21+ AREA. BIJAKLAH DALAM MEMBACA DAN BERKOMENTAR! Maira Putri Nugroho, janda cantik yang diceraikan oleh suaminya karena tidak bisa memiliki anak. Maira berusaha menyembunyikan perceraiannya dari sang kakak agar kakaknya tidak terlibat konflik dengan mantan suaminya. Demi bertahan hidup, Maira bekerja sebagai pembantu di kediaman keluarga Manohara. Namun, menjadi pembantu membuat Maira semakin menderita karena terpaksa menjalin kasih dengan Tuan Muda dari keluarga Manohara. Mampukah Maira bertahan dengan Tuan Muda yang dijuluki sebagai pria berhati dingin? Penasaran dengan kelanjutannya? Silakan baca dan jangan lupa follow akun Instagram Author ya. IG: @natashareyfana_
Maira berada di ruang tamu, ia tengah menunggu suaminya. Dia ingin mengajak suaminya menonton film kesukaan mereka berdua sewaktu masih pacaran.
"Mas kok lama banget, ya?" gumam Maira sembari melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan, hampir 30 menit ia menunggu.
Namun, suaminya tak kunjung datang juga, bahkan minuman hangat yang telah Maira sediakan menjadi, dingin.
"Sebaiknya, aku susul saja." Maira bangun dari duduknya, lalu melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Sesampainya di lantai dua, Maira melihat suaminya sedang sibuk berteleponan dengan seseorang dan suaranya, seperti suara wanita.
Maira melangkah mendekati suaminya secara perlahan dan saat berada di belakang suaminya, Maira langsung merampas ponsel tersebut, lalu melihat nama yang sedang berteleponan dengan suaminya.
"Ngapain kamu teleponan sama Celine? Buang-buang kouta saja," tanya Maira pada suaminya.
"Terserah aku dong. Lagi pula yang mencari uang itu aku, bukan kamu. Jadi, kamu diam saja!" balas suaminya dengan nada tinggi.
"Tapi kamu pinjam uang kakak aku buat modal usaha dan sampai sekarang uang itu belum dikembalikan. Itu artinya, harta kamu adalah milik kakakku!" sahut Maira.
Maira berusaha untuk melawan suaminya karena ia tidak ingin harga dirinya diinjak-injak oleh laki-laki jelmaan iblis, seperti Aditya.
"Kamu pikir aku nggak tahu kalau kamu memiliki hubungan khusus sama mantan pacarmu itu. Lihat saja kalau sampai kamu tinggalkan aku, aku akan aduin kamu ke Kak Dinas!" ancam Maira pada Aditya–suaminya.
"Aku tidak takut dan kalau perlu, kamu suruh dia ke sini agar aku bisa membunuhnya!" sahut Aditya dengan wajah menyeramkan.
Aditya mengepalkan tangannya, lalu mengeluarkan senjata tajam yang ia sembunyikan dari Maira.
"K–kamu mau apa?" tanya Maira.
Maira memundurkan langkahnya dan berusaha menjauh dari Aditya, tapi Aditya malah semakin mendekatinya dan senjata itu menghadap ke arah Maira.
"Jangan macam-macam atau aku akan menelepon polisi!" ancam Maira.
Namun, Aditya mengabaikannya dan tetap fokus pada tujuan utamanya yakni membunuh Maira agar utangnya kepada Dinas lunas.
"Kamu tahu? Aku sudah muak banget dengan dirimu, tapi aku masih mencoba untuk menahannya karena 70% dari perusahaan aku adalah milik kakakmu ..." ucap Aditya.
"Lalu, apa hubungannya sama aku? Kamu membenci Kak Dinas, tapi kamu melampiaskannya padaku. Dasar banci!" cemooh Maira membuat Aditya semakin emosi.
Aditya menarik tangan Maira secara paksa, kemudian ia memelintirnya dengan sangat kencang membuat Maira merintih kesakitan.
Namun, bukannya merasa iba ... Aditya justru menambah penderitaan Maira, dia mencekik leher Maira hingga Maira tidak berdaya dan terkulai lemas di lantai.
"Kenapa kamu tega sama aku? Apa aku pernah melakukan kesalahan kepadamu?" Maira menatap Aditya dengan penuh sendu, sedangkan Aditya malah tersenyum bahagia karena dia puas saat melihat Maira menangis ketakutan.
"Aku tidak pernah cinta padamu. Aku menikahimu karena ingin memanfaatkan kamu saja dan sekarang aku sudah sukses, perusahaan aku hampir setara dengan perusahaan milik Dinas ..." balas Aditya sambil tersenyum licik.
Aditya sudah merencanakan ini sebelum menikah dengan Maira. Tujuan utamanya hanyalah untuk berlindung di balik perusahaan raksasa milik Dinas yakni Nugroho And The Group.
"Ucapkan selamat tinggal pada duniamu ini," suruh Aditya.
"Kamu benar-benar jelmaan iblis!" teriak Maira, tapi Aditya malah membalasnya dengan senyuman.
Aditya mengangkat senjatanya, lalu hendak melayangkannya ke tubuh mungil Maira.
Seketika Maira menutup mata, ia hanya bisa pasrah kepada Tuhan. Namun, tiba-tiba ada seorang pria yang menendang senjata milik Aditya hingga terpental cukup jauh.
"Siapa kamu?" tanya Aditya pada orang yang menyelamatkan Maira.
Orang itu hanya terdiam tanpa menjawab sepatah katapun. Entah siapa dia, Aditya tidak bisa mengenalinya karena wajahnya tertutup oleh kerudung jubah.
"Kamu bisu, ya?" tanya Aditya yang mulai merasa jenuh dengan sosok pahlawan kesiangan itu.
"Kamu tidak perlu tahu siapa saya, yang jelas kamu tidak pantas untuk Maira dan kamu harus dihukum karena telah melanggar janjimu!" balas orang itu membuat Aditya semakin penasaran karena jika didengar dari suaranya sedikit mirip dengan suara Gilang–sahabat Maira.
Aditya mendekatkan langkahnya pada sosok pria berjubah hitam tersebut, lalu Aditya berdiri di hadapan pria itu untuk mengukur tinggi tubuhnya dan pria itu.
"Pria bertubuh tinggi, pasti salah satu dari kelompok Dinas .." batin Aditya.
Aditya berusaha menarik kerudung tersebut. Namun, dengan cepat pria itu langsung menangkis tangan Adit.
"Jika kamu berani macam-macam dengan Maira, aku tidak akan segan-segan untuk membongkar seluruh aib kamu kepada selingkuhanmu!" ancam balik pria itu membuat Aditya terdiam seribu bahasa.
Aditya memundurkan langkahnya, lalu pergi dari tempat tersebut karena ia tidak ingin aibnya dibongkar kepada Celine–selingkuhannya.
Ketika Aditya pergi, pria itu menghampiri Maira dan berdiri di hadapannya dengan penuh gagah.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya pria itu.
"Siapa kamu?" tanya balik Maira dengan ekspresi takut bercampur sedih dan marah.
Maira tidak berani melihat karena takut jika orang itu adalah penjahat yang sedang mencari dirinya.
"Aku adalah pria paling tampan sejagad raya," balas pria itu membuat Maira tercengang karena suara itu terdengar tidak asing baginya, sedikit mirip dengan suara sahabatnya.
"Gilang?" tanya Maira seolah tidak percaya jika orang yang menyelamatkan dirinya adalah sahabatnya karena sahabatnya tinggal di Negara Tiongkok.
"Iya, ada apa? Kamu kangen ya?" tanya balik Gilang sambil menggoda.
Gilang duduk di samping Maira, lalu bersandar di bahu Maira. Perlahan Maira membuka mata dan menatap wajah Gilang yang terlihat lebih tampan dari sebelumnya.
"Kamu semakin tinggi dan ganteng saja, pasti makan tirai bambu ya?" tanya Maira membuat Gilang terkekeh.
"Enak saja, kamu pikir aku panda?" Gilang mencubit hidung Maira, lalu mengacak-acak rambutnya membuat Maira terlihat, seperti orang gila.
"Ish, nakal deh. Baru juga ketemu sudah ngajak berantem lagi," gerutu Maira merapikan rambutnya kembali.
Gilang tersenyum, lalu mengecup pipi Maira yang basah karena air mata.
"Kamu semakin cantik, Maira. Seharusnya Adit bersyukur mempunyai istri secantik dirimu," puji Gilang membuat jantung Maira berdegup kencang.
"Masa sih? Bagi mama mertuaku masih cantikan Celine daripada aku," tanya Maira dengan wajah polosnya.
"Itu artinya, mata mama mertuamu perlu diperiksa. Siapa tahu kena katarak karena sering ngintipin orang pas lagi ena-ena," sahut Gilang membuat Maira tertawa.
"Dasar otak mesum!" seru Maira, kemudian kembali tertawa.
Maira benar-benar tidak habis pikir dengan sahabatnya yang satu ini. Wajahnya tampan dan dia memiliki banyak prestasi, bahkan keluarganya pun masuk ke dalam keluarga terkaya di dunia. Namun, hingga detik ini ... Gilang belum menikah.
"Kamu kok ketawa puas banget?" tanya Gilang dengan raut bingung.
"Aku bingung sama kamu. Kamu itu kaya, ganteng dan berprestasi. Tapi sampai sekarang masih jomblo," balas Maira membuat Gilang terdiam seribu bahasa.
Gilang tidak tahu harus menjawab apa karena wanita yang ingin dinikahi olehnya hanya satu yaitu Maira, tapi Maira tidak pernah peka terhadap perasaannya.
"Lang, kamu kenapa?" tanya Maira.
"Tidak papa, aku juga bingung. Mungkin Tuhan memang belum menakdirkan aku untuk menikah," balas bohong Gilang.
Gilang mengalihkan pandangannya dari Maira membuat Maira menjadi, sedikit curiga.
"Aku tahu sebenarnya ada wanita yang kamu suka, tapi kamu takut untuk mengungkapkannya." Maira meledek Gilang sambil tersenyum menggoda.
"Iya sih. Soalnya, wanita yang aku cinta sudah punya suami," sahut Gilang membuat Maira terkejut.
"Gila kamu, Lang. Masa suka sama istri orang? Kamu kan ganteng, nggak level kalau jadi, pebinor!"
Maira menatap Gilang dengan tatapan membunuh. Namun, Gilang malah tersenyum karena wajah Maira semakin imut saat sedang merajuk.
"Abisnya, wanita yang aku suka terlalu imut sih. Jadi, pengin aku gigit biar imutnya hilang." ucap Gilang membuat Maira menjauh.
"Kabur, ada psikopat!" teriak Maira, lalu berlari menjauhi Gilang.
Gilang menggelengkan kepala, lalu ikut berlari dan mengejar Maira.
"Awas, kalau tertangkap ... Aku akan menggigit kamu!" ancam Gilang sambil bergaya ala-ala serigala.
"Nggak takut, blee." Maira menjulurkan lidahnya sambil terus berlari, sedangkan Gilang berusaha untuk menangkap mangsanya yang sudah dia incar sejak 10 tahun lalu.
Bersambung ...
Bab 1 Diam-Diam Suka
06/05/2022
Buku lain oleh Dina Aisha
Selebihnya