icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 5
Perintah Gila!
Jumlah Kata:1021    |    Dirilis Pada:27/06/2022

“Kau pikir aku anak kecil yang bisa dibodohi? Menurut saja, atau aku akan pergi sekarang!” jawab Nora.

Grey berbalik badan, menatap lekat wajah cantik Nora. “Pergilah, aku tidak ingin melihatmu.” Ucapnya seraya membuang napas panjang, sebelum akhirnya ia memejamkan kedua mata dan menutupi dengan lengan.

Nora bernapas kasar, “baiklah. Aku tinggalkan obat tidur untukmu, jangan meminumnya dengan alkohol, kau akan mati dengan cepat nanti.”

Grey tidak menyahut, dia juga tak mengalihkan lengan dari matanya. Nora turun dari ranjang, mengambil blazer tanpa mengenakan. Obat diletakkan di atas meja, sebelum ia pergi meninggalkan kamar luas Grey tanpa lagi berpamitan. Sepertinya, lelaki itu tak memerlukan obat tidur sekarang, karena rasa kantuk juga telah menyerang. Mungkin, karena pelepasan didapat dari Laura, bersama tenaga terkuras untuk menerobos kesempitan membuat susah.

***

Pagi hari menjelang, mentari menyeruak ke dalam kamar, menembus tirai hitam terpasang. Laura terbangun dari tidurnya, ia melihat ke arah jam analog dalam kamar mewah ditempati, sudah pukul delapan dan ia bergegas duduk. Sakit. Entah mengapa miliknya dan juga sekujur tubuh begitu sakit, bercampur rasa lelah. Laura menoleh pada meja kecil samping ranjang, meraih segelas air putih dan meneguknya sampai tuntas.

“Kau bahkan baru bangun jam delapan?! Apa kau pikir, dirimu itu ratu?!” terdengar suara bernada dingin, Laura menumpahkan minuman sudah memasuki mulut. Dia menoleh pada sumber suara, di sana ada Grey yang duduk pada sebuah sofa, melipat kaki dan bersandar punggung.

“A-apa yang Anda lakukan di sini?” Laura menyambar selimut, menutupi tubuhnya. Dia memakai lingerie hitam, tak ada pakaian untuk tidur setelah semalam ia memakai itu dan datang ke kamar Grey, tapi tak menemukan siapa-siapa.

“Kamar ini bagian dari rumahku!” jawab lelaki itu. “Mandikan aku!” berdiri, kimono hitam sutra dilepaskan olehnya.

Laura menelan ludah, tubuh itu ternyata sangat indah. Kekar, berotot, dihiasi tato sayap pada dada. Luar biasa, kulitnya pun terlihat sangat bersih. Ah, tidak. Ada bekas luka mencolok mata pada bagian perut samping, Laura menyipitkan mata untuk mengamati. Itu seperti luka benda tajam, mungkinkah jika itu luka dari sebuah peluru? Entahlah, tak mampu kedua mata hazel Laura memastikan dari jarak lumayan.

“Kau tuli?!” tegur Grey memecah pengamatan Laura.

“Ti-tidak!” cepat perempuan itu menjawab.

“Lepaskan semua pakaianmu dan susul aku ke kamar mandi! Hanya dua detik! Terlambat, kau akan mati dimakan buaya-buaya peliharaanku!” katanya, mendahului ke kamar mandi.

Laura cepat menyingkap selimut, berlari menuju kamar mandi, meski nyawanya belum terkumpul. Tentu saja dia tak ingin dihabisi buaya, setelah mendengar bagaimana kejamnya lelaki itu. Ya, Laura sudah banyak mencari tahu tentang Grey dari pelayan yang membantunya bersiap, itu membuat bulu pada sekujur tubuhnya berdiri.

Bagaimana tidak, lelaki itu terkenal tak berperasaan, dan siapa pun yang berani melawan, tak pernah segan dilemparkan pada binatang-binatang buas kesayangannya. Paling mengerikan didengar, adalah lelaki itu justru menyaksikan dengan mata terbuka lebar, tanpa mengernyit sedikit pun.

Laura menggeser pintu kamar mandi, berdiri tak jauh dari bath up tempat tuan muda itu sudah merendam tubuh. Grey mengamati pakaian Laura, pakaian yang telah dilupakan bersama rambut acak-acakkan.

“Kau tak mendengarku? Bukankah aku katakan harus melepas pakaian lebih dulu?” menatap Laura.

“Ah, i-iya. Maaf,” jawab perempuan yang langsung mengamti tubuhnya sendiri.

“Mandilah di sana, puaskan dirimu dan buat aku bernafsu!” perintah Grey, mengarahkan tatapan pada shower.

Laura menoleh pada arah sama, tapi dia tak memahami perintah. “Maksudnya?”

“Mainkan tubuhmu sendiri, kalau kau berhasil klimaks dan membuatku menginginkan tubuhmu, lima puluh juta akan kuberikan hari ini! Bukankah aku terlalu baik padamu?” kata lelaki itu, namun belum juga mampu dipahami oleh Laura.

“Remas dadamu, masukkan jarimu pada milikmu, buat tubuhmu merasakan klimaks seperti apa yang aku lakukan padamu kemarin! Kau masih tidak mengerti?! Apa kau sangat bodoh?!” tajam Grey.

Laura tersentak dengan penjelasan diberikan, bagaimana mungkin dia melakukan hal itu seorang diri, sangat memalukan. Namun, uang lima puluh juta kembali membayangi, bersama suara tangis ibunya mengisi telinga tentang kondisi sang ayah yang butuh segera diobati.

“Baiklah,” pasrah Laura.

Dia berjalan tanpa keinginan ke arah shower, Grey mengiringi dengan tatapan tertuju pada kaki serta lekukan tubuh terlihat menerawang dari pakaian tipis dikenakan. Perempuan itu mengalihkan langkah, lebih dulu ke wastafel untuk mencuci wajah dan membersihkan gigi.

Ah, dia jijik dengan tubuhnya yang terbuka. Sama seperti semalam yang tak ingin ditatap olehnya, apa lagi bekas-bekas tanda merah yang terus mengingatkannya pada kebuasan seorang Grey. Lelaki yang entah di mana letak hatinya, hingga meninggalkan kesakitan luar biasa pada tubuh, benda sensitif juga hatinya.

Grey meneguk red wine, menyandarkan kepala pada ujung bath up. Terpejam sejenak kedua mata, hadir sosok yang kerap diinginkan untuk disentuh oleh tangannya. Siapa lagi jika bukan Nora, wanita yang masih membuatnya penasaran akan penolakan diberikan, serta kesetiaan yang selalu diagungkan.

“Cih! Tidak ada manusia setia di dunia ini, semua hanya karena harta! Cinta? Keparat untuk semua itu!” kata Grey.

Ya, dia tak mempercayai cinta, hubungan apa lagi kesetiaan. Semua tentang harta, yang lebih melimpah dan memancing untuk dimiliki. Tak berbeda dari ibunya, yang meninggalkan rumah hanya demi lelaki kaya raya, saat Grey masih berusia lima tahun dan ayahnya belum memiliki segudang harta seperti sekarang.

Bukan anak bodoh yang tak bisa mencerna keadaan, bukan manusia pelupa hingga mampu menghilangkan peristiwa hari itu dari ingatan. Grey mengingat dengan baik, Grey menanamkan kuat dalam ingatan dan menjadikan itu sebagai pola pikirnya memandang kehidupan, sehingga tak pernah mau untuk menjalin sebuah hubungan dengan nama jelas mengikat.

Gemercik air membuyarkan fantasi gila Grey, dia menatap lurus ke depan, di mana Laura sudah mengguyur tubuh. Namun, dia tak melepaskan lingerie menutupi tubuh, membiarkannya turun basah. Grey menggigit ujung kanan bibir bawah, tatkala gaun tidur seksi itu basah dan membentuk lekukan indah.

“Sial! Kenapa tubuhnya jauh lebih indah seperti itu?” gumam Grey, mengatakan apa yang tak pernah ingin diloloskan dari bibir merah alaminya.

Grey memiringkan kepala ke kanan, ingin ia menyaksikan tubuh bagian depan yang seolah betah disembunyikan, dan hanya dipertontonkan pada dinding saja. Desir hawa panas menyerang dari dalam tubuhnya, adik manisnya sudah mulai bereaksi, menatap keindahan terpampang nyata, seakan adik kesayangan yang siap muntah itu telah mengingat bagaimana rasa didapat kemarin.

“Oh, fuck! Bagaimana bisa dia membuatku bereaksi lebih cepat?!” umpatnya.

Jelas saja ia mengumpat, karena baru dengan bagian tubuh belakang sudah berhasil memancing hasrat. Padahal, sebelum ini selalu saja perempuan-perempuan lain bekerja keras, demi bisa memancing gairah bercintanya.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Virgin 2 Bab 2 Usir Dia!3 Bab 3 Sebatas Boneka 4 Bab 4 Ibu Tiri Seksi5 Bab 5 Perintah Gila!6 Bab 6 Like Father, Like Son 7 Bab 7 Haus Kasih Sayang8 Bab 8 Habisi Dia!9 Bab 9 Calon Istri 10 Bab 10 Informasi Rinci!11 Bab 11 Menjadi Gila Dalam Sehari12 Bab 12 Jangan Naik Ranjangku!13 Bab 13 Kau Mencintaiku 14 Bab 14 Beri Aku Ibu!15 Bab 15 Cara Memiliki Adik Bayi16 Bab 16 Perjanjian atau Penipuan 17 Bab 17 Tak Ingin Berbagi18 Bab 18 Luka Dari Laura Untuk Grey19 Bab 19 Kapan Akan Mengingat 20 Bab 20 Jangan Disini!21 Bab 21 Kau Hanya Milikku, Sampai Aku Bosan!22 Bab 22 Dibuang Saat Tak Dibutuhkan!23 Bab 23 Mengenalnya 24 Bab 24 Terpaksa Membohongi25 Bab 25 Campur Tangan Musuh Bebuyutan!26 Bab 26 Menjadi Simpanan !27 Bab 27 Di mana Noah !28 Bab 28 Dewa Maut29 Bab 29 Selamatkan Dia!30 Bab 30 Lawan Seimbang31 Bab 31 Rantai Saling Berhubungan32 Bab 32 Penjelasan Laura33 Bab 33 Kau Hanya Pemuas!34 Bab 34 Sapaan Tuan Muda35 Bab 35 Rahasia dan Alasan 36 Bab 36 Tolong Lepaskan Aku37 Bab 37 Sebuah Awal38 Bab 38 Tak Jauh Berbeda39 Bab 39 Rumah Kenangan40 Bab 40 Seperti Penggoda41 Bab 41 Foto Lama Mengundang Tanya42 Bab 42 Jangan Pernah Mengandung Anakku43 Bab 43 Peringatan William Pada Laura44 Bab 44 Tertembaknya Greyson45 Bab 45 Harus Selamat!46 Bab 46 Harus Mengatasi Laura.47 Bab 47 Kebohongan Atau Kebenaran 48 Bab 48 Terlalu Membenci Laura 49 Bab 49 Pergi Untuk Menikah50 Bab 50 Budak Ranjang51 Bab 51 Kebersamaan Hangat52 Bab 52 Kecurigaan 53 Bab 53 Alat Tes Kehamilan Siapa !54 Bab 54 Demi Kebaikan 55 Bab 55 Bersiap Kesepian56 Bab 56 Harus Apa 57 Bab 57 Penculikan Noah dan Laura 58 Bab 58 Bawa Mereka!59 Bab 59 Kisah Berulang60 Bab 60 Tetaplah Mencintaiku61 Bab 61 Greyson VS Noah62 Bab 62 Mungkinkah 63 Bab 63 Ingin Memahami Lebih64 Bab 64 Tak Memedulikan Lagi65 Bab 65 Akan Tinggal Bersama 66 Bab 66 Sikap Manja Bella67 Bab 67 Kematian Noah dan Laura68 Bab 68 Duka Mendalam69 Bab 69 Menjual Anak Demi Hidup Enak 70 Bab 70 Mendatanginya71 Bab 71 Jangan Akhiri 72 Bab 72 Merasa Tak Berguna 73 Bab 73 Dasar Gembel!74 Bab 74 Kedatangan Samuel 75 Bab 75 Melompat Kegirangan76 Bab 76 Adik Kakak Sama Saja77 Bab 77 Kelembutan Greyson78 Bab 78 Kebersamaan Terhangat79 Bab 79 Ingin Bersama atau Berpisah 80 Bab 80 Memori Menyakitkan81 Bab 81 Hanya Dia82 Bab 82 Tinggal Bersama dan Menjadi Keluarga83 Bab 83 Harus Malu atau Berterimakasih 84 Bab 84 Dilema85 Bab 85 Dua Setengah Tahun86 Bab 86 Ulah Samuel dan Noah87 Bab 87 Menikah 88 Bab 88 Sakit Tak Berdarah89 Bab 89 Dekapan Menenangkan90 Bab 90 Jati Diri Laura91 Bab 91 Ide Gila Samuel92 Bab 92 Alasan Pergi Meninggalkan93 Bab 93 I Love You94 Bab 94 Love is Crazy 95 Bab 95 Kehangatan Keluarga96 Bab 96 Tak Ada yang Bisa Menghalangi97 Bab 97 Dia Istriku98 Bab 98 Meminta Bukti Pernikahan99 Bab 99 Bukan Anak Kecil100 Bab 100 Wanita Cantik dari Masa Lalu