Grey melirik Laura, tanpa ekspresi apa-apa, selain tumpukan balok es mengerumuni wajah serta tatapannya. Lelaki itu sudah ingin turun, namun Laura menarik tangannya cepat. "Jangan tinggalkan aku!" pintanya memelas. "Aku takut dimangsa mereka. Bisakah kamu berbohong pada mereka, dan mengatakan kalau tanganmu terluka sendiri?" wajah takut pun menghiasi wajah cantiknya.

"Kau pikir semua anak buahku orang bodoh? Mereka terlatih, dan bisa membedakan luka!" sahut Grey, mengibaskan tangan. "Urus saja diriku sendiri!" imbuhnya, kemudian turun.

Laura hendak menahan lagi, tapi lebih dulu lelaki berpakaian serba hitam itu menapakkan kaki di atas hamparan rerumputan. Dia berganti menatap Noah, melengkungkan bibir ke bawah. Bocah itu menghela napas panjang, lalu menjatuhkan tubuh pada bodyguard yang siap membantunya turun.

"Mereka memang pantas jadi anak dan ayah! Sama-sama kejam, dan tidak memiliki perasaan!" umpat Laura, menoleh dua pria di dalam.

"Ah … hehehe, tidak ada. Aku tidak mengatakan apa-apa," melambaikan kedua tangan dan bergegas turun, dari pada mendapat masalah.