Seorang mahasiswi tingkat akhir di salah satu universitas ternama di Newyork mengalami hal buruk dari salah satu dosen di universitasnya, kejadian demi kejadian mengakibatkan dirinya trauma berat, depresi dan hampir saja dia mengakhiri hidupnya sendiri. Karena sang dosen memperkosanya secara brutal.
Columbia univesity, New York
Terdengar suara jeritan dan rintihan dari seorang gadis menggema di sebuah ruangan kosong yang sudah tak terpakai di salah satu area kampus tempat gadis itu menempuh pendidikannya.
"Arggghhhh ...
Srettttt...
Krettttt...
Brakkk...
Plakk
Beragam Pukulan, tamparan, gadis itu dapatkan hingga berulang kali tanpa tahu letak kesalahannya.
Bau anyir yang menyengat menyeruak tajam ke dalam rongga hidung akibat tamparan keras menggores sudut bibirnya.
Tidak hanya goresan di sudut bibir mungilnya, luka lebam gadis itu juga dia didapatkan, hingga wajah cantiknya hampir tak terlihat, penuh dengan luka lebam dan darah yang mengalir deras.
"Hiks ... Hikss ... Hiksss ....
"Kenapa kau selalu menyiksaku, apa sebenarnya kesalahanku padamu, aku tidak pernah melakukan apapun, tapi kau selalu saja berbuat kejam dan menyakitiku,"ucap Quinza dengan isakan tangisnya.
"Sudah berapa kali aku memberitahumu, hah!!!"Axton mencengkram kedua pipi gadis itu, "aku tidak suka kau berbaur dengan pria lain ataupun berdekatan dengan pria lain, kau telah mengabaikan ucapanku, sugar. Jadi terimalah akibatnya sekarang, hukuman ini pantas untuk gadis pembangkang seperti dirimu.
Krett...
Srettt...
Axton membuka paksa pakaian yang dikenakan Quinza dan merobeknya dengan sekali hentakan kuat. Quinza hanya bisa pasrah tanpa melakukan perlawanan. Kini tubuhnya sudah sangat lemah tidak berdaya di bawah kungkungan Axton. Pria yang tengah menatapnya tajam sambil mengucapkan, sebuah kata yang sangat mengerikan untuknya.
"This is your punishment, a punishment that you will remember all your life, jika kau melakukan kesalahan satu kali lagi, i will kill All your family ingat itu baik-baik Quinza Zalene!"Peringatan Axton menekankan setiap kata yang Axton ucapkan tanpa melepaskan tatapan mata tajamnya
"Don t be playing game with me."
Setelah Axton mengucapkan kalimat sakral, Axton memulai aksinya, mencium bibir mungil Quinza yang robek atas tindakan brutalnya, menjelajahi seluruh rongga mulut Quinza, merapat dirinya ke Quinza bahkan tangannya pun ikut menyentuh bagian tubuh sensitif Quinza dengan cara yang kasar tanpa adanya kelembutan, ciuman itu berpindah ke arah leher jenjang milik Quinza, menghisap dan memberikan kissmarknya di leher jenjang Quinza, tangannya yang tadi menyentuh bagian tubuh sensitif Quinza berpindah ke arah dua buah dada Quinza, memegang meremas dan memainkan nipple pink milik Quinza. Hingga bibirnya ikut bermain di dada Quinza
Gairah Axton pun sudah semakin menjadi, Axton sudah tidak bisa menahan lagi hasrat yang timbul dalam dirinya, dengan sekali hentakkan miliknya, Axton merobek pusat kewanitaan milik Quinza, hingga berkali-kali Axton melakukannya.
Quinza hanya bisa menangis tanpa mengeluarkan suaranya, Quinza merasa jijik dengan dirinya sendiri, disiksa bahkan diperkosa oleh dosennya sendiri yang terobsesi pada dirinya.
Setelah Axton mendapatkan semuanya, Axton pergi meninggalkan Quinza yang sudah tidak berdaya.
Tak ada rasa bersalah dalam diri Axton, bagi Axton itu adalah hukuman yang pantas untuk Quinza, agar Quinza tidak bermain-main dengan dirinya.
***
Columbia university, New york
Desas-desus terdengar kabar di seluruh kalangan mahasiswa tentang dosen baru yang akan mengajar di universitas ini, banyak dari mereka berantusias ingin melihat langsung ketampanan sang dosen, terutama para mahasiswi.
Tapi tidak dengan salah satu mahasiswi cantik yang bernama Quinza Zalene Aleandra Martinez, anak ke tiga dari pasangan Matteon martinez dan Veronica Martines, Quinza sama sekali tidak tertarik ataupun berantusias seperti mahasiswi lainnya, bagi dirinya semua dosen itu sama, sama-sama mengajar dan membagi ilmu mereka untuk para siswa dan siswi di universitas ini.
"Ku dengar dosen baru kita sudah berada di sini, apa kau tahu fakultas mana dosen itu mengajar.
"Aku melihat dosen baru itu, sial, dosen baru itu sangatlah tampan, aku siap untuk menghangat kan ranjangnya setiap hari.
"Dosen itu, uhhh!! sangatlah sexy! apalagi dengan bentuk tubuh atletisnya dan dada bidang yang membuat wanita berfantasi liar.
"Aku melihat cara dia berjalan, menatap, bahkan tatapan dinginnya membuatku terpesona.
"Bukan hanya tampan, dosen itu benar-benar sexy.
Itulah yang selalu di dengar Quinza, Setiap kali Quinza berjalan, melewati para mahasiswi itu, mereka selalu saja membicarakan dosen baru yang sekarang menjadi salah satu idola mereka saat ini.
"Apa mereka tidak ada kegiatan lain, selain membicarakan dosen baru itu, ya Tuhan lama-lama kupingku panas mendengar pembicaraan mereka,"ucap Quinza dalam hati, merasa jengah mendengar mereka tentang dosen baru itu.
Di saat itu pula Quinza mendengar teriakan sahabatnya, memanggil Quinza dengan suara lantangnya.
"Quinza ... Quinza ... Wait, kenapa kau jalan cepat sekali, huh!!"ucap Felicia sahabatku,"Apa kau tidak mendengar, aku meneriakimu dari tadi hah! Teriak Felicia kesal.
Mendengar Felicia berteriak membuat kuping Quinza semakin panas, kupingnya pengang. Apa sahabatnya itu sekali saja tidak berteriak memanggil namanya. Sungguh Quinza sangat malu jika sahabatnya itu memanggilnya dengan cara berteriak. Kesal Quinza, merutuki sahabatnya yang selalu saja berteriak jika quinza tidak menyahuti panggilannya
Tepat di saat Quinza akan berbalik badan menoleh ke arah Felica, Quinza menabrak dada bidang seorang pria.
Brukkk...
Quinza terjatuh tepat di depan pria itu, dengan kesal Quinza memaki pria yang menabraknya. "Apa kau tidak punya mata, sampai kau menabrakku hingga aku terjatuh dan kau tidak ada niatan untuk membantuku berdiri, brengsek!!
"Kau menuduhku seolah-olah aku tidak mempunyai mata, justru yang harus disalahkan adalah kau, di mana letak matamu sampai kau berbalik badan tidak melihat aku yang sudah berada di depanmu,"jawab pria itu santai, tanpa mau membantu Quinza berdiri, dan mensejajarkan dirinya di depan Quinza begitu dekat, hingga pria itu membisikan sesuatu pada Quinza
"Jangan pernah mengeluarkan kata kasar dari mulut cantikmu jika kau tidak tahu seberapa brengseknya aku, dan ingat satu hal kau tidak akan pernah lepas dariku, sugar?"Pria itu pergi meninggalkan Quinza yang mematung di tempatnya.
Quinza mematung mendengarkan ucapan terakhir dari pria itu, tanpa sadar, Quinza sudah menjadi pusat objek para mahasiswa dan mahasiswi yang berlalu lalang di area kampusnya.
Bisik-bisik terdengar jelas dari indra pendengaran Quinza membangunkan Quinza dari lamunannya tentang kejadian itu, banyak di antara mereka yang kasihan pada Quinza, ada pula sebagian dari mereka mencemooh Quinza atas kecerobohan dan makian Quinza. Pada dosen barunya.
"Ya Tuhan. Quinza apa yang kau lakukan hah, apa kau tidak tahu siapa pria yang kau tabrak tadi, apa kau mau menjadi pusat perhatian para mahasiswa dan mahasiswi di kampus ini, cepat bangun!"ucap Felicia, mengulurkan tangannya untuk membantu Quinza berdiri.
"Kau membuat gempar seluruh kampus ini dengan makianmu Quinza, apa yang ada di otak cantikmu sehingga kau memaki dosen baru itu, Quinza,"tanya Felicia tidak habis pikir dengan sahabatnya ini, memaki dosen barunya yang menjadi idola para mahasiswi di kampus ini.
Quinza tercengang mendengar penuturan sahabatnya, hingga Quinza terdiam mematung di tempat yang sama, tanpa disadari Quinza, seorang pria melihat Quinza dari kejauhan dengan senyum yang sulit diartikan, "Menarik.
Felicia mengguncangkan bahu Quinza agar sahabatnya tersadar dari lamunannya "Heii ... Are you okay, kenapa kau diam, apa ada sesuatu yang mengusik pikiranmu, hah!!"tanya Felicia curiga, melihat Quinza terdiam seperti ini.
"I m okay, jadi pria itu, dosen baru di kampus ini?
"Hmm, pria yang kau tabrak dan kau maki itu adalah dosen baru kita, sekaligus dosen pembimbing kita, ku dengar dari beberapa senior kita, dosen baru itu sangatlah killer dia tidak segan-segan menghukum para muridnya jika tidak mengikuti peraturan yang dibuat,"jelas Felicia
"Sudahlah lebih baik kita masuk kelas sekarang, waktu kita tinggal 5 menit lagi, aku tidak mau kena hukuman di hari pertama dosen itu masuk ke kelas kita,"Felica lekas menarik tangan Quinza meninggalkan tempat itu.
Mata pelajaran pertama pun dimulai, para mahasiswi yang berada di kelas itu merapikan tatanan make-up dan penampilannya untuk sang dosen baru, ada juga yang sengaja membuka kancing bajunya untuk memperlihatkan buah dada mereka.
Hingga pintu kelas pun terbuka menampilkan sang dosen yang sedang berjalan di kelas mereka dan berhenti tepat di depan para mahasiswa dan mahasiswinya, tanpa berbasa-basi dosen itu memperkenalkan dirinya dan memberikan peraturan dalam kelasnya.
"Saya Axton Alarich Jacob, kalian bisa memanggil saya Mr.Axton, di kelas ini saya adalah dosen pembimbing kalian yang baru menggantikan Miss Renata, dan saya sudah membuat peraturan untuk kelas saya ini, pertama saya tidak suka dengan mahasiswa atau mahasiswi yang telat di kelas saya, kedua saya tidak suka dengan mahasiswa atau mahasiswi yang lalai dalam memberikan tugas yang saya pinta, ketiga saya tidak suka jika saya sedang mengajar di antara kalian tidak mendengarkan penjelasan saya jika ada mahasiswi atau mahasiswa yang tidak mau mengikuti peraturan saya, kalian bisa angkat kaki dari kelas ini atau nilai akhir dari semester ini tidak akan saya berikan dan kalian akan mengulanginya tahun depan?"ucap Axton dengan tegas.
Setelah Axton memberikan peraturan untuk mahasiswa dan mahasiswinya, kelas yang Axton bimbing pun dimulai, Axton memberikan penjelasan tentang pembelajaran yang Axton berikan pada mereka, tidak ada satupun dari mereka yang berani ribut di kelas Axton, mereka tidak berani membantah peraturan Axton, mereka tahu konsekuensi apa yang mereka dapat jika melanggar peraturan yang Axton buat.
Kelas Axton pun berakhir, para mahasiswa dan mahasiswi pun berbondong-bondong keluar dari kelas mereka, adapun dari mereka secara terang-terangan menggoda sang dosen untuk menghangatkan rahimnya.
Tak lama mereka pun keluar dari kelas, meninggalkan Quinza dan Axton disana, suasana di kelas itu terasa canggung, hingga Quinza melihat tatapan Quinza yang sulit diartikan, dengan cepat Quinza membereskan buku-buku pelajarannya, tanpa mau melihat tatapan Axton yang sangat mengerikan untuk Quinza.
"Aku bersyukur kau salah satu mahasiswiku, jadi aku bisa mengawasimu setiap hari, dan ingat perkataanku tadi, aku tidak akan pernah melepaskanmu dari pandanganku, Quinza,"ucap Axton, sembari melangkah menghampiri Quinza yang enggan menatapnya.
Tap
Tap
Tap
Axton menghampiri Quinza, yang masih terdiam di mejanya, Axton membalikkan tubuh Quinza, dengan tangannya, sampai tatapan mereka bertemu tanpa melepaskan cengkraman tangannya di pundak Quinza.
Axton memperhatikan setiap inci wajah cantik Quinza tanpa melepaskan tatapannya di bibir mungil Quinza.
"Apa yang akan Anda lakukan, lepaskan cengkraman Anda.
"Menurutmu sugar, apa yang bisa aku lakukan padamu, kita bisa bersenang-senang di sini, bukan kah itu hal yang sangat bagus?
"Brengsek, apa maksud dari perkataan anda tuan Axton, kau dosen pembimbingku, seharusnya kau memberikan contoh yang baik untuk mahasiswimu?"ucap Quinza geram, mendengar ucapan Axton yang membuatnya berang. Marah. Kesal
"Kau bilang aku brengsek, aku akan memperlihatkan seberapa brengseknya diriku."
Di detik itu juga Axton mencium Quinza dengan kasar, dominan, Quinza tidak bisa melawan Axton karena dirinya dikukung oleh kedua tangan Axton dan posisi yang sangat tidak menguntungkan bagi Quinza berada di sudut meja belakang kelasnya.
Bab 1 Devil
09/02/2022
Bab 2 Like an angel and devil
09/02/2022
Bab 3 Scared
09/02/2022
Bab 4 Mine
09/02/2022
Bab 5 All day with him
09/02/2022
Bab 6 Almost
09/02/2022
Bab 7 Who is the man.
09/02/2022
Bab 8 Romeo
09/02/2022
Bab 9 Hospital.
09/02/2022
Bab 10 Hospital²
09/02/2022
Buku lain oleh Megacecung
Selebihnya