Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Gadis Obsesi Tuan Mafia

Gadis Obsesi Tuan Mafia

PurpleJade

5.0
Komentar
150
Penayangan
1
Bab

Kimberly, atau yang biasanya dipanggil Kimmy oleh orang-orang terdekatnya. Tidak akan pernah menyangka, karena pertolongannya yang tidak sengaja kepada seorang pria yang bahkan dia tidak tahu siapa namanya itu, harus membuat kehidupannya yang aman dan damai, berubah 180° karena kehadiran Saga. Saga, CEO sekaligus mafia dunia bawah ini, benar-benar terhipnotis oleh wajah cantik dan imut Kimmy. Pertemuan pertamanya itu, membuat Saga tertarik dan ingin memiliki Kimmy. Segala usaha dan trik licik, Saga lakukan, agar Kimmy menjadi miliknya. Akankah Kimmy menerima kehadiran Saga dalam hidupnya ? Apakah Saga bisa mendapatkan Kimmy ?

Bab 1 Mata Cantik Pemikat Hati

Bruk !

Belum sempat seorang gadis dengan seragam sekolahnya berteriak, bibir gadis dengan mata indah itu sudah ditutup dengan satu tangan, dan langsung ditarik untuk bersembunyi di celah tembok. Gadis itu bisa mendengar banyaknya langkah kaki orang-orang yang melewati tempat persembunyian mereka. Mata gadis itu kembali melebar saat melihat hampir semua orang-orang yang menurutnya berpakaian aneh itu, membawa senjata.

Deg !

Mata gadis dan pria yang membekap bibir gadis itu tidak sengaja saling bertatap-tatapan sedikit lama, sebelum alis cantik gadis itu berkerut, dan tangannya menyodok perut laki-laki itu, hingga tersungkur ke bawah. Dan akhirnya gadis itu bernafas lega, karena sudah terlepas dari dekapan laki-laki tadi. Namun, saat ingin melangkahkan kakinya, tiba-tiba saja gadis tersebut merasakan tangannya sedikit basah.

"Darah?" gumam Kimmberly, atau yang biasa dipanggil Kimmy.

Kimmy pun melihat pakaian yang dia pakai, merasakan apakah ada luka atau tidak. Dan nyatanya tidak ada luka sama sekali, Kimmy juga tidak merasakan sakit sama sekali. Mata Kimmy menatap ke segala arah, hingga dia melihat laki-laki yang tadi dia pukul perutnya, sedang tersungkur, memegang perutnya yang bersimbah darah di kemeja putih yang dipakainya.

"Apa iya, Kimmy sekuat itu? Sampai berdarah gitu Kimmy pukul tadi perutnya?" ucap Kimmy, sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

"Samperin ga ya," ucap Kimmy lagi, bimbang untuk melihat laki-laki itu atau tidak.

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya dengan langkah pelannya, Kimmy pun mendekati laki-laki yang masih memandanginya dengan tenang itu. Tidak ada sedikit pun ekspresi kesakitan yang laki-laki itu perlihatkan. Padahal melihat darah di kemejanya saja, Kimmy bisa menafsirkan jika luka pria itu cukup parah. Kimmy pun berjongkok di samping pria tersebut.

"Hei, kamu masih sadar apa engga?" tanya Kimmy, sambil menoel-noel tangan pria itu.

"Nama kamu siapa?" tanya Kimmy lagi, sambil menatap wajah pria itu.

"Saga," jawab Saga pelan, menatap wajah Kimmy dengan lekat.

"Oh, mau aku obatin ga?" tanya Kimmy lagi, yang dijawab dengan anggukan pelan oleh Saga.

Kimmy pun meletakkan tas sekolahnya di tanah, dan segera mengeluarkan kotak P3K, yang selalu dia bawa kemana-mana. Kimmy mulai membuka kotak tersebut, dan mulai berpikir langkah apa yang harus Kimmy lakukan pada luka pria yang katanya bernama Saga tersebut. Saga hanya diam, namun matanya tidak pernah lepas menatap setiap gerak-gerik Kimmy. Saga bahkan sepertinya lupa akan sakitnya, karena terlalu menikmati setiap perubahan ekspresi lucu wajah Kimmy yang sedang berpikir keras untuk mengobatinya.

"Boleh buka kemejanya ga nih? Mau lihat lukanya kayak apa," ucap Kimmy ragu.

Saga hanya menjawab dengan anggukan pelannya. Kimmy pun dengan perlahan menyingkap kemeja Saga, hingga luka yang cukup lebar itu terlihat jelas di mata Kimmy. Kimmy bahkan terbengong-bengong melihat luka Saga, yang cukup mengerikan bagi Kimmy. Bagaimana mungkin dengan luka lebar yang menganga ini, Saga masih terlihat tenang, seolah tidak terjadi apa-apa pada tubuhnya?

"Ini kena apa sampai bisa kayak gini?" tanya Kimmy sambil bergidik ngeri.

Bukannya menjawab, Saga malah terkekeh pelan melihat wajah takut Kimmy. Kimmy semakin heran dengan Saga. Apakah pria ini baik-baik saja? Apa jangan-jangan, selain luka fisik, Saga punya luka psikis juga ?

Gila? Batin Kimmy.

"Ini harus dibawa ke Rumah Sakit. Walaupun Kimmy, sering ngobatin siswa-siswi disekolahan karena luka. Tapi lukanya ga sehoror ini. Kimmy panggilin ambulans aja ya," tawar Kimmy, yang keberaniannya mulai pudar melihat luka Saga.

"Sebentar lagi orangku akan datang," jawab Saga tersenyum tipis.

"Yaudah kalo gitu, Kimmy bantu bersihin lukanya aja biar ga infeksi," ucap Kimmy, mulai membersihkan luka Saga dengan kapas dan alkohol yang dia bawa.

Kimmy melakukannya dengan hati-hati, takut menyakiti Saga. Namun perkiraannya salah, ekspresinya sama sekali tidak berubah. Kimmy bahkan sering melirik Saga, sedang berpikir jika Saga benar-benar seperti pria yang cacat mental. Kimmy bahkan berpikir, dengan apa yang telah dilalui Saga di masa lalu, hingga Saga seperti ini. Seolah Saga ini sudah kebal akan sakit dan luka. Rasa kasihan di hati Kimmy pun bertambah besar pada Saga.

"Tuan Muda."

Kimmy dan Saga menoleh berbarengan, ke arah dua orang yang sedang berlari ke arah mereka. Pria paruh baya dan seorang pria yang usianya mungkin sama dengan Saga, sedang memandang kaget ke arah Kimmy dan juga Saga. Ada apa ? Kenapa dua orang ini melotot begitu ? Kira-kira begitulah yang sedang Kimmy pikirkan tentang pria beda usia tersebut. Kimmy pun dengan perlahan merapikan kembali kotak obatnya, memasukkannya kembali dalam tasnya, dan berdiri menghampiri kedua pria beda usia tersebut.

"Apa kalian berdua keluarga kakak itu?" tanya Kimmy dengan senyum manisnya, sedangkan kedua orang pria beda usia itu hanya menganggukkan kepalanya dengan kaku.

"Kakak itu harus dibawa ke Rumah Sakit segera, lukanya lebar banget. Tadi Kimmy cuma bantuin bersihin lukanya aja kok" ucap Kimmy.

"Kalo gitu Kimmy pulang dulu ya, kalian berdua harus selalu ada di samping dia. Orang cacat mental harus dikasih perhatian lebih dari orang sekitarnya," bisik Kimmy pada kedua pria tersebut.

Pria paruh baya itu hampir jatuh setelah mendengar ucapan Kimmy. Untung saja pria yang lebih muda, segera menyangga tubuhnya agar tetap bisa berdiri tegak. Kimmy yang heran dengan respon kedua pria tersebut, langsung pamit dan melambaikan tangannya pada Saga yang masih menatapnya dari sana. Setelah kepergian Kimmy, kedua pria itu dengan kaku menoleh pada Saga.

"A-apa gadis itu sudah gila?" gumam pria yang usianya lebih muda itu.

"B-beraninya dia mengatakan Tuan Muda kita, cacat mental," ucap pria paruh baya itu dengan tergagap.

"Nona, apa yang anda lakukan di sini ? Ini wilayah berbahaya. Dan apa ini, kenapa tangan anda berdarah seperti ini?" tanya seorang wanita dengan suara yang keras, yang menghampiri Kimmy, lengkap dengan omelannya.

"Tadi Kimmy abis nolong kucing luka disana, Bibi. Ayo kita pulang," ucap Kimmy, tanpa membiarkan bibi yang mengurusnya dari kecil itu, menoleh ke arah Saga yang lainnya di belakang sana.

"Ku-kucing," gumam pria paruh baya tersebut yang hampir pingsan.

Bagaimana mungkin, tuan muda mereka dianggap kucing, bahkan pria cacat mental ?

"Ayo pergi," ucap Saga, berdiri dan membersihkan pakaiannya dari debu.

"Tuan Muda, kita kembali ke mansion. Anda harus mengobati luka anda terlebih dahulu," ucap pria paruh baya tersebut, yang diangguki oleh Saga.

"Agra, cari tahu tentang gadis itu," ucap Saga tiba-tiba.

"Baik, Tuan Muda," jawab Agra, menundukkan kepalanya sedikit pada Saga.

"Apakah gadis itu membuat anda kesal, Tuan Muda?" tanya pria paruh baya tersebut dengan panik, takut Saga akan melakukan hal yang tidak-tidak pada gadis tersebut.

"Tidak, aku menyukainya. Matanya cantik, secantik orangnya," jawab Saga dengan senyum lebarnya, membayangkan wajah cantik Kimmy.

Hah ?

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku