Arsyavina tidak pernah bermimpi sebelumnya, jika pernikahan yang selama ini diimpikannya berujung derita. Ia harus mengakhiri pernikahan tersebut karena paksaan mertua, dan akhirnya hidup menderita dengan dogma masyarakat yang terus menghakiminya karena menyandang status janda satu anak. Arsya bertahan hidup dengan bekerja di sebuah agensi musik, hingga akhirnya ia mengenal salah seorang Produser muda sekaligus penyanyi bernama Giovanni Kuncoro. Pria itu menjerat Arsya, melupakan bila mereka terpaut usia 7 tahun lebih muda. Giovanni bersedia membantu kehidupan Arsya, asalkan gadis itu mau merahasiakan hubungan keduanya dari semua orang. Sanggupkah Arsya bertahan dengan pria yang terpaut empat tahun lebih muda tersebut? Bagaimana Arsya menghadapi teror mantan suaminya yang ingin kembali?
"Arsya itu salah satu penyebab anak saya jadi tidak mematuhi lagi keinginan orangtua. Jadi, lebih baik kalau Arsya tidak usah melanjutkan pernikahannya dengan Davin." terang bu Sari, ibu mertua Arsya yang sore itu mengunjungi kediamannya.
Tak hanya ada Arsya di sana. Duduk orangtua Arsya yang sudah sepuh sambil saling melirik, mendengarkan penuturan mertua Arsya yang cenderung arogan serta sombong. Arsya mendengarkan semua itu sambil menggendong putrinya yang baru enam bulan, ia tidak percaya mendengar hal tersebut dari sang mertua.
"Tidak mematuhi? Memang apa yang kalian inginkan dari Davin? Selama ini, putri saya selalu mendukung karir Davin, ia juga patuh pada suaminya." terang Pak Suwandi, ayahanda Arsya.
"Selama ini saya tidak pernah setuju jika Davin harus kerja di luar kota. Kenapa tidak kerja di kota Bandung saja? Buat apa saya menyekolahkan putra saya tinggi-tinggi jika pada akhirnya ia melawan saya?" ujar bu Sari sambil menatap nanar pak Suwandi.
Tampak bu Aisyah mengepalkan tangan kuat-kuat. Ia tidak percaya bila putri semata wayangnya itu dianggap sebagai sosok yang telah mengubah prinsip seorang anak laki-laki. Tidak pernah terbayang bagi bu Aisyah jika ia harus menyaksikan putrinya direndahkan seperti itu.
"Mereka sudah menikah. Wajar bagi kita sebagai orangtua mendukung yang terbaik bagi keduanya. Mereka sudah punya kehidupan sendiri, kenapa bu Sari serta bapak harus ikut campur mereka hingga melibatkan kami juga?" tanya pak Suwandi.
"Karena anak bapak, putra kami berubah. Sekarang nasihat-nasihat serta saran kami tidak didengar. Semenjak dia bertemu Arsya, Davin benar-benar berubah dan tidak menuruti keinginan kami lagi. Saya tidak mau usaha saya menyekolahkannya hingga S2 berakhir menjadi sosok yang takut istri. Selamanya anak laki-laki adalah milik ibunya, tidak boleh dibantah. Arsya sebagai istri juga harus mengikuti kemauan suami, kok bisa-bisanya suamimu mengajak tinggal bersama kami malah menolak dan malah memberatkan suami dengan mengontrak seperti ini. Secara tidak langsung, Arsya merusak hidup anak kami dengan menikah dengannya!" tutur bu Sari dengan nada menyebalkan.
Arsya tidak bisa membantah. Sang suami menggelengkan kepalanya agar Arsya tidak membangkang atau pun melawan pada orangtuanya. Akan tetapi Arsya lelah, selama ini ia selalu mengikuti kemauan mertuanya. Dari mulai kehamilan, hingga melahirkan, ia telah mengupayakan segalanya dengan mengesampingkan perasaan sendiri.
Davin merupakan Manager di salah satu perusahaan Swasta yang cukup terkenal di Bandung. Davin pun bisa masuk ke perusahaan itu karena Arsya, sebelumnya sang istri merupakan petinggi yang cukup dipercaya oleh pemilik perusahaan. Harusnya keluarga Davin berterima kasih karena putra mereka menikahi Arsya, akan tetapi mereka sama sekali tidak menyukai bagaimana Davin yang jauh lebih mencintai Arsya semenjak mereka menikah.
Arsya merupakan perempuan cantik berusia 28 tahun. Ia pintar, cerdas serta berwawasan luas. Karena kepintarannya tersebut, orangtua Davin terutama bu Sari, sangat membenci Arsya. Alasannya, wanita pintar cenderung menggurui suami dan ia merasa bila Arsya akan menginjak harga diri suami. Padahal, selama ini Arsya mengalah tidak bekerja demi melahirkan buah hati, Arsya pun sudah berusaha melayani suami sebagaimana seharusnya.
Tapi sekarang tampaknya orangtua Davin benar-benar hanya ingin mereka berpisah. Mereka mencari alasan, hingga akhirnya keluar pernyataan bila Arsya telah mengubah hidup Davin ke arah yang buruk. Bagaimana bisa mereka mengatakan hal keji seperti itu?
"Sekarang Davin, kamu mau durhaka pada orangtua atau mau mengikuti istrimu? Pilih saja dia atau kami? Jika tidak ingin durhaka, tinggalkan istrimu." terang pak Ghandi, ayah Davin yang merupakan pemborong kaya raya di daerahnya.
Arsya menelan saliva. Ia tidak pernah menyangka bila pernikahannya harus diujung tanduk seperti ini. Ia sangat mencintai sang suami, sungguh amat disesali jika lelaki itu lebih memilih orangtuanya dibandingkan Arsya yang baru saja punya bayi.
"Mama, ini bukan pilihan. Kami sudah menikah, saya tetap ingin berbakti serta menjaga istri serta anak saya." ujar Davin.
"Kamu pilih orangtua atau Arsya?" tanya bu Sari tanpa ampun. "Tidak tahu terima kasih kah pada orangtua? Pernikahan itu harus dengan restu dan Mama sama sekali tidak pernah merestui pernikahan kalian sejak awal. Lebih baik diakhiri, Mama akan mengurus perceraian kalian. Arsya tidak sederajat dengan keluarga kita, dia bukan wanita baik yang pantas menjadi istri dari pria sepertimu."
Sebenarnya orangtua Arsya sudah tidak kuat. Akan tetapi Arsya menahan amarah kedua orangtuanya itu. Arsya memberikan gendongannya pada sang mama dan mendekat ke arah sang suami. Ia menatap suaminya lekat-lekat dengan air mata berderai.
"Kamu dengar barusan? Aku ini hanya perusak hidupmu dan tidak pantas sama sekali ada di hidupmu, Davin. Kamu dengar istrimu dihina tadi?" tanya Arsya lirih.
Arsya menahan air mata. Akan tetapi ia bisa melihat bila Davin menunjukkan sorot mata kelabilan yang jelas tersirat. Lelaki itu menimang-nimang, mana yang harus ia pilih, sang istri atau orangtuanya?
"Kita harus nurut kata orangtua Sya kalau mau berkah. Kalau kayak gini, pernikahan kita pun enggak ada artinya. Saya tidak sesuai dengan keinginan mereka dan bersamamu semuanya semakin runyam. Bukankah kamu juga tersiksa karena kekangan serta aturan mereka? Lebih baik kita enggak bersama bukan?" tutur Davin.
Bagai disambar petir. Arsya tidak pernah menyangka bila Davin akan mengucapkan perpisahan seperti itu kepadanya. Bagaimana bisa Davin segampang itu mengambil keputusan ketika mereka baru saja punya anak?
"Davin, kamu gila? Kita baru punya anak! Kamu enggak kasihan sama Clara? Kamu mau ngorbanin anak kita gitu aja?!" tanya Arsya dengan nada tinggi.
"Jangan bentak suamimu Arsya! Anak kurang ajar. Dasar keluarga rendah, miskin, lebih baik lepaskan putraku!" ujar bu Sari.
Wanita paruh baya itu menarik Arsya dan gadis itu didorong hingga jatuh terjerembab. Sebagai seorang ibu, bu Aisyah tidak terima putrinya diperlakukan kasar. Pertengkaran tak terelakan, bu Aisyah menampar besannya itu saking kesalnya hingga akhirnya tetangga berdatangan. Arsya sedikit melupakan bagaimana ia bisa selamat dari tragedi pertengkaran itu, ia mengingat jelas ayahnya yang sudah renta itu dipukuli oleh ayah mertuanya hingga harus masuk Rumah Sakit.
Malam itu merupakan malam paling buruk. Orangtua Arsya menderita, putri kecilnya itu hampir ikut terpukul dan suaminya sama sekali tidak menolongnya. Tubuh Arsya hanya dibopong beberapa tetangga dan mereka menyembunyikan Arsya di kamar.
Hari itu juga, Davin langsung berkemas dan pergi bersama orangtua Arsya. Lelaki itu menuliskan surat pernyataan talak dan memberikan Arsya uang sebesar 20.000 rupiah untuk nafkah terakhir. Arsya tidak mengerti mengapa ia dihina sedemikian rupa, ia sama sekali tidak paham mengapa setelah ia berusaha menjadi istri yang baik ia malah ditinggalkan.
Malam itu meninggalkan malu. Semua tetangga menggunjing Arsya serta kedua orangtuanya. Tak lama setelah kejadian tersebut, ayah Arsya mengembuskan napas terakhirnya.
Sejak saat itu dunianya berubah. Sejak saat itu hidup Arsya benar-benar terasa sangat pedih. Kenapa ia harus kehilangan suami serta ayah secara sekaligus? Mengapa hidup demikian pedih bagi dirinya?
Bab 1 Malapetaka Dimulai
20/03/2023
Buku lain oleh ARCELYOS
Selebihnya