Warning: zona 21+!!!! Harap bijak dalam memilih bacaan, bukan lapak anak kecil!
Namanya Ayunda, seorang wanita cantik bertubuh semok dengan payudara yang sekal dan besar serta bagian bokong yang bulat menonjol.
Dua tahun lalu dia menikah dengan Ardian, pria biasa yang bekerja sebagai karyawan kantor kecil di kota. Ardian memang memiliki wajah yang tampan rupawan, itulah sebabnya kenapa Ayunda mau menikah dengan Ardian.
Tetapi, belakangan ini perusahaan mengalami kemerosotan sehingga beberapa karyawan terdampak phk masal, termasuk Ardian. Oleh sebab itu, mereka berniat untuk menumpang di rumah pamannya Ardian di desa kecil pinggir kota.
Paman Baron, pria bertubuh atletis yang kekar juga berotor.
"Maaf jika kami merepotkan paman, kami tak punya pilihan lain selain menumpang di rumah paman."
"Bukan masalah besar, lagipula kau mau melamar di pabrik-pabrik besar itu 'kan? Dan Ayunda bisa membantuku disini," jawab paman, sambil menampar bokong Ayunda.
Ayunda tersentak, bokongnya masih sedikit bergoyang karena tamparan paman.
"Paman, tolong jangan seperti itu. Memukul seorang perempuan tanpa ijin, bukankah itu tidak sopan?" ucap Ardian hati-hati, bagaimana pun Ayunda adalah istrinya.
"Ahh, maaf. Aku begitu antusias karena sekarang ada yang akan membantuku dan aku tidak tinggal sendirian lagi. Yasudah, ayo masuk! Kamar kalian ada di sebelah kanan, aku akan ke ladang untuk bekerja," jawab paman, kemudian berlalu pergi meninggalkan Ayunda dan Ardian dalam keheningan.
Mereka pun masuk ke kamar, membereskan barang mereka.
"Sayang, sepertinya benar kata paman. Aku harus mencoba melamar di pabrik-pabrik besar itu, semoga saja aku diterima dan kita bisa mulai menyewa rumah lagi," cetus Ardian.
Sebagai seorang istri, Ayunda tentu mendukung keputusan suaminya. Meskipun pabrik di desa gajinya mungkin tak seberapa, tapi lumayan untuk menunjang kehidupan mereka.
Ardian pun mengambil beberapa map yang sudah berisi persyaratan lengkap untuk melamar kerja.
"Yasudah, aku berangkat sekarang yaa? Kamu jangan merepotkan paman!" pamit Ardian
"Iyaa, semoga berhasil yaa. Aku juga tak mau terus-menerus menyusahkan Paman Baron, kita harus secepatnya menyewa rumah." balas Ayunda, sambil menggenggam tangan suaminya.
Ardian pun pergi, kini tinggallah Ayunda seorang diri. Dia berniat untuk mandi karena badannya yang semok sangat mudah berkeringat. Setelah mengambil handuk, dia pun masuk ke kamar mandi yang kondisi pintunya sudah tidak bisa dikunci.
Ayunda merasa aman karena Paman Baron tidak ada di rumah, lagi pula masih siang tak mungkin pria kekar itu keburu pulang saat ia tengah mandi.
Ayunda pun menutup pintu dan mulai membuka semua pakaian sehingga ia bertelanjang bulat. Karena kamar mandi di desa sangat sederhana jadi ia harus mengisi air menggunakan ember dan mandi dengan posisi jongkok atau duduk dibangku kecil yang memang ada di dalam kamar mandi.
Ayunda memilih untuk duduk di bangku, sambil menunggu air di ember penuh ia membuka ikat rambutnya. Tak lama terdengar suara pintu terbuka, Ayunda yang kaget langsung menoleh dan mendapati Baron sedang berdiri telanjang dengan handuk kecil di lehernya.
"Oh, kau juga sedang mandi, Ayunda?" tanya Baron sambil mendekati Ayunda.
Reflek Ayunda menutup payudaranya menggunakan tangan.
"Kenapa paman masuk sembarangan? Bairkan aku menyelesaikan mandiku lebih dulu!" ucap Ayunda, yang entah mengapa membuat Baron tertawa.
"Tak usah kaget, di desa kami sudah biasa untuk mandi bersama dan saling menggosok punggung. Biarkan aku menggosok punggungmu, lalu gantian kau yang menggosok punggungku!" ucap Baron.
Ayunda tampak berfikir, mungkin benar ucapan Baron. Dia hanya pria kolot yang masih mengikuti tradisi desa, tak ada salahnya menuruti orang yang akan menopang kehidupan mereka.
"Baiklah paman!"
Baron pun berjongkok di belakang Ayunda dan mulai menggosok punggungnya menggunakan batu yang memang khusus digunakan untuk membersihkan tubuh. Awalnya memang hanya menggosok punggung, tapi lama-kelamaan tangan Baron mulai menjelajah sampai ke payudara Ayunda.
Sedangkan batu yang tadi ia simpan, lalu tangan kirinya mulai meraba klitoris Ayunda. Refleks yang salah, Ayunda malah membuka lebar pahanya sehingga punggungnya menyentuh dada Baron.
Ini kesempatan yang bagus, baron mulai memainkan klitoris Ayunda sedangkan tangan kanannya memainkan puting Ayunda yang sudah menegang.
"Paman tak seharusnya melakukan ini, bukankah kita hanya akan saling menggosok punggung?" tanya Ayunda polos, tangannya mencoba melepaskan tangan kekar Baron tapi nihil.
"Aaahhhh paman.... aaaahhh"
"Paman ouhhhhh... tolong hhhhentikan aaahhhhh"
Ayunda terus menolak tapi tubuhnya sama sekali tak melakukan perlawanan, sebaliknya ia justru terlihat sangat menikmati permainan Baron.
"Lihatlah, tubuhmu gemetaran. Bukankah ini terlalu nikmat?"
"Tidak ahhhhh paman eeemhhhh"
"Paman ouhhhhh ouhhhhh aakhhhhh"
Tubuh Ayunda mulai mengejang, netranya mengarah keatas dengan lidah yang menjulur.
'Ssrrrrrrttt ssssrrrrtt'
Cairan menyembur dari lubang kencing Ayunda, dia berhasil squirt oleh permainan tangan Paman Baron.
"Ayo, keluarkan semuanya!"
'Hosh! Hosh!'
Ayunda mencoba mengatur nafasnya yang terengah, degup jantungnya masih berdetak kencang akibat orgasmenya tadi.
Baron kemudian mendorong punggung Ayunda sehingga wanita itu terjatuh dalam keadaan menungging. Dia kemudian mulai menggesekkan penisnya yang panjang besar dan berurat di sela vagina Ayunda.
"Ahh paman, apa yang akan kau lakukan? Aku adalah istri keponakanmu," Ayunda mencoba menolak yang lagi-lagi tanpa melakukan perlawanan.
"Justru itu, istri yang baik pasti akan mendukung suaminya. Jika kau tidak membantuku hari ini, maka aku akan menyulitkan suamimu," ucap Baron
Ayunda terdiam, jika ini untuk suaminya maka ia harus melakukan hal ini dengan paman Baron.
"Baiklah, aku melakukan ini untuk Ardian!"
"Begitu, baru istri yang baik."
Tanpa aba-aba kemudian Baron mulai memasukkan penis besarnya perlahan, membuat Ayunda mengerang.
"Aahh, lubangmu sempit sekali sayang"
Baron masih mencoba memasukkan penisnya sampai akhirnya semuanya masuk ke dalam vagina Ayunda. Kemudian dia mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur, memompa kenikmatan dalam dirinya.
Ayunda menggigit bibir bawahnya, ia mencoba menahan desahannya yang sepertinya sudah diujung batas.
"Aaaakhhhhh ouhhhhh...paman ouhhhhh aaakhhhh"
Akhirnya suara itu keluar dari mulut Ayunda, matanya merem-melek merasakan setiap tabrakan kepala penis di pintu rahimnya.
'PLOK PLOK PLOK'
Suara genjotan paman terdengar semakin keras, membuat dinding rahim Ayunda menebal.
"Lihatlah bagaimana vaginamu memeras penisku"
Baron semakin mempercepat gerakannya sehingga payudara Ayunda memantul-mantul tak tentu arah.
"Oouhhhhh aargghhhh aaahhhh ahhhhh"
"Ouhhh lubangmu enak sekali, apakah bocah itu mengurus lubangmu dengan benar?"
"Ouhhh Ayunda biarkan benihku menyembur dalam rahimmu."
Ayunda yang tak dapat lagi berpikir hanya bisa mendesah hebat, ia merasakan tubuhnya yang mulai bergetar menandakan klimaksnya akan datang.
"Aaaakhhhhhh ouhhhhh"
Ayunda sudah tak bisa mengontrol wajahnya, ekspresi kenikmatan itu akan membuat semua pria terangsang.
"Ouhhh Ayunda"
'Crott...crott...crott'
Baron orgasme dengan sempurna, ia menumpahkan semua cairannya di dalam rahim Ayunda. Bersamaan dengannya Ayunda juga meraih orgasmenya, sehingga cairan mereka bersatu dan merembes keluar dari vagina Ayunda.