Beberapa waktu berlalu, luka Grey sudah dijahit dan dibalut. Namun, lelaki itu tak berhentinya menggerutu kesal, terlebih saat memperhatikan wajah kepuasan dari dua orang yang memang sengaja memberi kesakitan berlipat ganda.

"Lihatlah lenganku! Apa kalian bisa membalut luka atau tidak sebenarnya?! Ini sudah seperti mumi!" protes Grey menunjukkan lengan, itu diperban sampai jari-jari tangan.

"Diamlah, itu akan baik untukmu. Setidaknya kamu tidak akan menyentuh air selama itu dibalut." Nora berucap dengan santainya, sembari membereskan kapas bekas darah.

"Aku bisa mati kalau tidak menyentuh air! Mana ada orang yang tahan tidak mandi?!" sarkasnya.

"Kau memiliki calon istri minta saja dia yang memandikan. Apa susahnya?" sahut Damian, menoleh Nora padanya.

"Istri?!" mengerutkan alis terbentuk rapi.

"Oh gadis kecil yang ada di rumahnya." Anggukan diberikan Damian.

"Dia bukan calon istriku! Kau saja yang menikah dengannya!" malas Grey menanggapi.

"Hahaha, kalau saja aku bisa menikah, aku akan melakukannya! Kau sudah mengikatku dengan janji itu!" menoleh lelaki dengan gunting di tangan. Grey sungguh malas, dia hanya memberi lirikan mata.