Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Terjerat Cinta Atasan

Terjerat Cinta Atasan

White Blossom

5.0
Komentar
120
Penayangan
5
Bab

"Kamu Misora, kan? Ayo kita menikah!" Misora mengerutkan keningnya. Atasan yang baru ditemuinya kurang dari lima menit itu hanya menguntai senyum saat menatap wajah bingung Misora. Baginya, Misora adalah sosok yang selalu ada di dalam hatinya. Sayangnya semua tak berjalan mulus. Ingatan Misora yang kacau serta hantu masa lalu yang kembali datang dan siap menghancurkan ikatan keduanya. Apakah Misora bisa mencintai sang atasan yang kini menjadi suaminya itu? Atau justru kembali terjebak dalam bayang-bayang masa lalu? Jangan lupa saksikan di Terjerat Cinta Atasan.

Bab 1 Pertemuan Pertama

⁣𓆩𓆩𓆪𓆪

"Misora! Jangan lupa bayar uang kontrakan, ya! Sudah berapa bulan itu kamu nunggak? Jangan sampai nunggak lagi!"

Mata amber Misora melirik wanita paruh baya berpakaian daster yang tersenyum lebar ke arahnya itu. Membalas senyum sopan sebagai bentuk etikanya Misora mengangguk ke arah ibu paruh baya tersebut dan membawa kantong berisi roti dan air untuk bekalnya di kantor.

"Hah ... ibu itu selalu membicarakan uang kontrakan setiap bertemu. Apa dia tidak bosan?"

Menatap ramainya jalanan Misora segera menaiki angkutan umum yang mengarah menuju kantornya. Bersempit-sempitan di dalam angkutan umum adalah hal yang biasa bagi Misora, termasuk menghadapi tingkah aneh para penumpangnya.

"Selamat pagi, Misora! Oh, kamu membawa bekal? Apa itu roti?"

Misora tersenyum dan mengangguk ke arah wanita muda yang sedang mengepel lantai itu. Wanita dengan rambut coklat itu meletakkan kain pelnya dan segera merangkul bahu Misora.

Name tag bertuliskan nama Nora Cooka di dada kanan wanita itu berkilat saat terkena cahaya matahari pagi yang mulai keluar.

"Kamu datang pagi untuk menemaniku, bukan? Misora, baik sekali! Kamu tidak gugup, kan?"

Suasana pagi yang cukup sepi itu membuat keduanya cukup bebas bersuara. Mata amber Misora menatap Nora yang terus mengusap rambutnya.

Mata coklat terang Nora melirik wajah tegang Misora dan tertawa kecil. "Tenang saja. Atasan kita ramah kok dan masih muda. Aku yakin hari pertamamu pasti lancar."

Misora tersenyum kecil ke arah sahabatnya itu. Hanya sorot mata hangat yang hadir dari mata coklat terang Nora saat pandangan keduanya bertemu. Tidak ada rasa iri yang terbesit di ekspresi Nora saat tahu Misora juga bekerja di tempat yang sama dengannya.

"Aku harap juga begitu."

***

Bagi Misora, tidak ada yang lebih penting dari kebahagiaan sang ibu. Sekian tahun sang ibu berjuang untuk menyekolahkannya kini saatnya Misora membalasnya. Meskipun, Misora tahu bukan hal yang mudah untuk bekerja di kantor pemerintahan.

"Kamu anak baru ya?"

Misora menoleh menatap seorang wanita dengan earphone hitam yang baru saja datang dan sedang melepas jaket putih yang membungkus tubuhnya.

Misora patah-patah menganggukkan kepalanya saat rasa gugup perlahan memenuhi dadanya. Wanita dengan earphone hitam itu menatap wajah Misora dan tertawa kecil.

"Tidak perlu gugup. Aku hanya menyapa kok. Kamu lulusan mana?"

Wanita dengan earphone hitam itu duduk di kursi di depan meja Misora dan menunggu jawaban dari Misora. "Aku lulusan administrasi dari kampus UNP, Mbak."

Wanita dengan earphone hitam itu menganggukkan kepalanya dan melirik suasana kantor yang mulai ramai oleh karyawan lainnya. Bangkit dari duduknya wanita itu menepuk pelan pundak Misora dengan senyum merekah di wajahnya.

"Selamat datang di kantor dinas koperasi dan perdagangan! Salam kenal aku, Adelio Blaire. Kamu bisa panggil aku Adel."

Misora menganggukkan kepalanya dan ikut memperkenalkan diri sambil menjabat tangan Adel. Misora tersenyum menatap Adel yang segera pamit kepadanya dan berjalan menuju ruang kepala dinas kantor tersebut.

Mata amber gadis itu melirik karyawan lainnya yang baru datang dan mengangguk sopan saat pandangan mata mereka bertemu. Melirik jam di tangannya yang menunjukkan pukul sembilan pagi, Misora terus menunggu panggilan dari kepala sub bagian kantornya.

Beberapa karyawan yang berada pada meja di depannya sudah mulai bekerja dan menyalakan komputer di meja mereka. Misora melirik ke arah pintu masuk dan menemukan Nora yang membawa nampan berisi air teh di dalam beberapa cangkir.

Wanita dengan rambut coklat itu mengangguk sembari tersenyum dan segera masuk ke dalam ruangan kepala dinas, tempat yang sama yang dimasuki oleh Adel sebelumnya.

"Selamat pagi, Paiton. Tidak biasanya kamu datang telat."

Misora menoleh ke arah pintu masuk saat mendengar sapaan lainnya dari arah lorong kantor. Mata amber dan mata coklat gelap itu bertemu membuat keduanya terdiam dan hanyut dalam tatapan masing-masing.

Wanita yang berada di belakang pria yang dipanggil Paiton itu kembali memanggil nama sang pria membuat pria itu segera memutuskan kontak mata. Wanita dengan rambut diikat kuncir kuda itu menatap ke arah Misora yang tampak canggung dan segera mendekat ke arahnya.

"Anak baru, benar?"

Misora menganggukkan kepalanya saat wanita itu berada tepat di depan matanya. Kepala wanita itu menoleh ke arah pria yang dipanggil Paiton itu. "Kamu harus menjelaskan tugasnya bukan, Paiton?"

Pria dengan setelan jas hitam itu menganggukkan kepalanya dan segera mengkode Misora untuk masuk ke dalam ruangannya yang berada di samping ruang kepala dinas. Memasuki ruangan tersebut Misora segera merasakan wangi mint memenuhi ruangan.

Mata amber Misora beralih menatap ke arah Paiton yang duduk di kursi kerjanya. Pria itu menunjuk kursi di depannya dan segera Misora duduk di atasnya dengan perasaan tegang.

"Santai saja. Misora, bukan?"

Misora menganggukkan kepalanya, sedangkan Paiton membaca berkas dokumen Misora dan membolak-balik halamannya. Pria itu menatap foto Misora dan berbalik memandang wajah Misora. Meletakkan dokumen itu di atas meja mata coklat gelap Paiton memandang dalam wajah Misora.

"Perkenalkan saya Paiton Parham. Kepala bidang di kantor dinas ini. Kamu tidak keberatan jika saya bertanya kan, Misora?"

Misora menganggukkan kepalanya. "Silakan, Pak. Saya akan menjawabnya semampu saya."

Paiton tampak menimang-nimang pertanyaannya dan menatap wajah Misora yang menunggu. "Apa kamu dulu pernah ke taman anggrek saat masih kecil?"

Misora mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan itu. "Iya pernah, Pak. Ada apa ya, Pak?"

"Kalau begitu kamu pasti ingat dengan janjimu, bukan?"

Paiton semakin bersemangat setiap detiknya membuat Misora semakin bingung dengan tingkah atasannya tersebut.

Janji? Apa aku pernah membuat janji dengannya? Ya, wajahnya memang cukup familar bagiku, tapi jika kita pernah bertemu sebelumnya ... kenapa aku tidak ingat siapa dirinya. Batin Misora menatap wajah bahagia Paiton.

"Maaf, Pak. Janji? Maksudnya janji apa ya? Saya tidak ingat pernah buat janji dengan, Bapak. Saya yakin ini pertama kalinya kita bertemu, Pak."

Misora menjawab dengan hati-hati dan merutuk di dalam hati saat melihat perubahan wajah Paiton. Pria itu meletakkan kedua tangannya di atas meja dan menghela nafas lelah membuat Misora merasa tertekan.

"Sepertinya kamu lupa. Baiklah akan saya ingatkan. Di bawah pohon, cacing dan anak laki-laki. Apa kamu ingat?"

Misora berusaha mengingat memori masa kecilnya yang sedikit kacau dan sesekali melirik wajah Paiton yang menunggunya. Keringat mulai hadir di dahi Misora saat ingatan tersebut tidak kunjung hadir.

Menghela nafas gadis itu memohon maaf dan menggelengkan kepalanya. "Maaf, Pak. Saya tidak mengingatnya. Memangnya janji apa yang saya buat dengan bapak?"

Paiton tersenyum tipis dan menatap cerah wajah Misora dengan tangannya yang terulur ke arah Misora. "Ayo kita menikah, Misora!"

⁣𓆩𓆩𓆪𓆪

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku