icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Semalam Penuh Gairah

Bab 4 Permainan Panas 2

Jumlah Kata:1284    |    Dirilis Pada: 20/03/2024

elakukan permintaan Devin. Terpaksa naik ke tubuh adik dari

usuri lekuk tubuh yang menurutnya sang seksi dan selalu memikat.

in yang membuat Devi mengusap

ndur perlahan. Sebisa mungkin ia memancing barang

i terlempar pada kejadian beberapa bulan lalu. Lebih tepatnya saat dia tidak b

kan tubuhnya dan mampu membuatnya berselingkuh dari Devan. Merasa

dan menjaganya. Hanya satu kekuranga

ku? Kamu selingkuh di belakang Devan, tapi tidak mau berhubunga

uga gak bisa main-main

kiri menekan pinggang Devi. “Wanitaku banyak, tapi tidak ada yang seenak tubuh

a itu tahu cara memperlakukan wanita, bukan sepertimu yang menganggap semua wanita cuma mainan. Aku merasa dicin

akakku?! Akhiri saja hubungan kalian kalau

k ada waktu untukku, tapi aku tahu dia mencintaiku dengan

dat sebelum menamparnya. Bibirnya memberikan hisapan di benda pa

anya meluncur lagi. “Buktinya akulah yang menje

Devi yang sebisa mungkin menahan desahan saat

di atasku, Devi.” Devin melirik tanda merah yang diciptakannya di dada Devi. “Jangan lupa, Devi ...

bajin

an lidah Devin di kulitnya. Bagian puncak gu

, desahannya pun tak bisa ditahan lagi. Dipe

Vin! Aku bersumpah gak akan jatuh ke dalam pelu

ghisap itu pun semakin nakal. Belum lagi tangannya yang mulai meremas-remas. Ia m

t, De

Devin sembari menyelami sepasang netra wanita yang kini mendesahkan namanya.

r matahari masuk ke dalam

antas bergerak sponta. Seketika itu ia merasakan tubuhn

terbuka perlahan-lahan. Ia terdiam, menc

, jantungnya tiba-tiba berdebar kencang. B

aku lakukan?!” Meremas selimut yang menutupi tubuh, lal

layaknya seorang tante girang. Tak berhenti di situ saja, tapi ketika menunduk dan

an jelas dan dalam keadaan sadar

sing, sungguh membuatnya syok bukan main. Satu-satunya ma

s selimut kuat-kuat. Sepasang net

ranjang. Hendak mengayunkan kaki pelan-pelan ke sana, tetapi kenop pintu lainnya tiba-ti

mat pagi, Nona.” Sambil mengangkat pape bag di tangan ia menambahkan, “Saya bawakan pakaian untuk Nona. Kar

a pria itu yang berjalan mendekati kasur be

aper bag ke atas tempat tidur. Allura dibuat terperangah denga

mengantar Nona pulang. Saya tunggu di luar, Nona, p

ebut menyentuh kenop pintu. “Begini ... makasih buat pakaiannya

, silakan

ini?” tanya Allura cukup pelan

bersama Nona, karena tugas dan pekerjaan saya banyak. Jadi, Nona ... jika Nona selesai bersiap, s

yakininya adalah pintu kamar mandi. Masuk ke da

lura kembali menangis kala teringat lagi peristiwa d

is sekencang-kencangnya di bawah shower yang terus memancurkan a

ah tidak suci lagi. A-aku ... aku tidak bisa menjaga diriku sendiri! Aku mohon ... tolong ampuni aku, Tuhan,’ batinnya bersama air mata yan

k-celinguk. Mengambil tas hitam miliknya dari meja di samping ranjang, dan m

an menuju pintu kamar. “Nona sudah selesai?” tanya pria itu yang membuat Allura meno

g. Aku ingat, mobilku juga ada di parkiran

tu Nona makan sedikit saja untuk mengganjal perut

Allura mengangguk

Pria itu menjawabnya dengan anggukan. Duduk di depan meja makan, Allura m

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka