/0/24057/coverorgin.jpg?v=fd1094b94f91e88087ae939108913a37&imageMogr2/format/webp)
"Menikahlah dengan suamiku! Aku mohon!"
Jihan tercengang mendengar sang majikan berucap seperti itu, dia pun menghentikan kegiatannya merapikan kamar majikannya. Kemudian menghampiri wanita cantik tersebut.
"Kenapa Nyonya berbicara seperti itu?" tanya Jihan sambil menatap wajah pucat Mikhaela dengan dalam.
"Kamu sudah tahu, aku ini tidak akan bisa memberikan keturunan untuk suamiku. Bahkan lusa rahimku akan diangkat," terang Mikhaela lirih.
Jihan terdiam, karena dia tidak pernah bermimpi menjadi istri kedua apa lagi menikah dengan sang majikan.
"Aku tidak percaya pada wanita lain Jihan. Aku ingin kau melahirkan anak untuk mas Abraham," tambah Mikhaela.
Jihan semakin tercengang mendengar permintaan sang majikan padanya, kemudian dia duduk di samping wanita itu dengan perlahan.
"Nyonya harus sembuh, karena saya yakin itu! Jangan ucapakan kalimat itu lagi!" pinta Jihan pelan.
Mikhaela memegang tangan Jihan, kemudian menangis tersedu-sedu di hadapan wanita itu. Sebab ia tidak akan sanggup jika sang suami menikah lagi dengan wanita lain untuk mendapatkan anak. Sebab dia tidak akan bisa memberikan keturunan untuk suaminya.
"Jihan, aku percaya padamu! Kalau kamu tidak akan mencintai suamiku, walaupun kamu melahirkan anak untuknya," ucap Mikhaela dengan lirih.
Jihan terdiam, kemudian dia bergegas pergi dari sana tanpa mengatakan apapun. Sebab ia tidak akan mau menikah dengan sang Tuan yang sangat baik padanya selama ini.
Wanita muda yang baru berusia 26 tahun ini kembali mengerjakan tugas, namun kali ini dia tidak pokus karena permintaan sang nyonya tadi. Jihan membersihkan dedaunan yang ada di kolam renang.
Kemudian duduk sambil mengingat kembali ucapan Mikhaela yang memintanya untuk menikah dengan Abraham, yang berstatus sebagai majikannya.
"Tidak akan terjadi pernikahan itu! Apa lagi aku sama sekali tidak ingin menikah diumur yang sekarang," gumam Jihan lirih.
...
Jihan dikejutkan oleh ketukan pintu kamarnya. Padahal ia baru saja ingin beristirahat setelah menyelesaikan pekerjaannya.
"Siapa ya, kenapa mengetuk pintu kamarku tidak henti-henti?" gumam Jihan sambil berjalan membuka pintu kamarnya.
Saat dia membuka pintu kamarnya, ia sangat terkejut melihat sang Tuan berdiri dihadapannya.
"Maaf Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Jihan sambil menundukkan kepalanya.
"Saya ingin tanya, kenapa Mikhaela tidak mau berbicara? Katanya kamu tau apa permasalahannya?" tanya Abraham dengan terus terang.
Sebab, dia tidak mau basa-basi kepada wanita lain. Hal itu membuat Jihan langsung menceritakan apa yang terjadi tadi padi pada sang majikan.
Sontak saja membuat Abraham sangat terkejut, kemudian dia bergegas pergi menuju kamar sang istri untuk menanyakan langsung apa yang diucapkan oleh Jihan tadi benar atau tidak.
Setelah sampai, dia langsung menghampiri sang istri yang terbaring lema di ranjang king size mereka.
"Kenapa kamu meminta saya untuk menikahi Jihan? Apa kamu tidak waras lagi?!"
Mikhaela tersenyum mendengar pertanyaan sang suami. Padahal pria itu tengah marah saat ini padanya. Namun ia sama sekali tidak takut.
"Mas, kangker ramin yang aku derita sudah parah! Hanya kecil kemungkinan aku bisa bertahan. Sebab itu menikahlah dengan Jihan dan segera miliki anak dengannya, agar kita bisa merawat anak itu bersama," terang Mikhaela.
Abraham mengelengkan kepala, karena mendengar sang istri meminta yang bukan-bukan padanya hanya untuk mendapatkan anak.
"Mikhaela sayang, saya bisa mengambil bayi dari pantai asuhan. Kenapa saya harus menikahi pembantu kita demi mendapatkan anak?" tanya Abraham lembut sambil mengecup kening istrinya.
Mikhaela memegang tangan Abraham dengan lembut, kemudian dia tersenyum manis menatap wajah sang suami yang sangat tampan.
/0/16286/coverorgin.jpg?v=50b3e3f6bff299b91fb512578e017c81&imageMogr2/format/webp)
/0/22405/coverorgin.jpg?v=51f48758e88c4bcd40d9c3f7e5563a82&imageMogr2/format/webp)
/0/21451/coverorgin.jpg?v=aa8ceebdc41dc61121defec234029f0e&imageMogr2/format/webp)
/0/18292/coverorgin.jpg?v=87cfca97bd6e4a87b8a1e45f2d59d4bc&imageMogr2/format/webp)
/0/6065/coverorgin.jpg?v=4f9ce7a2ab60f85411aa684b53fa326c&imageMogr2/format/webp)
/0/16630/coverorgin.jpg?v=af4949d7071372674c01b7daf4fa5b8a&imageMogr2/format/webp)
/0/7223/coverorgin.jpg?v=4f03b6dd8d7d04688cb9987f4ab747f1&imageMogr2/format/webp)
/0/17602/coverorgin.jpg?v=9220a2a1d726f36da5fbcce14f1e3d92&imageMogr2/format/webp)
/0/16786/coverorgin.jpg?v=96add49d8e451ffc91885de4d51254eb&imageMogr2/format/webp)
/0/21529/coverorgin.jpg?v=ba769898226d749118ed7754d2af4424&imageMogr2/format/webp)
/0/4346/coverorgin.jpg?v=20250121182517&imageMogr2/format/webp)
/0/27637/coverorgin.jpg?v=9dc427f1beef1e71450e9d991dc5559b&imageMogr2/format/webp)
/0/21322/coverorgin.jpg?v=36aee7773b0788d14186a7b02eb2d14b&imageMogr2/format/webp)
/0/16645/coverorgin.jpg?v=ef346df3b63e19bf964828ca82a1a7a0&imageMogr2/format/webp)
/0/21237/coverorgin.jpg?v=7e90218b32918639b2b212e0858d597e&imageMogr2/format/webp)
/0/5575/coverorgin.jpg?v=fc1b12f1b88558f4d5c99de4fc26d905&imageMogr2/format/webp)
/0/5134/coverorgin.jpg?v=e4a5e42f64bc6c2ddd68a5a988c91550&imageMogr2/format/webp)
/0/3926/coverorgin.jpg?v=4197dc5431d625fbde309664f6306c13&imageMogr2/format/webp)
/0/8125/coverorgin.jpg?v=5ad6f5ddf27985fb57a4bf580902103a&imageMogr2/format/webp)