Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Semalam Penuh Gairah

Semalam Penuh Gairah

Kocakaja

5.0
Komentar
9.3K
Penayangan
40
Bab

Cerita ini mengandung unsur 21+. Harap bijak memilih bacaan. Akibat dijebak dengan pria di kelab malam, Allura tidur bersama orang asing. Tetapi, satu minggu kemudian dia hendak dijodohkan oleh sahabat yang dicintainya. Apakah Allura memilih terima perjodohan tersebut? Atau justru meminta pertanggung jawaban pria asing itu? Bagaimana jika apa yang dialami Allura malam itu adalah hukuman atas kesalahan kedua orang tuanya pada wanita yang tidak lain adalah ibu dari pria asing itu?

Bab 1 Perangkap Panas

Membuka lemari dan mengambil salah satu gaun paling seksi. Gaun warna merah jambu yang berada di antara gaun-gaun selutut lengan panjang dan sopan yang menemaninya malam ini.

Sudah lama dia ingin memakai gaun seksi itu, tepatnya ketika dia berulang tahun yang ke dua puluh. Akan tetapi, baru bisa dipakai di saat usianya hampir menginjak dua puluh dua tahun, tahun ini. Buru-buru mengenakan gaun pink nan seksi itu.

Allura yang sudah tampil memukau, segera menghubungi temannya. Menaiki mobil hitamnya, menjalankan kendaraan roda empat itu ke rumah Devi. “Dev! Aku lagi di perjalanan mau ke rumahmu. Malam ini kita bisa ke kelab malam! Aku jemput sekarang!”

“Ka-kamu serius? Malam ini, Ra?! Gimana caranya kamu bisa lepas dari kawalan adikmu?”

“Aku ceritain nanti, sekarang kamu siap-siap! Ganti pakaianmu, Dev!”

“A-aku gak bisa, Ra. Sekarang ini aku lagi gak ada di rumah ... ash! Pelan-pelan, Sayang ...! Ya, di situh ... ah ....”

“Sepertinya aku nelpon kamu di saat yang enggak tepat.”

“Emh ... so-sorry, Ra.”

Panggilan dimatikan oleh Allura. Tidak peduli jika sang sahabat tak bisa menemaninya, gadis yang belum pernah memasuki dunia malam itu tetap bertekad untuk mendatangi kelab malam.

“Kesempatan hanya datang satu kali seumur hidup, Ra. Ingat, ya, Ra ... kamu mau ke tempat biasa buat seneng-seneng aja. Kamu pasti aman dan baik-baik aja, Allura ....,” bisiknya pada diri sendiri.

Perjalanan yang ditempuh tidak sampai empat puluh menit. Mobil hitam Allura kini terparkir rapi di tempat yang seharusnya. Dengan perasaan yang sedikit gugup, sepasang kaki Allura memijak tanah begitu pintu mobil terbuka.

Sepasang mata kini terarah pada pintu masuk. Sedikit tidak yakin, tapi keinginan dan rasa penasarannya terlalu kuat. Sehingga Allura memilih nekat memasuki kelab tersebut.

Dengan punggung tegap dan berusaha percaya diri, gadis itu mempercepat langkahnya. Ia menarik sudut bibir ke atas.

“Akhirnya aku bisa lihat dan ngerasain langsung kelab malam!”Allura tampak kegirangan setelah diperiksa oleh salah satu petugas keamanan yang setia berdiri di depan pintu masuk. “Mantap, Allura! Selamat datang di dunia malam, Ra,” hembusnya dengan langkah kaki yang makin cepat, tapi tetap elegan nan anggun.

Gadis polos itu tak tahu jika sejak kakinya masuk ke area kelab malam, ada seseorang yang sudah terpesona oleh kecantikannya, terutama bagian lekuk tubuh. Pria itu berada cukup dekat dari Allura, karena memastikan jarak agar tidak jauh maupun terlalu dekat dengannya. Lelaki itu senantiasa mengikuti ke mana langkah Allura pergi. Bahkan di saat Allura duduk di depan bar, ia pun mencari kursi kosong yang jaraknya lagi-lagi agak dekat dengan Allura.“Aku mau minuman yang enak dong, Kak.”

“Aku belum pernah lihat kamu sebelumnya. Baru pertama datang ke sini?"

"Lebih tepatnya aku belum pernah ke kelab malam."

"Oh, begitu ... jadi, kamu mau coba minuman yang rendah alkohol aja?”

“Paling enak, Kak. Aku gak peduli berapa persen kadar alkoholnya, yang penting pernah nyobain minuman itu.”

Bartender itu terkekeh. “Oke, sesuai permintaanmu, Cantik.”

Sang bartender tampan itu pun meracik minuman yang biasanya menjadi favorit para wanita. Alkohol yang tidak terlalu pahit, dan cenderung manis dan beraroma harum. Bartender itu sangat yakin bahwa Allura pasti menyukai minuman racikannya.

“Silakan dinikmati, Cantik,” katanya menaruh segelas cairan beralkohol warna merah itu di depan Sela.

“Makasih, Kak.”

Baru mencicipnya satu teguk, raut wajah Allura terlihat sangat tak bersahabat dengan minuman itu. Ia belum bisa menerima.

Namun, dua teguk, ia yang masih mencecap rasanya mulai tersenyum tipis. Beberapa teguk setelah itu barulah lidah Allura mulai beradaptasi dengan rasa sedikit pahit dan manis yang makin lama makin enak di mulutnya.

“Mau tambah lagi dong, Kak,” pinta Allura mulai ketagihan.

Begitu diberi, Allura hanya beberapa detik saja menghabiskannya. Hingga ketika gelasnya sudah kosong, ia minta diisi kembali.

Entah sudah berapa kali dia meneguk minuman beralkohol manis itu. Allura pun meminta tambah lagi sebelum berdiri. Meskipun kantong kemihnya penuh, Allura tetap minta tambah. Sampai akhirnya ia berkata, “Aku mau ke toilet, kebelet pipis.”

“Hati-hati, Cantik. Perhatikan langkahmu, jangan lupa pegangan.”

Allura mengangguk asal. Meninggalkan beberapa lembar uang warna merah di meja bar. Mengayunkan kaki, Allura memegangi perut yang sudah tidak tahan hendak buang air. Rasa pusing di kepalanya kian terasa nyata. Gadis yang tadinya fokus itu, sekarang sudah memejamkan mata.

“Hei! Kamu baik-baik aja? Bisa jalan sendiri?”

Allura hanya bergumam dalam rengkuhan pria itu. Merasa tidak nyaman, Allura berusaha menyingkirkan tangan yang tengah membelit pinggangnya tanpa izin. Akan tetapi, usaha Allura sia-sia. Tangan itu tidak sudi beranjak dari pinggang ramping Allura.

“Kamu mau ke mana? Aku bisa bantu kamu.”

“Ke toilet.”

“Oke, ayo aku antar.” Allura yang sempoyongan itu pun tidak keberatan. Hingga ketika berada di depan toilet, pria itu berujar, “Aku tunggu di sini, ya.”

Allura yang tidak bisa berjalan tegak pun berpegangan pada dinding sambil masuk ke toilet pelan-pelan. Lebih dari sepuluh menit untuk Allura buang air kecil dan kembali berhadapan dengan pria yang membantunya tadi. Berkat kesadaran yang makin tipis, Allura tidak mampu melihat wajah sang pria dengan jelas. Bahkan sampai sepasang matanya menyipit, Allura tak tahu jelas wajah pria itu.

“Mau aku antar ke tempatmu tadi atau kamu mau pulang?”

“Aku masih mau bersenang-senang di sini.”

Mendengar jawaban Allura yang sesuai dengan harapannya, senyum iblis tersungging di wajah pria tersebut. Dengan senang, ia menuntun Allura hati-hati ke tempat duduknya.

Akibat mengamati Allura dari Allura masuk ke kelab malam, ia pun tahu di mana tempat Allura duduk sambil menikmati minuman favorit para wanita di sini. Ia pun menempatkan diri di samping Allura dan meminta dituangkan alkohol lagi.

Diam-diam, ia mencampurkan obat perangsang ke dalam minuman yang diteguk Allura. Senyum puas kian melebar di wajahnya ketika gadis incarannya yang sudah mabuk itu menenggak cairan merah manis bercampur obat favoritnya tanpa ragu.

“Mau ke ruangan yang aku sewa buat istirahat?”

Allura sudah tidak menjawab lagi. Dia memejamkan mata dan ambruk dalam dekapan pria di sampingnya. Tanpa berlama-lama didekaplah tubuh Allura. Tubuh molek Allura diangkat dalam gendongan lengan kencangnya.

“Malam ini waktunya kita berpesta, Sayang ...,” bisiknya tepat di telinga Allura.

Sedangkan dari kejauhan, ada pria yang sibuk mencari saudara kembarnya. Ia pun mengepalkan tangan sambil celingak-celinguk dan fokus memeriksa postur tubuh pria di dalam kelab malam ini.

Hingga satu waktu netranya berhasil menangkap sosok saudara kembarnya, setelah mendatangi kelab malam satu-persatu sejak pukul delapan malam. Namun, ada hal yang membuatnya tampak sangat marah. Kelakuan sang adik yang sudah keterlaluan itu membuat rahangnya mengetat.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Kocakaja

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku