Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Gadis Jaminan Tuan Max

Gadis Jaminan Tuan Max

Aryani Choi

5.0
Komentar
15K
Penayangan
61
Bab

[Area 21+!] Hera kira, hidupnya telah cukup buruk selama ini, tapi ia salah karena masalah yang lebih besar telah datang untuk memperburuk hidupnya. Ibunya berutang pada seorang lintah darat bernama Max dan ketika utang itu tidak bisa dibayar tepat waktu, maka Hera harus ikut menanggung akibatnya bahkan jika ia tidak pernah menikmati uang itu. Hera harus menjadi tawanan Max sampai ibunya bisa membayar utang dalam waktu yang telah ditentukan. Jika utang itu tetap tidak bisa dibayar, maka Hera harus bersiap menerima segala kemungkinan terburuk dalam hidupnya. Akan seperti apa nasib Hera di tangan Max?

Bab 1 01

Hera sudah hampir bunuh diri karena lelah dengan semua masalah hidupnya, kalau saja tidak ada dua orang pria menyeretnya pergi dari jembatan, lalu dibawa ke sebuah rumah mewah yang entah milik siapa. Hera didorong ke lantai saat tiba di rumah mewah itu, membuatnya jatuh tersungkur tepat di kaki seseorang yang berbalut sepatu pantofel yang terlihat begitu mengkilap.

Hera mendongakkan kepalanya, lalu ia melihat seorang pria yang duduk di sebuah sofa tunggal berwarna coklat tua. Pria itu memakai setelan jas rapi yang terlihat mahal, tangan kirinya memegang gelas berisi minuman, sementara tangan kanannya tampak menjempit rokok yang kini dia hisap, lalu asapnya disemburkan ke udara. Rumah siapa ini? Dan siapa pria itu? Hera pun bertanya-tanya.

Hera ingin bangkit, tapi kedua pria yang menahannya tidak membiarkan hal itu terjadi. Pada akhirnya, Hera berlutut di lantai dan berhadapan dengan seorang pria yang tatapan matanya terlihat menakutkan.

"Siapa kau? Apa kita saling mengenal? Kenapa aku dibawa ke tempat ini secara paksa?" Hera akhirnya bertanya.

Pria ini meletakan minuman dan juga rokoknya, lalu hanya terfokus pada Hera. Inilah Max, seorang pria berusia 30 tahun yang sejak remaja telah mulai terjun ke dalam lubang bisnis ilegal. Apapun Max lakukan demi mendapatkan uang dan ia memiliki beberapa bisnis utama yang membuatnya bisa hidup di rumah mewah seperti sekarang, seperti prostitusi, tempat perjudian, dan Max juga termasuk ke dalam daftar seorang lintah darat yang kejam. Jika Hera dibawa ke tempat ini, maka tentu ada alasannya, dan itu terkait dengan salah satu bisnis milik Max.

"Hera, berusia 20 tahun, tinggi 165 cm, lulusan SMA Seung Yi, bekerja sebagai pelayan di sebuah rumah makan, pernah menjadi korban bully, memiliki hobi melukis, tidak bisa makan makanan pedas, dan membenci serangga. Itu benar kau, kan? Sebenarnya, masih ada yang lain, tapi aku malas menyebutnya." Max menatap lekat Hera yang masih berlutut di depannya dan kedua tangan Hera dipegang oleh anak buahnya.

Hera terkejut mendengar ucapan pria di hadapannya. Pria itu tahu begitu banyak tentang dirinya, tapi ia bahkan tidak mengenal siapa pria itu. Apa yang sebenarnya terjadi saat ini?

"Kau terkejut? Tidak apa-apa, itu adalah reaksi normal saat dijadikan jaminan," ucap Max lagi.

"Apa? Jaminan?" Hera menjadi lebih terkejut sekarang.

"Ya, kau menjadi jaminan atas utang ibumu yang senilai 100 juta Won (Rp. 1,168 Miliar). Ibumu tidak mampu membayar tepat waktu, jadi kau dijadikan jaminan. Jika ibumu tidak bisa membayar utang sampai batas waktu yang aku tentukan, maka aku terpaksa harus menjualmu sebagai ganti uang itu. Jika kau cukup sehat, maka organmu bisa aku jadikan uang, tapi kau terlihat cukup cantik, jadi bisa aku jadikan pelacur. Aku tidak akan rugi." Max terlihat tersenyum, lalu kembali menghisap rokoknya.

Hera tahu kebiasaan ibunya yang suka berjudi dan minum-minum bahkan sampai menjual rumah peninggalan mendiang ayahnya, lalu tinggal di rumah sewaan yang begitu kecil, tapi tidak menduga kalau ibunya memiliki utang sebesar itu. Lalu, sekarang, ia harus menjadi jaminan?

"Itu tidak mungkin. Kau pasti berbohong!" namun, Hera tidak akan percaya begitu saja.

"Ibumu tahu tentang hal ini. Akan aku tunjukkan padamu." Max mengeluarkan ponselnya, lalu menelepon seorang wanita bernama Mina yang merupakan ibu dari Hera.

"Putrimu ingin bicara," ucap Max setelah terhubung dengan Mina, lalu ia membawa ponselnya tepat di hadapan Hera dengan suara yang telah diperbesar.

"Hera, maafkan ibu. Ibu berjanji akan mencari untuk membayar utang itu, jadi kau bisa bebas. Kau bisa menunggu, kan?" suara Mina terdengar dan membuat air mata Hera seketika tumpah.

"Kenapa Ibu melakukan ini padaku? Kenapa aku harus menanggung semua ini?!" Hera berteriak.

"Maafkan ibu. Ibu ..." kalimat Mina tidak selesai karena Max yang sudah memutuskan sambungan telepon.

"Jadi, apa sudah jelas sekarang?" ucap Max setelahnya.

"Apa yang jelas? Aku tidak mau menjadi jaminam siapa pun!" Hera kembali memberontak, tapi semuanya sia-sia saja.

Max kini bangkit dan berdiri di depan Hera yang telah berhasil kembali dibuat berlutut di lantai. "Suka atau tidak, tapi inilah takdirmu saat ini. Jangan khawatir, aku akan memberimu makanan sehat 3 kali sehari dan juga tempat tidur yang nyaman. Aku juga harus berjaga-jaga, kan?" ujar Max, kemudian memberi isyarat pada anak buahnya untuk membawa Hera pergi dari hadapannya.

"Lepaskan aku!" Hera berontak, tapi segala usahanya sia-sia saja. Hera dibawa masuk ke sebuah kamar yang memang telah dipersiapkan khusus untuknya, lalu pintu kamar itu kunci.

Hera berulang kali menggedor pintu, tapi pada akhirnya hanya rasa lelah yang ia dapatkan. Hera mencoba kabur lewat jendela, tapi ada teralis besi pada semua jendela yang ada di kamar ini. Jika sudah seperti ini, maka Hera tidak tahu lagi harus melakukan apa.

***

Seperti yang Max katakan sebelumnya, Hera diberikan makanan sehat yang dibawakan langsung ke kamarnya, tapi ia tidak pernah menyentuh makanan itu. Hera ingin menelepon polisi, tapi ponselnya dan semua barang-barangnya diambil oleh pria yang membawanya. Hera tidak memiliki apa-apa sekarang.

Hera sangat marah karena diperlakukan seperti tahanan bahkan menjadi jaminan saat ia tidak tahu apa-apa soal utang itu dan tidak pernah menikmati uangnya.

Hera pun mengamuk dan melempar apapun yang ada di kamar itu, lalu ia tidak sengaja melihat dari jendela ada beberapa wanita dengan pakaian seksi yang dibawa masuk ke dalam sebuah mobil. Hera penasaran, apakah semua wanita itu adalah jaminan seperti dirinya? Jika ya, mereka akan dibawa kemana sekarang?

Hera kembali mengingat kata-kata Max tentang apa yang akan terjadi padanya jika ibunya tidak mampu membayar utang. Hera lebih baik mati dari pada harus menjadi seorang pelacur. Di saat bersamaan, Hera melihat ada pecahan vas bunga yang tergeletak di lantai. Hera rasa, pecahan itu cukup tajam untuknya.

Di tempat lain, Max terlihat sedang bicara dengan seseorang, yaitu seorang pelanggan VVIP di rumah hiburannya. Pria itu adalah seorang pengusaha kaya yang menginginkan hiburan baru karena dia telah mencoba semuanya dan mulai bosan dengan itu.

"Beberapa hiburan baru akan segera tiba. Semoga Anda bersedia menunggu," ucap Max.

"Aku akan menunggu karena aku tahu kau tidak pernah mengecewakan," balas pria itu.

Max hanya tersenyum saja mendengar ucapan pria itu. Percayalah kalau pria yang ada di hadapannya adalah pria yang terkenal sebagai pria baik, dia adalah seorang suami dan ayah yang baik. Dia cukup sering muncul di berita karena menikah dengan seorang aktris terkenal, tapi inilah dia yang sebenarnya. Karena itulah, Max tidak pernah mempercayai siapa pun, selain dirinya sendiri.

Max mengambil jaminan bukan karena percaya kalau orang yang berutang padanya akan mampu membayar utang itu, tapi karena ia melihat si jaminan itu bisa menjadi uang untuknya melebihi uang yang telah diberikan sebagai pinjaman. Max suka menyebutnya sebagai harta karun.

Ponsel Max kini berdering dan itu adalah telepon dari salah satu anak buahnya. Max sedikit menjauh saat menjawab telepon dan rautnya pun terlihat berubah sekarang. "Apa? Hera mencoba bunuh diri?" ucap Max dengan penuh keterkejutan.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Aryani Choi

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku