Saat kecil ia terlihat lucu, tapi setelah besar ia terlihat menarik. Sampai aku ingin merubah statusnya yang menjadi anak angkat ku ubah menjadi kekasih hatiku. Yah, itulah yang terjadi padaku. Kalau aku sangat mencintai anak angkat ku.
Bab 1
Prolog
Langsung saja yah, namaku Alvian sering dipanggil dengan panggilan Alvi. Aku anak dari keluarga miskin yang memiliki hutang dengan keluarga yang saat ini aku menjagaku, tapi tidak tahunya aku justru jatuh cinta padanya.
Kenapa bisa begitu? Inilah ceritaku, cerita nyata tentang kisah hidupku. Semoga yang baca buku ini jangan meniru apa yang aku lakukan, oh iya. Jangan lupa kasih ulasan dan bintang lima yah. Terima kasih untuk kalian yang membaca kisah ku ini. Dukungan kalian sangat berharga untukku.
Langsung saja ke ceritaku.
Saat itu aku telat bangun dan Anna langsung masuk begitu saja ke kamarku, padahal aku tidur cuman pakai celana pendek yang sepaha dan tidak mengenakan baju sama sekali. Maklum kalau di rumah aku sering kepanasan walaupun sudah ada AC. Lagian aku lebih nyaman tidur tanpa pakai baju karena bebas rasanya. Jangan negatif thinking yah. Terkadang aku pakai kaos oblong aja kalau tidur, itupun kalau cuacanya lagi hujan.
Anna lama memandangi badanku, hingga aku pun sedikit malu dengan tatapannya. "Sana keluar," kataku dengan manja, sebab Anna dan Ari sering memanjakan ku, mereka menganggapku sebagai bagian dari keluarga mereka. Tapi masalahnya sekarang aku sudah mulai dewasa. Wajar kalau ada perasaan malu jika dipandang seorang wanita.
"Ayo buruan berdiri, jangan tutupi badanmu dengan selimut lagi, nanti kamu telat loh, Alvi." Tangan Anna menarik selimut yang menutup tubuh ini. "Buruan pergi mandi!" tangan Anna menunjuk ke arah kamar mandi saat bicara denganku.
"Tapi aku masih ngantuk, entar lagi deh. Sepuluh menit lagi."
"Kamu jangan manja Alvi, buruan berdiri dan langsung mandi!"
Aku sedikit jengkel di bentak pagi-pagi olehnya, tapi mau bagaimana lagi. Aku tidak ada pilihan selain berdiri. Tapi tiba-tiba Anna berkata, "Kamu sudah gede juga sekarang yah Alvi, Aku gak nyangka aja lihat kamu yang sudah dewasa gini. Makin tampan lagi."
"Kamu apa-apaan sih, kayak baru pertama lihat aku aja. Sana Anna kamu keluar dulu. Aku mau mandi dulu."
Anna senyum-senyum sendiri saat tanganku mencoba menutupi sesuatu di tubuh ini. "Ayolah Anna, kamu keluar dulu," kataku lagi, tapi tangan Anna seperti sengaja menyentuh bagian yang kenyal tanpa tulang tapi dia suka mengeras. Apalagi semakin disentuh dia semakin mengeras.
"Apa kamu sudah ada pacar, Alvi?"
"Apa?" tanyaku dengan gugup, dan aku harus bisa mengendalikan emosi dan pikiranku, agar tidak sejalan dengan keinginan yang melepaskan sesuatu yang memberikan sensasi.
Apalagi semalam aku sempat menonton film ... sampai larut malam, itu yang membuatku jadi telat bangun kini. Jangan tanyakan apa yang aku lakukan tadi malam selepas aku menonton. Kamu pasti paham sendiri kan?
"Kok gak dijawab sih Alvi, tapi rasanya cuacanya dingin yah. Aku jadi malas untuk masuk hari ini. Apalagi hari ini cuman gotong royong doang kan. Kalau begitu kita tidak usah berangkatlah Alvi."
"Apa?" aku yang kaget tambah kaget, apalagi saat Anna langsung naik ke atas ranjang dan tangannya yang memelukku dengan erat, kalau sudah begini aku paham maksudnya apa.
Cuman Anna memberikan sinyal lain dengan menyentuhu, membuatku tidak tahan lagi, segera mungkin aku membalikkan badan Anna dan langsung memberikan apa yang dia mau.
Aku tahu ini salah, tapi aku bisa gila kalau terus-terusan menahannya, apalagi Anna masih sangat muda. Usianya sekitar 38 tahunan, badannya juga tidak kalah bagusnya dengan aktris cantik Korea, ditambah wajahnya yang kebule-bulean. Satu sekolah mengakui kalau Anna itu sangat cantik, bahkan aku pernah mendengar cerita dari seorang pria yang berkata kalau dia sangat ngefans terhadap Anna.
Cuman karena Anna sudah menikah membuat tidak ada satupun yang berani mendekatinya. Dan aku heran saja dengan Anna, kenapa justru Anna begitu bersamangat melihat badanku ini, tapi wajar sih Anna naksir aku. Karena aku pria yang tampan. Mungkin kalau dibandingkan dengan Ari suaminya akan jauh perbedaannya.
Ari itu hitam, gendut dan pendek, cuman Ari itu sangat kaya raya, Anna pernah sih bilang ke aku kalau Anna tidak begitu cinta dengan suaminya. Apa karena itu Anna naksir aku? Entahlah, aku tidak bisa berkata banyak. Yang aku tahu saat ini aku puas karena bisa ginian dengannya.
Dia benar-benar memberikan sensasi yang tidak pernah aku dapatkan di luaran, dia sangat luar biasa. Apalagi saat Anna berkata, "Aku belum selesai, apa boleh aku naik lagi?"
"Lakukan saja Anna, aku juga suka dengan gerakanmu. Tapi kalau dapat lebih cepat gerakannya lagi yah. Aku suka kok. Sering-sering aja gini."
"Baiklah Alvi, aku senang kalau kamu suka."
"Ya jelaslah aku suka, aku kan cowok. Siapa sih yang bisa menolak kalau gini. Apalagi kamu sangat cantik."
"Kamu bisa saja, Alvi. Aku jadi malu karena kamu."
"Aku serius Anna, kamu tuh cantik. Sangat cantik malahan, Anna."
Setelah kejadian itu aku dan Anna semakin dekat, bahkan sangat dekat. Cuman kami sebisa mungkin menutupi hubungan kami agar tidak ketahuan.
Jadi jangan salahkan aku jika rasa cinta dan sayang ini timbul ke Anna, terserah kalian mau bilang apa tentang aku dan Anna. Yang aku tahu semenjak pagi itu aku dan Anna sering melakukannya lagi.
Bahkan setiap kali ada kesempatan, baik dia sedang memasak, sedang bersihkan rumah. Kalau aku lagi pengen langsung aku lakukan begitu saja. Dan dia tidak pernah menolak dan memarahiku, tapi beberapa hari ini aku tidak pernah melakukannya dengan Anna lagi. Alasannya karena sedang ada Rey di rumah.
Kata Rey untuk kedepannya dia akan jarang pergi ke luar kota, karena ada asisten yang mengurus pekerjaannya, dan papa ingin menghabiskan waktu dengan keluarga.
Bukannya senang justru aku merasa kecewa, apalagi saat melihat Anna tidur di pangkuan Rey, rasanya aku cemburu melihat Anna jika dekat dengan Rey.
Sangking kesalnya aku, pernah seketika aku diam-diam masuk ke dalam kamar mandi saat aku lihat Anna masuk ke dalam kamar mandi.
"Alvi, nanti kita ketahuan. Bagaimana dong Sayang? Apa tidak nanti saja sayang, tunggu dia pergi dulu. Bagaimana?"
"Nggak, aku maunya sekarang. Kamu harus mau!"
Masa bodoh, itu kataku dalam hati. Yang penting aku bisa menyalurkannya.
Catatan.
Harus berapa kali lagi sih aku edit, aku gak ada gambarin secara detail tentang adegannya, tapi kenapa minta di revisi terus? Padahal novel lain jauh Lebih banyak vulgar dari novel ini. Tapi giliranku selalu saja gak lolos. Kalau kali ini gak lolos, ya udah. Sekalian aja tolak pengajuan buku ini. Gak adil banget sih. Padahal novel lain jauh lebih ngeri adegannya
Buku lain oleh Bulan dari f
Selebihnya