di atur.

"Tapi Pa, Aku gak kenal wanita itu! Tidak mungkin aku menikahinya begitu saja! Berikanlah kompensasi yang besar untuknya, gampang kan?!" balas Aldino.

"Enak sekali kamu membuat gampang segala hal, menganggap remeh setiap orang dan kesusahan orang lain akibat perbuatan yang kamu lakukan?!" bentak Roy marah.

"Pa, Aldino belum siap untuk menikah, jangan paksa dia untuk menikah apalagi dengan wanita cacat. Biarkan dia fokus dalam bekerja dulu agar bisa mendapatkan perusahaan pusat keluarga kita." Balas Olivia yang terus memebela anaknya.

"Kalau sampai kakek kamu tahu hal ini, sampai kapanpun dia tidak akan memberikan perusahaan pusat pada Aldino! Gavin lah yang tetap memegang kendali karena kelakuan kamu sudah sangat fatal."

Olivia dan Aldino makin terkejut mendengar hal itu. Olivia menatap suaminya dengan raut panik.

"Tidak! Jangan sampai hal itu terjadi! Aldino harus menjadi pemimpin utama perusahaan keluarga kita, bukan Gavin! Pa, jangan sampai papi tahu akan masalah ini!" desak Olivia.

"Kenapa bisa seperti itu?! Hanya karena kecelakaan ini kakek tidak akan mengangkat posisiku sebagai pemimpin utama?!" imbuh Aldino tak terima.

Roy tersenyum miring melihat reaksi Aldino dan Olivia jika membahas hal ini, dia sudah tahu kelemahan anak dan istrinya.

"Papa tidak akan memberitahu hal ini pada kakek kamu, dengan satu syarat. Kamu harus menikahi gadis korban kecelakaan yang kamu perbuat! Kamu harus bertanggung jawab akan kehidupan gadis itu karena kamu yang telah merusaknya, Aldino!"

***

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku