Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
MAFIA DI KEJAR GADIS OBSESI

MAFIA DI KEJAR GADIS OBSESI

Bby Dark

5.0
Komentar
1.3K
Penayangan
37
Bab

    Dia adalah seorang bos mafia yang kasar, sombong, agresif dan kejam, seorang pria yang benar - benar menakutkan dan di takuti banyak orang. Seakan seluruh dunia berada di bawah kaki nya. Tidak seorang pun yang berani untuk tidak menaati semua perintah nya kecuali seorang gadis. Ya- semua orang takut pada mafia tersebut kecuali gadis itu, gadis yang tangguh dan tidak memiliki ketakutan apa pun di dunia ini, dia memiliki jiwa pejuang, pebisnis yang penuh percaya diri dan pemberani.     Gadis itu adalah orang pertama yang berani menantang, menolak perintah nya, suka berdebat dan bahkan berani menggoda sang mafia. Pada awal nya mafia itu merasa kesal karena gadis itu tidak takut pada nya. Dia menggunakan segala cara agar gadis itu takut pada nya, namun gadis itu berhasil mengejutkan nya dengan keberanian nya.    Seperti apa kisah mereka? Dan mengapa gadis itu tak takut pada sang mafia? Lalu apa yang mafia itu lakukan pada gadis itu yang tidak patuh pada nya itu? Akan kah sang mafia akan bertindak kejam pada nya? Ikuti kisah nya hanya di MAFIA DI KEJAR GADIS OBSESI

Bab 1 Membunuh.

Di sebuah ruangan yang gelap dan terasa mencekam, terdapat seorang pria yang di gantung dengan posisi terbalik, tengah menjerit kesakitan dan suara jeritan itu menggema cukup keras ketika dua orang pria tanpa ampun memukuli tubuh nya dengan tongkat panas. Disisi lain terdapat dua pria bertubuh kekar dengan balutan kemeja dan celana hitam tengah memegangi senapan dan berjaga di depan pintu masuk.

Dan tak lama dari itu, seorang pria jangkung dengan mengenakan tuksedo hitam, masuk ke dalam ruangan itu dengan tampang nya yang datar dan mata nya seakan berkobar di penuhi dengan api kebencian menatap ke arah seorang pria yang tengah di gantung secara terbalik tadi.

Dia adalah Alan Delvanio- bos mafia yang di kenal karena kekasarannya, arogansi, agresif dan dominasi nya yang kejam. Dunia berguncang di bawah kekuasaan nya, tidak ada yang berani menantang nya dan semua hidup dalam ketakutan akan kekuasan nya.

Orang yang berjalan di belakang nya, sekaligus yang menjadi tangan kanan nya- seorang pria yang juga menggunakan jas hitam dengan aura ketampanan nya yang tak kalah dari bos nya. Justine Roland, pria itu sangat di percayai oleh Alan dan tidak seorang pun kecuali Justine. Seperti sebuah ikatan persaudaraan yang terjalin karena kesetiaan Justine selama ini. Tugas Justine adalah lebih memprioritaskan untuk berusaha menjaga bos nya dan sebisa mungkin untuk tetap setia bekerja bersama Alan.

Setibanya Alan di dalam ruangan itu, 2 bodyguard yang di perintahkan untuk menyiksa orang tergantung itu menghentikan tindakan mereka, menundukkan kepala mereka di depan Alan sebagai tanda kepatuhan mereka.

Alan membuka kancing dan melepaskan jas nya, berjalan menuju seorang pria yang di ikat dengan tatapan mata nya yang mematikan. Alan menyerahkan jas nya pada seorang bodyguard yang telah memukuli tahan nya itu. Lalu berdiri di depan pria terikat sembari menggulung lengan kemeja hitam nya. Jari - jari kekar nya mengepal, Alan melepaskan tinjuan nya ke arah pria terikat itu, melampiaskan semua amarah nya di setiap serangan, membuat pria itu menjerit kesakitan.

"Katakan pada ku, kepada siapa kau membocorkan informasi rahasia itu?." Tanya nya menuntut dengan tegas. "Kau telah menipu ku dan kau pasti tau jika aku sangat benci dengan pengkhianat."

Dengan raut wajah nya yang sangat geram. Alan meraih pistol milik nya dan mengarahkan ke arah pria itu. "Apa kau ingin mengaku sekarang? Atau kau ternyata lebih memilih mati?." Tanya Alan dengan nada bicara nya yang mengancam.

Mendengar hal itu, ke dua mata pria itu melebar karena ketakutan. "Sa-saya telah menyampaikan informasi itu pada tuan Bryan." Dengan gugup, pria itu membeberkan semua nya.

Alan mengernyitkan dahi nya setelah mendengar nama seseorang yang keluar dari mulut tahanan nya dan tanpa ragu - ragu lagi, Alan lantas menarik pelatuk di pistol nya dan dahi tahanan itu tertembak.

"Ini adalah contoh bagi orang - orang yang berani mengkhianati aku. Mereka akan menghadapi kematian secara langsung atau neraka penderitaan yang mereka dapatkan." Kata Alan dengan seringai jahat di bibir nya, lalu berjalan keluar dari ruangan pengap itu.

Setelah dari ruangan itu, Alan mengunjungi ruang tamu nya yang megah di mansion nya. Terdapat seorang wanita muda dengan mengenakan gaun terbuka dan sepatu high heels tinggi yang sengaja ia panggil untuk melayani nya, tengah duduk menunggu kedatangan nya.

Alan langsung mendudukkan diri nya di sofa single dan menatap dingin ke arah wanita itu yang duduk bersebrangan dengan nya.

Tanpa diperintah lagi, wanita muda itu berjalan dengan sensual mendekati Alan, berlutut didepan kaki jenjangnya dan melepaskan ikat pinggang Alan.

Sementara itu, Alan lantas menjambak rambut wanita muda itu. "Cepat lakukan tugasmu, lalu pergi. Aku tidak punya waktu seharian untukmu!." Bentak Alan.

Wanita muda itu pun terlihat ketakutan dan mempercepat gerakannya membuka resleting celana jeans Alan sebelum akhirnya sedikit menurunkannya. Barulah setelah itu, ia meraih kejantanan nya dan akan menghisapnya dengan kuat. Membuat Alan memejamkan matanya dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

Alan nampak begitu menikmati permainan lidah wanita itu.

Setelah milik nya berdiri tegak, Alan akan memerintahkan wanita itu memakaikan pengaman di kejantanannya dan membiarkan wanita itu duduk di pangkuan sembari memasukkan kejantanannya ke dalam kewanitaan. Wanita itu akan bergoyang dan membuat Alan merasa kenikmatan, sementara pria itu duduk hanya diam saja, menikmati permainan nya.

Alan akan menggunakan seks untuk melampiaskan rasa frustasinya atau ketika dia merasa stress.

Tak lama, setelah kejantanan Alan mengeluarkan kecebongnya di dalam pengamanan yang ia kenakan. Pria itu akan langsung menyuruh wanita panggilannya itu pergi dari mansion nya dan akan kembali ketika ia memanggilnya untuk memuaskannya lagi.

Ia meninggalkan ruang tamu itu dengan kembali mengancingkan resleting celana jeansnya. Melanjutkan langkahnya masuk kedalam lift untuk sampai ke kamar tidur nya yang mewah, gelap dan misterius seperti dirinya.

Di dalam, pelayan kepercayaan nya- Marie, sedang melakukan rutinitasnya merapikan kamar Alan. Dia satu-satunya orang yang di berikan akses untuk masuk kedalam kamar dan Alan juga menghormatinya.

"Siapkan pakaianku, ada rapat yang harus aku hadiri." Perintah Alan dan Marie hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, sebelum akhirnya melangkahkan kakinya menuju walk in closet di dalam kamar Alan.

Sementara itu, Alan masuk kedalam kamar mandi guna memberikan dirinya dari sisa-sisa kenikmatan dan juga keringat. Setelah menanggalkan pakaiannya. Alan membiarkan air mengalir ditubuhnya yang kencang dan berotot yang dihiasi dengan sixpack. Pikirannya di penuhi dengan pemikiran tentang pria yang telah ia bunuh sebelumnya, ia berusaha untuk memahami pengkhianatan yang telah di lakukan oleh salah satu orang terbaiknya yang telah dengan beraninya membocorkan informasi rahasia mereka pada saingannya.

Beberapa saat kemudian, Alan telah keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk putih yang melekat di pinggangnya. Tuksedo hitam bersihnya tergeletak diatas tempat tidur. Dengan gerakan cepat, dia membuang handuknya, membiarkannya mendarat di sandaran kursi sofa. Sementara itu, Alan mengenakan kaos putih tipis di susul dengan kemeja nya.

Pakaian yang dikenakan oleh nya menggambarkan kehidupannya, tidak memiliki warna dan kegelapan ada disekelilingnya.

Setelah memakai arloji, Alan berdiri didepan cermin besar dan tengah menyisir rambut hitam legamnya.

****

Di sebuah bar, seorang gadis yang terlihat menarik dari yang lain, dengan mengenakan gaun hitam strapless, tengah duduk di konter bar bersama dengan teman-temannya. Rambutnya yang panjang berwarna kecoklatan tergerai di punggungnya, melengkapi pesonanya yang menawan, mata nya yang besar dan memabukkan, bibir sensual nya yang tajam, hidungnya yang tidak terlalu mancung dan pipinya yang cukup chubby.

Pesona gadis itu dengan mudah menarik perhatian semua orang yang ada di sekelilingnya. Dengan penuh gaya dan memikat sembari memegangi segelas anggur.

"Sampai jumpa besok, Alexa." Kata teman-temannya beranjak dari kursi mereka masing-masing dan berpelukan hangat sebelum akhirnya pergi meninggalkan bar.

Saat Alexa memandangi teman-teman nya yang tengah berjalan pergi, jantungnya berdetak kencang ketika pandangan nya tak sengaja menatap seorang pria yang menawan di kabin VVIP dan di kelilingi oleh orang-orang yang berpakaian jas rapi. Ya- pria itu tak lain adalah Alan Delvanio, pemilik klub ekslusif ini. Pria itu memiliki klub dan lounge di seluruh dunia.

Saat ini, Alan tengah asyik menjelaskan dan tiba-tiba merasa terganggu ketika mengetahui jika ada seorang gadis yang tengah memperhatikan nya.

Alexa menatap wajah hingga tubuh Alan tanpa berkedip, benar-benar terpesona akan ketampanan dan penampilannya yang sempurna. Alexa mengaguminya, ia tak sadar menggigit bibir bawahnya yang sensual dan memikat, merasakan sebuah dorongan kuat untuk merasakan bibir ranumnya menempel di bibir pria itu dan menciumnya dengan penuh gairah.

"Pria itu sangat luar biasa, dia seksi dan misterius sesuai dengan tipeku. Aku harap dia juga memperhatikanku." Alexa berbisik pada dirinya sendiri, sembari mengamati dengan cermat setiap gerakan Alan ketika pria itu menjelaskan pada orang-orangnya.

Alexa terlihat seperti tengah memata-matai dia.

Tiba-tiba, Alan mengalihkan pandangannya yang gelap dan intens ke arah Alexa. Membuat gadis itu dengan cepat membuang pandangan nya dan menghindari tatapan Alan. Namun, Alexa tak bisa menahan diri untuk tidak melihat kearah pria tampan itu, hingga akhirnya ke dua pandangan mereka bertemu.

Membuat Alan terpesona oleh bola mata coklatnya dan untuk beberapa saat Alan benar- benar lupa dengan dunia di sekitarnya. 'Kenapa gadis itu menatapku seperti ini?.' Alan bertanya-tanya pada dirinya sendiri, mengangkat sebelah alisnya keatas dan merasa curiga pada Alexa.

"Sialan! Tatapannya mematikan." Alexa bergumam. Menggelengkan kepalanya sebelum akhirnya kembali memalingkan wajahnya ke arah lain, menenggak segelas penuh anggur sekaligus.

Alan memberikan isyarat pada salah satu anak buahnya untuk mendekati gadis asing itu dan anak buahnya itu berjalan maju, membungkuk badannya di depan Alan. Lalu Alan mengintruksikan dia untuk membawa gadis asing itu ke ruang rahasia untuk diinterogasi.

Dua anak buah itu pun dengan paksa menarik Alexa hingga masuk kedalam ruang rahasia. "Kemana kalian akan membawa ku, bodoh? Aku memperingati kalian, lepaskan aku sekarang atau kalian berdua akan menerima konsekuensinya!" Kata Alexa dengan tegas.

"Bos kami ingin mengintrogasi anda." Salah seorang anak buah memberitahu nya.

Alexa mengernyitkan dahinya, ia tak tahu siapa bos mereka. Jika dirinya tau, maka Alexa akan sukarela pergi bersama mereka karena dia ingin mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan pria yang membuatnya tertarik akan ketampanan nya itu.

"Aku tidak kenal dengan bos kalian."Alexa mengepalkan tangannya, mengayunkan ke dua tangan nya dengan cepat dan meninju kejantanan ke dua anak buah tersebut. Hingga mereka merintih kesakitan sembari memegangi kejantanan mereka. Alexa juga memukul beberapa bagian tubuh mereka dengan gerakan yang gesit, seolah-olah gadis itu memang telah ahli melakukan ilmu beladiri seperti ini.

Setelah berhasil membuat kedua bodyguard itu kalah, Alexa mengibaskan rambutnya kebelakang dan tersenyum melihat dua orang pria yang tengah mengerang kesakitan, tergeletak dilantai.

"Bukankah aku sudah memperingati kalian berdua?." Dia tersenyum jahat pada mereka berdua, lalu merapikan gaun juga rambut nya sebelum akhirnya berjalan pergi dengan sikap yang tenang.

Tak berapa lama dari kepergian Alexa, Alan masuk kedalam ruang rahasia dan mata nya terbelalak kaget saat menemukan anak buahnya tergeletak dilantai dengan bekas pukulan dipipi mereka.

"Siapa yang melakukan ini pada kalian berdua dan dimana gadis itu?". Tanya Alan dengan marah.

Dua anak buahnya itu saling berpandangan dan menundukkan kepala nya. Mereka malu untuk mengakui pada bos mereka, jika mereka baru saja di pukuli oleh seorang gadis. Namun, keterdiaman mereka justru memicu kekesalan didalam diri Alan.

"Apa kalian berdua hanya akan diam? Atau kalian ingin hukuman dari ku?." Bentak Alan.

"Gadis itu yang telah memukuli kami bos." Salah seorang anak buahnya menjawab dengan gugup disertai ketakutan.

"Apa? Gadis itu mengalahkan kalian berdua?." Alan terlihat terkejut dan tidak percaya. "Jadi dugaan ku benar, gadis itu adalah mata-mata. Karena gadis biasa tidak akan bisa berkelahi dengan anak-anak buahku yang terlatih seperti ini." Gumam Alan pada dirinya sendiri

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Bby Dark

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku