Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Teacher and Her Rental Lover

Teacher and Her Rental Lover

Inaku Osy

5.0
Komentar
198
Penayangan
8
Bab

Airin tidak sengaja menggandeng seseorang di depan sekolahnya, saat Leon mantan tunangannya mengajak berhubungan kembali. Airin tidak menyadari bahwa efek ketidaksengajaan itu menyeretnya ke dalam hubungan yang rumit. Dewa adalah murid pindahan misterius yang menjadi buah bibir para guru dan teman-temannya.

Bab 1 Pertemuan Pertama

Bukan hal mustahil jika seseorang yang kamu benci tiba-tiba datang ke tempat kerjamu di siang bolong. Di saat semua energinya sudah habis terkuras karena pekerjaan, hal yang harusnya dia simpan untuk perjalanan pulang harus rela ia habiskan di sini. Di depan gerbang sekolah tempat ia mengajar.

"Lo nggak bisa berhenti ganggu gue?" tanya Airin sarkas. Ia sudah lelah seharian ngoceh di depan anak-anak. Dia sudah tidak ada lagi tenaga untuk ngotot dan teriak di depan Leon.

"Kenapa harus gini sih, Rin? Emang nggak bisa maafin aku sekali aja. Aku hilaf, Rin." Leon tetap merengek meminta maaf di hadapannya. Sungguh Airin sudah jijik mendengar kata itu selama enam bulan ini.

"Gue udah bilang sama lo, ada dua kesalahan yang gue nggak maafin. Lo masih nggak ngerti bahasa manusia?"

Dia tahu, orang yang ada di hadapannya ini dulu pernah hampir jadi suaminya. Namun, ada hal yang tak lagi sejalan. Jika semua dipaksakan ia akan tersiksa secara batin. Ia tak mau lagi hidup dalam kebohongan. Ia tak mau lagi perasaannya menyetir kehidupannya. Ia tak mau lagi besar cintanya menjadikan buta dengan kebahagiaan sendiri.

"Aku nggak akan berhenti. Kamu belum menikah. Aku akan memohon terus agar kamu mau maafin aku."

"Lo terlambar, Leon. Gue udah punya kekasih. Dan gue bakal nikah sama dia. Cukup dengan semua ocehan lo itu. Lo nggak usah repot-repot lagi datang ke sini. Karena percuma, lo nggak akan gue terima lagi."

"Kamu pikir aku bakal percaya sama omong kosongmu itu? Aku tahu kamu makhluk Tuhan yang susah jatuh cinta."

"Terserah lo mau percaya atau tidak." Saat Airin akan berbalik, tangannya dicekal oleh Leon.

"Lepasin!" Airin berusaha melepaskan cekalan Leon. Namun, sia-sia. Leon terlalu kuat dibanding dirinya.

"Mana? Coba tunjukkan pacar barumu itu." Leon menaikkan sebelah bibirnya tanda tak percaya akan apa yang Airin katakan.

Tanpa pikir panjang tangan Airin meraih tangan seorang siswa yang berjalan keluar gerbang. Laki-laki tinggi dengan jaket dan celana jeans ini akan membuat Leon percaya bahwa ia memang kekasihnya.

"Dia ... dia pacarku."

Tidak berselang lama, cekalan tangan Leon pun mengendur. Beruntung tidak banyak orang di gerbang sekolah, Airin tidak akan menjadi pusat perhatian. Tidak di gerbang belakang memang jarang sekali ada yang mau lewat. Entah kenapa Airin selalu suka lewat sana, karena terlalu sepi ia jadi menikmati acara menyendirinya.

Di bawah pohon-pohon yang berjejer di dalam pagar, suara gesekan ranting, dan angin yang seolah tahu suasana ini akan menjadi yang terkahir.

Dewa tidak percaya, dia masuk dalam sebuah pertengkaran pasangan kekasih saat ia pulang sekolah. Ia sengaja lewat pintu belakang karena tahu di sana tidak banyak siswa lalu lalang. Desas desus tentang hantu di kelas pojok membuat tempat ini menjadi sepi.

Saat dia melangkah keluar, tiba-tiba tangannya ditarik seorang guru. Guru itu mengenalkan dirinya sebagai kekasih. Entah seperti apa, laki-laki yang tadinya mencekal tangan guru itu, terlepas. Bodoh sekali Dewa pikir, kenapa banyak sekali sekarang orang dewasa yang gampang tertipu. Mereka juga terang-terangan berkelahi di tempat yang seharusnya tidak ada pertengkaran, apalagi pertengkaran pasangan kekasih.

Tidak lama kemudian, tanpa mengatakan apa pun laki-laki itu pergi. Tampak sekali ia melangkah membawa banyak kekecewaan. Tergambar jelas di wajahnya ketidakpercayaan akan hal yang ia saksikan. Namun, Dewa hanya diam. Ia merasakan tubuh guru itu bergetar. Tangannya masih memegang tangan Dewa. Namun, saat mobil laki-laki itu melaju ke jalan raya tubuh guru itu lemas, yang tadinya ia memegang kuat tangan Dewa, tiba-tiba luruh. Walaupun lirih, isakan yang tadinya tak Dewa hiraukan menjadi sedikit cemas dan khawatir.

Dewa adalah murid pindahan yang belum lama ini ia sekolah di sini. Beberapa kali Dewa melihat guru ini saat upacara bendera atau saat melewati kelasnya. Namun, dia tidak mengetahui siapa nama guru ini.

"Are you okay?" tanya Dewa dengan sedikit menunduk. Bukan karena apa, ia harus segera pergi untuk kerja paruh waktu di sebuah fotocopyan yang ada di dekat sekolah.

Tidak ada respon apa pun, sehingga membuat Dewa menepuk bahu guru itu pelan.

"Mm ... maaf. Gue harus pergi buat kerja. Udah terlambat untuk datang ke sana. Lo nggak perlu minta maaf, gue udah anggap ini sebagai kecelakaan. Jadi, lo nggak perlu takut." Namun, lagi-lagi suara Dewa tidak dipedulikan. Dewa ingin beranjak, tetapi dia harus memastikan kalau guru yang ada di depannya ini tidak apa-apa.

Saat Dewa mengguncangnya sekali lagi, Dewa dibuat terkejut karena guru yang ada di depannya ini tersungkur ke tanah. Rupanya guru ini pingsan. Dia mencoba membangunkannya. Namun, dia tidak kunjung sadar. Tanpa menunggu lama, Dewa membawa guru itu ke jalan raya dan menghentikan taxi untuk membawa mereka ke UDD terdekat.

Di dalam taxi, Dewa memastikan kalau guru itu masih bernapas. Ia tak mau menjadi tersangka apabila orang yang ada di pangkuannya ini tiba-tiba tidak bernapas. Sungguh sial sekali misalkan ia harus dipenjara karena hal yang tidak ia lakukan. Bahkan saat kedua orang tadi bertengkar dan mengenalkan dirinya sebagai kekasih guru ini, ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Ponsel Dewa bergetar. Ia bahkan melupakan hal yang harusnya menjadi prioritas sekarang. Pekerjaan paruh waktunya. Namun, guru ini juga tidak mungkin ia tinggalkan begitu saja.

Saat sampai di rumah sakit, Dewa sedikit lega. Dokter dan perawat dengan cepat menangani guru itu. Dewa membawa tas milik Airin. Ia membuka dan mencari tanda pengenal untuk melakukan pendaftaran.

"Airin?" ucap Dewa lirih.

"Bapak, tolong ke loket pendaftaran, ya," ucap seorang perawat ke Dewa.

Dewa berjalan ke arah loket pendaftaran. Ia menerima selembar kertas dan mengisinya. Saat tiba di kolom hubungan dengan pasien ia bingung akan mengisi apa. Ia bimbang. Tidak mungkin ia menuliskan guru siswa di sini. Ia juga tidak mungkin menuliskan saudara. Dia tidak punya uang untuk membayar tagihan rumah sakit. Ia juga tidak tahu nomor keluarganya. Alamat pun ia tidak tahu. Akhirnya ia mengambil tanda pengenal Airin, menuliskan semua yang dibutuhkan di kolom itu, kemudian saat ia membaca lagi kolom yang ia lompati. Ia memutuskan untuk menulis hal yang memang Airin mulai duluan.

'KEKASIH'

Dewa merasa lucu membaca jawabannya. Namun anehnya, ia tidak merasa terganggu atas hal itu. Dewa menyerahkan form itu ke petugas dan kembali lagi ke bilik tempat Airin diberi pertolongan pertama.

"Kamu sudah bangun, Sayang?" Pertanyaan itu menggema saat mata Airin dan Dewa bertemu. Ada satu pikiran yang mungkin Dewa akan senang menerimanya. Sepertinya, Airin akan membawa keberuntungan baginya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku