Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Selingkuh Dengan Klienku

Selingkuh Dengan Klienku

Ghostriz

5.0
Komentar
985
Penayangan
27
Bab

Anna Walkins dan Rosy Woods hanyalah dua orang gadis yang bekerja sebagai Wedding Planner di Anna Wedding Organizer yang mereka dirikan sendiri. Pertemuan mereka dengan Marcus Bond dan Ernest Mars sebagai klien membuat mereka terjebak dalam hubungan rumit. Marcus Bond yang sebentar lagi akan menikah dengan Lisa Romanov malah menjerat Anna dalam hubungan terlarang. Rosy Woods yang naif-pun jatuh pada pesona Ernest Mars yang ternyata memiliki hubungan rahasia dengan salah seorang model sekaligus aktris terkenal. Mampukah kedua gadis ini bertahan dalam hubungan cinta terlarang mereka? Siapakah yang akhirnya dipilih oleh kedua pria itu?

Bab 1 Anna Walkins

"Anna!" Sebuah suara menghentikan langkah Anna saat dia membuang sampah ke tempat sampah di belakang apartemen yang dia tinggali dan hendak kembali ke apartemennya. Pandangannya tertuju pada seorang gadis berambut pirang yang berjalan dengan langkah terhuyung menghampirinya. Gadis itu tersenyum lebar dengan wajah yang memerah menandakan bahwa ia mabuk.

Anna menghela napas menatap gadis yang sangat ia kenali itu, ia maju untuk mendukung tubuh Rosy Woods-teman satu atapnya-yang tidak dapat berdiri dengan benar hingga membuat gadis itu hampir terjatuh ke bak sampah.

"Kau mabuk. Sebenarnya seberapa banyak kau minum?" tanya Anna sembari membantu temannya itu untuk berjalan masuk ke dalam apartemen mereka. Mereka berjalan menuju lift yang terdapat di belakang gedung yang terhubung langsung dengan tempat pembuangan sampah itu.

Rosy hanya terkekeh mendengar pertanyaan Anna, ia melingkarkan tangannya di leher Anna yang sedikit lebih tinggi darinya dan mengangkat tiga jari di tangan kanannya. "Tidak banyak! Hanya empat botol wiski!" jawabnya dengan percaya diri.

Lagi-lagi Anna hanya dapat menghela napas melihat kegilaan Rosy di saat mabuk, setidaknya ia merasa bersyukur kali ini Rosy pulang lebih cepat dari biasanya. Ini masih pukul sebelas malam mengingat gadis itu berangkat ke bar ketika pulang kerja di pukul lima sore.

Biasanya Rosy akan pulang di tengah malam atau di pagi buta dengan keadaan yang kacau. Ia terbiasa berkencan dengan sembarang pria yang menurutnya sexy dan menghabiskan hubungan satu malam dengan pria asing itu.

Anna sudah berulang kali memberikan nasehat kepada sahabatnya itu untuk tidak sembarangan membuka kaki dan melemparkan tubuhnya kepada pria asing, namun Rosy malah balik menasehatinya untuk berhenti menjadi gadis kolot yang mempertahankan tradisi kuno untuk tidak tidur dengan sembarang pria dan hanya memberikan mahkotanya kepada pria yang benar-benar ia cintai.

Sebenarnya apa yang salah dengan prinsipnya?

Menurutnya nafsu bukanlah segala-galanya. Terlebih ia tidak mau memberikan tubuh dan hatinya kepada sembarang pria, mengingat terlalu banyak pria brengsek yang telah ia temui sepanjang hidupnya.

"Hey, Anna!" Suara Rosy yang sedikit keras di depan telinganya membuat Anna tersadar dari lamunannya, ternyata pintu lift sudah terbuka dan memperlihatkan lantai tempat mereka tinggal.

"Kau mengabaikanku lagi,huh? Kenapa kau selalu saja mengabaikanku saat aku membicarakan tentang pria dan seks?!"

Dahi Anna berkerut dalam ketika mendengar pertanyaan Rosy. Ia menatap gadis di sebelahnya dengan ekspresi aneh, lalu membuka pintu apartemennya dan membawa Rosy masuk.

"Tidak ada yang perlu di dengar dari hal menjijikkan itu," jawab Anna dengan dingin. Ia benar-benar jengkel setiap Rosy membahas segala hal tentang adegan ranjang yang gadis itu sukai. Anna lalu setengah mendorong Rosy ke bed-sofa dan meninggalkannya menuju dapur yang tak jauh dari ruang tengah mereka.

Bukannya marah, Rosy hanya tertawa keras mendengar jawaban Anna. "Oh ayolah, setidaknya kau harus merasakannya sendiri, sweety! Aku yakin kau akan ketagihan setelah merasakan batang seorang pria di dalammu!"

"Sebaiknya kau tutup mulut baumu itu sebelum aku menyirammu dengan air agar pikiran kotormu itu bersih, Nona Woods!" ancam Anna dengan jengkel. Ia membuka pintu lemari pendinginnya dan mengambil sebotol air dingin lalu meminumnya.

Rosy kembali tertawa dan beranjak bangun untuk menghampiri Anna, lalu duduk di kursi depan meja bar. Gadis itu menatap Anna dengan tatapan yang tidak fokus karena efek mabuk yang ia rasakan belum hilang. "Apa kau lupa berapa umurmu saat ini? Kau sudah dua puluh tujuh tahun sayang! Bahkan anak kecil berumur tiga belas tahun saja sudah pernah merasakannya!"

"Rosy Woods, kita sudah pernah membahas hal ini berulang kali. Berhenti atau aku benar-benar akan menyirammu."

Melihat tatapan Anna yang mulai menajam dan ekspresinya yang semakin serius membuat Rosy mengangkat kedua tangannya mengindikasikan bahwa ia akan berhenti membahas masalah umur dan juga seks.

"Baiklah, baiklah. Aku akan berhenti Nona Walkins yang naif, kalau begitu buatkan aku air lemon. Kepalaku pusing sekali," Rosy menempelkan sebelah wajahnya di atas meja berbahan marmer itu. Rasa dingin dari marmer membuat wajah Rosy yang sedikit panas terasa begitu nyaman. Matanya terpejam mencoba meredakan rasa pusing di kepalanya.

Anna mendengus kasar melihat tingkah Rosy yang sangat absurd. Ia pun dengan telaten mengambil sebuah lemon dan mulai membuat air perasan lemon yang dicampur dengan madu dan air hangat sebagai pereda hangover yang dirasakan Rosy saat ini.

"Ini minumlah dulu, setelah itu kembalilah ke kamarmu dan istirahat. Aku akan kembali ke kamarku sekarang." Anna meletakkan secangkir air lemon hangat di depan Rosy lalu meninggalkannya menuju kamar. Mengabaikan erangan gadis itu ketika ia memukul kepala Rosy karena sedikit dendam oleh pembahasan umurnya tadi.

Memangnya kenapa jika dia mempertahankan keperawanannya hanya untuk pria yang benar-benar ia impikan?

Para gadis jaman modern benar-benar mengerikan. Bukankah karena itu tingkat penularan penyakit akibat seks bebas semakin meningkat setiap tahunnya? Dan itu menjijikkan melihat bagaimana manusia bersikap bagai hewan yang tidak dapat mengontrol nafsunya.

Anna melangkah masuk ke kamarnya lalu menutup pintu. Ia berjalan menuju ranjang dan menghempaskan tubuhnya di atas kasur.

Alasan terbesar Anna tidak mau berhubungan dengan seorang pria ataupun berhubungan seks sebenarnya bukan hanya karena ia semata-mata ingin menjaga diri demi pria idamannya, tetapi karena ia tidak pernah bertemu dengan Mr. Right yang mampu membuatnya merasa dicintai dan diperhatikan dengan tulus.

Ia tidak mau kecewa lagi.

Sudah cukup ia mengharapkan kasih sayang yang tidak pernah ia dapatkan dari seorang pria seharusnya menjadi cinta pertamanya, ia tidak berani mengharapkan ataupun mencoba membuka hatinya kembali.

Hatinya terasa pedih begitu mengingat sosok pria yang begitu jauh baginya. Meskipun mereka pernah hidup dalam satu atap selama beberapa tahun, namun pria itu tidak pernah melihat ataupun menerima cintanya.

Berbeda dengan Rosy yang mencari kasih sayang pria dewasa dari para pria yang ia temui secara acak, Anna tidak mau mengharapkannya dari siapapun lagi.

Namun meskipun begitu, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, Anna berharap dapat bertemu dengan seorang pria yang mampu membuat jantungnya berdegup dengan cepat, dan darahnya berdesir setiap bersama pria itu.

"Hahh, sialan. Ini semua karena Rosy! Kenapa dia membahasnya lagi?!" Raung Anna dengan kesal.

Ia benci merasakan dilema ini, namun karena hidup dengan seorang gadis yang terlalu mudah jatuh dalam pelukan pria seksi dan tampan, mau tak mau terkadang Anna ikut terpengaruh dan sedikit berkhayal tentang rasa seks itu sendiri.

"Hahh kau sangat menyedihkan Anna," gumam gadis itu dengan nada lirih. Ia pun mencoba mengalihkan pikirannya dengan membuka ponsel, memeriksa beberapa laporan mengenai daftar klien penting yang harus ia layani sendiri.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku