CINTA SATU MALAM DENGAN CEO
Penulis:Author_kan
GenreRomantis
CINTA SATU MALAM DENGAN CEO
"Hei, bisa kita bicara berdua?"
Kedua mata Arthur terbelalak sempurna. Mulutnya terbuka, menandakan jika dirinya sangat dikejutkan dengan kedatangan sosok di hadapannya itu.
Sosok yang membuat ia pusing 7 keliling. Mencari selama seminggu, tapi tak membuahkan hasil sama sekali. Yang ada, pekerjaannya menumpuk karena terus menunda dan fokus pada hal lain.
Kini, saat ia putus asa dan berniat untuk berhenti. Sosok yang menganggu tidurnya di malam hari muncul tanpa diduga tepat di depan matanya.
Sedang Karan menatap penuh tanya pada seorang wanita yang tiba-tiba menghalangi langkah mereka.
Tanpa diduga, Arthur menarik tangan Athena pergi dari tempat itu. Meninggalkan Karan yang menatap penuh tanya, dan sosok Lina yang baru saja tiba di dekat mereka.
Karan dan Lina bertukar pandang satu sama lain, lalu menatap kepergian dua orang yang entah akan ke mana.
"Lah, aku ditinggalin." Gumam Lina dengan napas memburu.
"Heh! Balikin teman gue!" Teriak Lina saat tersadar. Berniat berlari mengejar dua orang itu.
Namun, langkah Lina terhenti saat sebuah tangan tiba-tiba mencekal pergelangannya.
Lina menatap penuh tanya pada pria berkacamata itu. Cukup tampan, termasuk tipenya malahan.
Lina segera menggeleng, menghilangkan segala pemikiran anehnya. Ia harus segera mengejar Athena yang tiba-tiba ditarik oleh pria asing itu.
Tapi, tetap saja tak bisa. Cekalan di tangannya menahan langkahnya.
"Maaf, Nona. Apa kita bisa bicara berdua?" Tanya Karan sopan dengan senyum canggung di bibirnya.
Meski tak tahu apa yang terjadi, tetapi Karan yakin jika saat ini Bosnya tak ingin diganggu. Jadi dia akan menahan wanita yang satu ini.
Di sisi lain, Arthur terus menarik tangan Athena hingga menyeberang jalan. Mendekat pada kafe kecil di seberang sana.
Dan, Athena hanya diam akan hal itu. Terus mengikuti langkah kaki pria di hadapannya.
Mereka memasuki kafe. Mendekat pada meja kosong di sudut ruangan.
"Duduk."
Athena segera duduk mengikuti ucapan Arthur. Dan, pria itu ikut duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Athena.
"Kamu..."
"Mari melakukan hal itu lagi. Yang sebelumnya tak membuahkan hasil. Jadi, bisakah kita melakukannya sekali lagi?" Tanya Athena menyela ucapan pria di hadapannya.
Seketika Arthur terdiam. Tak percaya pada hal yang baru saja masuk ke indra pendengarannya.
Serius?
Wanita itu mengajaknya melakukan hubungan intim sekali lagi?!!
What the hell!!
Harga dirinya kini sungguh hancur tak tersisa.
Seminggu bukanlah waktu yang singkat bagi Arthur mencari wanita di hadapannya itu. Tapi apa yang dia dapatkan? Tidak ada.
Kepalanya pusing, tidurnya tidak tenang. Setiap malam membayangkan hal panas hingga mandi air dingin di tengah malam. Untungnya dia tidak sakit karena melakukan hal seperti itu hampir seminggu.
Dan sekarang, tiada angin tiada hujan. Wanita itu menawarinya untuk tidur bersama lagi?!!
Heh! Arthur tidak akan menolak. Hanya saja, hancur harga dirinya. Dia dicari hanya untuk hal itu, apakah tampangnya seperti pria bayaran?
Arthur memijit pelan pelipisnya yang terasa berdenyut. Helaan napas kasar terdengar berkali-kali Arthur keluarkan.
Sedang Athena menatap penuh tanya pada pria di hadapannya. Dia sangat berharap agar pria itu bersedia, jadi dia tidak perlu mencari pendonor kecebong lain, 'kan?
Tiba-tiba, Arthur mengangkat wajahnya yang tertunduk membuat Athena tersentak di tempat duduknya.
"Kamu serius mengatakan hal itu?" Tanya Arthur mencoba untuk tetap tenang, meski ia ingin berteriak keras.
Dengan segera Athena menganggukkan kepalanya.
Arthur manarik napas dalam. Memandang wajah Athena.
Satu kata yang cocok, cantik.
Pantas saja dia tergoda hingga berakhir berbagi ranjang panas dengan wanita di hadapannya itu.
Arthur menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kembali menatap lekat Athena yang terlihat menanti jawabannya.
"Apa hanya itu yang kamu inginkan?" Tanya Arthur penasaran.
Sesaat Athena diam. Keningnya mengerut bingung, tak mengerti arah pertanyaan pria itu.
Memangnya dia menginginkan apa? Athena mulai berpikir keras.
Hingga ia kembali mengangguk cepat setelah tak menemukan hal lain di kepala cantiknya.
Arthur memandang heran. Sungguh? Pikir Arthur.
Di dalam benak Arthur masih terekam jelas pergulatan mereka malam itu. Miliknya sungguh terpuaskan, sangat.
Dan hal yang paling membekas adalah suara isakan kecil sosok di bawahnya. Arthur sangat yakin, jika malam itu adalah pertama kalinya bagi wanita di hadapannya.
Tapi, bukannya minta pertanggung jawaban, justru wanita itu malah meminta lagi?
Tiba-tiba, Arthur tersenyum bangga. Kekuatannya dalam urusan ranjang memang membuat para wanita ketagihan.
Arthur terdiam. Keningnya mengerut dengan raut wajah berubah mendadak.
"Mari lakukan lagi. Yang sebelumnya tak membuahkan hasil."
Tubuh Arthur mematung mengingat ucapan Athena beberapa menit yang lalu.
"Tunggu, apa maksud kamu sebelumnya tentang 'tidak membuahkan hasil' itu?" Tanya Arthur ragu.
Athena tersadar, "aku tidak hamil. Jadi yang waktu itu gagal, karenanya kita harus melakukannya lagi."
Arthur tak dapat berkata-kata. Mulutnya kaku, hingga terbuka lebar dengan raut wajah tidak percaya.
Fuck!!
Apa wanita di hadapannya itu ingin mengandung anaknya, lalu meminta pertanggung jawaban?!
Tidak bisa dibiarkan! Pikir Arthur.
"Tidak. Aku tidak mau." Tolak Arthur telak.
Ia ingin memberi pelajaran pada wanita yang membuat harga dirinya hancur tak tersisa. Bukan malah berniat mencari masalah seperti ini.
Arthur belum siap berumah tangga. Dia masih ingin menyendiri, belum ingin terlibat dengan pusingnya kehidupan rumah tangga.
Dari pengalaman yang ia saksikan dari kehidupan rumah tangga sahabatnya, hal itu tidaklah baik.
Pasti akan ada perceraian, apalagi jika menikah karena insiden seperti itu.
Arthur menggeleng keras. Dia tidak dapat membayangkannya.
Sedang Athena seketika mematung. Air matanya seakan ingin jatuh membasahi pipinya. Lalu, ke mana ia harus mencari pendonor kecebong sekarang?
Arthur berniat bangkit, meninggalkan meja itu untuk segera melakukan hal yang menjadi tujuannya ke rumah sakit.
Namun, niatnya terhenti saat melihat ekspresi putus asa dari wanita itu.
Jantung Arthur seolah berhenti berdetak saat itu juga. Hatinya sakit melihat ekspresi itu, sesak rasanya.
"Ku mohon," lirih Athena. Tubuhnya gemetar menahan tangis.
"A-aku tidak tahu ke mana lagi aku harus mencari seseorang yang bersedia. Ki-kita cukup melakukannya sekali. Ji-jika gagal, a-aku tidak akan menganggu hidupmu." Ucap Athena, suaranya terdengar bergetar. Air mata berhasil lolos membasahi pipinya.
Arthur mematung tak percaya.
Beberapa pengunjung di dalam kafe itu mulai menatap tak percaya pada sepasang insan itu.
Sebagian mencibir Arthur yang telah membuat Athena menangis.
"H-hei, ja-jangan menangis." Arthur berusaha menenangkan wanita itu.
Tatapan marah mulai mengarah pada Arthur, membuat pria itu menoleh membalas tatapan tersebut hingga orang-orang itu mengalihkan pandangan mereka dengan masih mencibir.
"Baiklah, kita lakukan hal itu lagi." Ucap Arthur dengan napas memburu.