Pertemuannya dengan Kiandra membawa Ayra masuk ke dalam situasi yang membuat dirinya dicap sebagai seorang wanita penggoda. Bukan salah Ayra jika ternyata pria yang ia cintai telah beristri, sebab sejak awal Kiandra memang tidak mengatakan hal itu padanya. Dan bodohnya, Ayra pun tidak pernah menanyakan status pria tersebut, karena berpikir jika Kiandra adalah pria single. Akankan Ayra mengakhiri hubungannya dengan Kiandra setelah mengetahui status pria tersebut, ataukah bertahan demi janin yang telah dikandungnya? Temukan jawabannya dalam cerita BUKAN WANITA PENGGODA
"Bolehkah aku melakukannya, Ay?" Dengan suara serak dan mata yang berkabut gairah, Kiandra bertanya kepada wanita yang berada di bawah kungkungannya. Tidak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuh keduanya.
Tidak jauh berbeda dengan Kiandra, kedua netra Ayra pun berselimut hasrat. Detak jantungnya berdegup dengan cepat. Tanpa kata-kata, wanita itu hanya mengangguk pelan, seolah memberi isyarat kepada pria yang sangat dicintainya itu untuk melanjutkan apa yang sudah mereka mulai.
Diusapnya pipi Ayra yang memerah, lalu mendaratkan bibirnya pada bibir tipis yang selalu terasa manis olehnya. Dibelainya bibir itu lembut dengan kehangatan bibirnya yang merah. Membawa wanita yang berada di bawah kungkungannya itu melayang dengan hasrat yang semakin berkobar. Hingga pekikan menahan sakit, pelan terdengar kala sesuatu dibawah sana menerobos masuk, dan mengoyak sesuatu yang belum pernah terjamah.
Sesaat tubuh Kiandra diam tak bergerak, tapi tidak dengan bibir dan tangannya. Pria itu tahu betul apa yang saat ini dirasakan oleh Ayra. Bibir pria itu terus saja memberikan kehangatan yang membuat Ayra melupakan rasa sakitnya. Begitu pula sentuhan lembut pria tersebut di tubuhnya. Sehingga membuat wanita itu tenggelam ke dalam hasrat yang baru kali ini ia rasakan. Hingga akhirnya Kiandra kembali menderanya dengan rasa sakit tak tertahankan. Tapi lambat laun rasa sakit itu sirna, dan digantikan oleh rasa yang ia sendiri tidak tahu bagaimana menggambarkannya. Sampai akhirnya erangan terdengar dari mulut Kiandra yang wajahnya terlihat menegang dan memerah, dengan urat-urat yang tampak menonjol di keningnya. Lalu pria itu diam dan tak lagi bergerak.
Diurainya pagutan bibirnya, lalu sedikit memundurkan wajahnya. Kini ia bisa melihat dengan jelas pelipis dan kedua sudut netra Ayra yang basah. Tapi sudah tidak nampak lagi buliran bening yang mengalir dari kedua sudut matanya. Diulurkannya tangannya untuk mengusap pipi Ayra. Kedua netra mereka saling bertautan dengan tatapan penuh cinta.
"Maafkan aku telah melakukan hal ini padamu. Aku sangat mencintaimu dan tidak ingin kehilanganmu." Dengan suara lirih Kiandra berkata sambil terus menatap manik netra Ayra.
Senyuman manis tergambar di wajah Ayra. Dibelainya dengan lembut rambut Kiandra, tanpa mengalihkan tatapannya dari netra pria tersebut.
"Jangan meminta maaf, karena Kak Kia tidak mengambil apapun dariku. Akulah yang telah memberikannya pada Kakak, karena aku sangat mencintai Kakak," ucap Ayra untuk menghapus perasaan bersalah yang dirasakan oleh pria tersebut.
"Aku janji akan bertanggung jawab atas dirimu. Apapun yang terjadi nanti, aku tidak akan pernah meninggalkanmu," tutur Kiandra mengucapkan janjinya.
Dengan perasaan haru, Ayra langsung melingkarkan kedua tangannya ke leher pria tersebut dan mendekapnya dengan erat. Air mata kembali meleleh dari kedua sudut matanya. Tapi bukan karena rasa sakit akibat perbuatan yang baru pertama kali dilakukannya.
Ayra tidak menyangka jika perkenalannya dengan Kiandra tujuh bulan yang lalu lewat media sosial, akan berlanjut hingga ke dunia nyata. Lewat candaan di setiap postingan mereka berdua, keduanya semakin akrab. Dan obrolan mereka pun akhirnya berlanjut ke bilik pribadi tanpa terbaca oleh publik. Hingga terciptalah rasa nyaman dan tumbuhnya perasaan cinta di hati keduanya.
Walaupun jarak yang terbentang diantara keduanya, tidak menyurutkan keinginan mereka untuk tetap melanjutkan hubungan. Bahkan cinta keduanya semakin kuat karena perasaan rindu acap kali hadir, saat keributan kecil terjadi dan keduanya tidak lagi saling berkirim pesan ataupun melakukan sambungan video.
Sesering dan sebesar apapun pertengkaran diantara keduanya, tidak lantas menyurutkan rasa cinta yang sudah semakin dalam. Sifat Ayra yang terkadang kekanakan dan pencemburu, seringkali membuat Kiandra stres. Tapi justru hal itulah yang paling dirindukan oleh Kiandra jika sehari saja tidak berbicara dan melihat wajah Ayra. Canda dan sifat manja gadis itu seperti sebuah oase yang membuat dirinya merasa berarti dan juga dibutuhkan.
Sampai kemudian seseorang yang mengaku sebagai istri Kiandra mengirimkan pesan pada akun sosial medianya. Wanita itu mengatakan jika dirinya dan Kiandra sudah memiliki dua orang putra. Dan wanita itu menanyakan apakah benar Ayra menjalin hubungan dengan suaminya, sebab ia sempat membaca salah satu komentar Ayra yang memanggil Kiandra dengan sebutan sayang.
Perasaan sedih, dan merasa ditipu seketika membuat Ayra tidak dapat membendung emosinya.
[Apakah benar yang dia katakan? Kenapa tidak sejak awal Kakak menceritakan semua ini padaku?] tuntut Ayra yang tidak dapat membendung gemuruh di dadanya dan juga air mata yang meluncur dari kedua sudut matanya, saat ia mengetikkan pesan tersebut.
Beberapa screenshot dari pesan wanita itu juga ia sertakan sebagai bukti.
Sesaat kemudian pesan yang dikirimkan oleh Ayra dibaca oleh Kiandra. Tapi tidak ada balasan dari pria tersebut, sehingga membuat emosi Ayra semakin meluap.
Dengan perasaan marah, Ayra langsung menghubungi pria itu untuk meminta penjelasan. Dan setelah beberapa saat menunggu, pria itu menjawab panggilan darinya.
"Kenapa Kakak tidak menjawab pesanku? Jadi yang dikatakan wanita itu memang benar 'kan?" cecar Ayra yang tidak dapat membendung air matanya, akibat sesak di dada yang dirasakannya.
Untuk sesaat pria di seberang panggilan itu diam, tidak segera menjawab pertanyaan Ayra. Tapi baru saja Ayra hendak berbicara untuk meminta pria itu segera menjawab pertanyaannya, terdengar suara Kiandra yang bicara dengan suara serak, seolah ada sebongkah batu yang menghalangi pita suaranya.
"Iya. Semua yang dia katakan memang benar. Aku memang telah beristri dan memiliki dua orang anak," jawab pria itu lirih.
Walaupun sudah meyakini jika yang dikatakan wanita itu benar, tapi tetap saja pengakuan Kiandra seperti hantaman batu besar, tepat ke jantungnya. Sangat sakit. Semua impian yang selama ini ia bangun bersama pria itu tiba-tiba sirna terhempas kenyataan yang begitu pahit. Angan-angan untuk membangun masa depan bersama kini luluh lantak tak lagi berbentuk.
"Kenapa selama ini Kak Kia tidak pernah mengatakan tentang status Kakak yang sebenarnya? Kak Kia sudah membohongiku!" Dengan suara tinggi, Ayra mengungkapkan kemarahan yang dirasakannya.
"Apakah selama ini kamu pernah menanyakan apa statusku? Jadi kebohongan apa yang sudah aku katakan?" Kiandra memutar balikkan pertanyaan.
"Tetap saja Kak Kia sudah bersalah karena tidak berterus terang padaku! Andai saja sejak awal aku tahu jika Kak Kia telah berkeluarga, aku pasti sudah menjaga jarak dan tidak akan menerima cinta Kak Kia!" tukas Ayra yang merasa tidak terima dirinya disalahkan.
"Justru itulah yang aku takutkan. Aku sudah merasa nyaman denganmu. Hanya kamu yang mampu menghiburku di perantauan ini, saat aku jauh dari keluarga. Kamu membuat hariku berwarna dan terasa lebih indah. Dan hanya kamu yang membuatku merasa tenang saat aku merasa kesal atau lelah." Kiandra menjelaskan alasan dirinya bungkam selama ini.
Tidak terdengar sahutan dari Ayra. Hanya terdengar suara isakan dari seberang panggilan.
"Aku tidak bisa menyakiti perasaan istri dan anak-anak Kak Kia. Aku tidak mau menjadi duri dalam rumah tangga kalian. Sebaiknya kita akhiri saja hubungan kita sampai di sini," putus Ayra yang terdengar bagaikan petir yang menyambar tepat di atas kepalanya. Hal yang sangat ia takutkan itu pun akhirnya terjadi. Ayra meninggalkannya setelah tahu siapa dirinya yang sebenarnya.
Bab 1 BWP1 MENGETAHUI KEBENARAN
27/01/2024
Buku lain oleh Rin_Rien
Selebihnya