CINTA SATU MALAM DENGAN CEO
Penulis:Author_kan
GenreRomantis
CINTA SATU MALAM DENGAN CEO
Seketika binar senang terlihat di wajah Athena.
Wanita itu mendongak menatap wajah pria yang tengah menatapnya tak percaya.
Arthur kembali duduk di tempatnya. Memanggil waiters dengan isyarat agar mendekat, lalu mulai memesan minuman untuk mereka berdua.
Sepeninggal waiters itu, Arthur kembali fokus menatap wajah wanita itu yang kini terlihat senang. Tapi anehnya, Arthur tak melihat binar senang seperti wanita lainnya.
Binar senang di wajah Athena terlihat begitu tulus di mata Arthur, seolah wanita itu benar-benar tak menginginkan hal lain darinya. Tidak seperti kebanyakan wanita yang selama ini ia temui.
"Sebelum itu, siapa namamu?" Tanya Arthur. Sesaat diam saat waiters meletakkan pesanan mereka di atas meja.
Sang waiters segera beranjak dari meja itu, melayani pengunjung lain.
"Athena Kimberly." Ucap Athena pelan.
Arthur menganggukkan kepalanya, melirik Athena yang terus menatapnya.
"A-ada apa?" Tanya Arthur, mendadak ia salah tingkah.
"Saya sangat berterima kasih. Terima kasih banyak," ucap Athena tulus.
"Tidak perlu berterima kasih. Perlu kamu ketahui, jika aku tidak akan bertanggung jawab untuk ke depannya. Kamu yang menginginkan hal itu, maka jangan melibatkan aku jika kamu mengandung." Tegas Arthur.
Athena diam. Ia mengerjap beberapa kali, mencoba mencerna maksud ucapan pria tampan itu. Hingga ia tersadar, kemudian terkekeh pelan.
Kening Arthur mengerut mendengar kekehan wanita di hadapannya. Apanya yang lucu? Pikir Arthur.
"Jadi Anda tadi tidak ingin melakukannya karena takut saya meminta pertanggung jawaban Anda?" Tebak Athena dengan senyum kecil di bibirnya.
Arthur hanya diam, raut wajahnya terlihat begitu serius menanggapi hal tersebut. Sedang Athena kembali terkekeh pelan, hingga sesaat Arthur terpesona akan senyum di bibir wanita itu.
"Saya tidak akan meminta pertanggung jawaban Anda. Saya berjanji." Athena mengangkat tangan kanannya hingga sejajar dengan wajahnya.
"Saya hanya ingin Anda menjadi penyumbang kecebong, setelah itu saya tidak akan menagih pertanggung jawaban Anda. Sungguh," ucap Athena bersungguh-sungguh.
Athena tak ingin hal lain, hanya itu saja. Dia bahkan tidak tahu siapa pria di hadapannya, yang ia tahu hanya bahwa pria itu adalah orang pertama yang melakukan hubungan intim dengannya.
Daripada mencari orang lain, bukankah lebih baik mengulangi pada orang yang sama? Pikir Athena.
Sedang Arthur terdiam di tempatnya. Ia masih tidak mengerti pikiran wanita di hadapannya itu. Aneh, sungguh aneh baginya.
"Aku pegang janjimu. Jika kamu mengingkarinya, aku akan menuntut."
Athena mengangguk tanpa ragu. Tiba-tiba ia tersadar akan sesuatu.
"Maaf, saya belum mengetahui nama Anda." Ucap Athena mengerjap polos.
"Arthur Harley." Jawab Arthur menatap reaksi Athena yang biasa saja. Tidak terkejut atau lainnya.
"Baik, saya akan mengingatnya. Kalau begitu, kapan kita akan melakukannya lagi?" Kini Athena sedikit memajukan posisinya hingga membuat Arthur refleks menjauhkan wajahnya karena terkejut.
Mata Athena terpejam saat telunjuk Arthur mendorong keningnya menjauh.
"Nanti malam."
Sesaat Athena diam. Berpikir sejenak, kemudian mengangguk mengerti. Meski hal itu tak terduga, tapi bukankah dilakukan lebih cepat lebih baik? Pikirnya.
"Karena sudah selesai, maka aku pamit pergi dulu. Aku ada urusan di rumah sakit," pamit Arthur bangkit dari duduknya. Berniat untuk keluar dari kafe.
Selembar uang 100 ribu diletakkan tepat di samping minuman Athena. Wanita itu menatap lekat uang tersebut.
"Aku kembalikan uangmu." Ucap Arthur dengan guratan kesal terlihat di wajahnya.
Selama seminggu ia membawa selembar uang itu di saku celananya. Meski setiap kali melihat uang tersebut ia akan kesal.
"Ah, apakah itu kurang?" Tanya Athena membuat Arthur tersadar dari lamunannya.
Pria itu menatap tak percaya pada Athena.
"Hari itu saya berniat membayar lebih, tapi uang saya habis untuk membayar minuman. Saya bisa menambahkan jika Anda mau. Sebutkan saja, saya membawa sedikit uang." Ucap Athena sambil memegang tas kecil berwarna brown miliknya.
Mulut Arthur terbuka. Tangannya yang ia letakkan di atas meja terlihat bergetar.
"Ha-ha-ha!" Arthur tertawa garing, membuat Athena mengerjap bingung.
"Apa kamu yakin bisa membayarku?" Tanya Arthur sedikit bercanda, meski tubuhnya tengah gemetar menahan kesal.
Mau sampai mana wanita ini menghancurkan harga dirinya? Pikir Arthur.
Dengan cepat Athena mengangguk. "Anda cukup mengatakannya, saya pasti akan berusaha untuk membayarnya."
Demi calon bayinya, apapun akan Athena lakukan meski harus menguras tabungan masa depannya.
"500 juta." Jawab Arthur setengah kesal.
Athena terdiam. Ia menunduk, lalu membuka tas kecilnya. Melihat uang di dalam sana, lalu terlihat menggigit bibir bawahnya.
"Uang saya di sini tidak cukup. Bagaimana jika nanti malam saya bawakan sesuai permintaan Anda?" Tanya Athena berharap. Sungguh, uang yang ia bawa saat ini tak sebanyak itu. Tapi, jika mengingat jumlah uang di rekeningnya. Sepertinya itu akan cukup.
Arthur terdiam. Tak bisa berkata-kata lagi.
Apa wanita itu sungguh ingin membayarnya?
Kekayaannya dan keluarganya tidak akan habis 7 turunan 8 tanjakan dan 17 belokan! Lalu, wanita ini benar-benar ingin membayarnya?!!
Heh! Apa bedanya dia dengan pria bayaran kalau begitu.
Seketika Arthur berjongkok di samping meja. Menutup wajahnya menahan malu yang menghampiri.
"Kenapa aku bertemu dengan wanita ini?" Gumam Arthur bertanya-tanya.
Harga dirinya seolah dipermainkan oleh wanita di hadapannya.
Athena hanya diam. Ia bertanya-tanya, kenapa pria itu tiba-tiba berjongkok.
Arthur menghela napas kasar. Ia tidak boleh bercanda dengan wanita itu. Tidak boleh! Bisa-bisa ia menjatuhkan harga dirinya sendiri.
"Tidak perlu. Aku bercanda tadi," ucap Arthur kembali berdiri dengan wajah pasrah.
Tiba-tiba, Arthur teringat sesuatu. Ia mengalihkan fokus, hingga menatap Athena yang kini menunduk dengan wajah berpikir.
"Bagaimana jika kamu melakukan hal ini untukku. Anggap sebagai bayaran atas kecebong limited edition yang akan aku berikan?" Arthur menaikkan sebelah alisnya dengan senyum tipis.
Seketika Athena mendongak mendengar hal itu. Sesaat ia diam, lalu kembali berpikir hingga keningnya terlihat mengerut.
"Hal apa itu?" Tanya Athena menatap lekat wajah Arthur yang kini tersenyum penuh arti.
***
Athena menatap punggung pria di hadapannya, lalu beralih menatap pintu ruang rawat VIP di rumah sakit tempat ia memeriksa tadi. Tepatnya lantai 3 rumah sakit itu yang entah ruangan siapa, Athena tidak tahu.
"Setelah sampai di dalam nanti, jangan berbicara terlalu formal padaku." Arthur mengingatkan, karena di kafe tadi wanita itu terus bersikap formal kepada dirinya.
Anda dan Saya.
Bukankah itu terlalu formal untuk mereka berdua? Padahal Athena bukanlah rekan bisnisnya. Pikir Arthur.
"Panggil aku kamu, jangan saya Anda. Itu tidak enak didengar di telinga, mengerti?"
Athena segera menganggukkan kepalanya mengerti. Tersentak saat merasakan genggaman pada tangannya.
Daun pintu terbuka lebar, menampakkan ruangan yang begitu luas.
Arthur menarik pelan Athena untuk masuk ke dalam ruangan itu. Senyum manis terlihat di bibirnya.
"Halo, Oma." Sapa Arthur lembut, mengalihkan pandangan tiga orang dalam ruangan tersebut hingga menatap ke arah mereka.
Dua orang wanita dalam ruangan itu terlihat tersenyum, hingga tatapan mereka terkunci pada sosok asing di samping Arthur.
Senyum mereka hilang, tergantikan dengan kerutan penuh tanya di kening mereka.
"Dia... Siapa Arthur?" Tanya Sang Oma, membuat Athena tersentak.
"Dia pacarku, Oma."
Seketika Athena menatap tak percaya pada Arthur, begitupun dengan tiga orang itu. Terlihat begitu terkejut mendengar pengakuan tersebut.