Pernikahan Sebatas Status
ngga merintih kesakitan. Ganendra terus be
ata Jingga yang meleleh. Ganendra bahk
elah dan lemah. Bahkan untuk mengangkat tangan saja dirinya tak sanggup. Gadis m
Dia baru terbangun saat mendengar dering ponse
i sebuah telepon genggam mahal tengah
dur dalam posisi tertelungkup. Hati-hati dia menyen
lepon," ucap
a itu, sehingga Jingga harus menepuknya lebih
mpan itu. Setengah terkejut, Ganendra terbangun. Refle
lama beberapa saat. Iris mata hitamnya beradu
?" desis
tadi. Se-sekarang suda
yang tergeletak di atas bantal. Dia lalu mera
t membaca nama kontak yang masuk. Dia
, Hil?" ujar Ganendra saat seseorang
i mengantarkanku belanja?" balas suara wanita y
wal bulan, aku tidak mau diganggu siapapun! Kalau mau belanja, belanja
lum mengakhiri telepon secara sepihak. Namun, Ganendra tak a
ku di samping Ganendra. Dia terus memperhatikan punggung lebar itu s
-lagi pandangan mereka menyatu. "Jangan pernah bertanya macam-mac
minggu ini, yaitu melayaniku." Ganendra menyeringai
aat menyadari bahwa Jingga tengah mena
"Aku sudah membuat keput
menyewa seorang gadis, dan menjanjikannya uang yang
seminggu penuh Jingga dikurung bak narapidana. Selama itu pula, Jingga menjadi b
etikpun. Untuk urusan perut, Ganendra memiliki pegawai khusus yang bertugas mengantarkan makanan sebanyak tiga
Ganendra mengangkat tas sel
engan baju yang saya pakai ini, Pak? Kapan saya
u tak terpakai. Masih banyak di
milik siapa. Akan tetapi, Jingga sadar diri denga
telah menumbuhkan perasaan aneh sekaligus istimewa dalam hat
ra, membuyarkan angan Jingga. "Oh, ya. Kamu tidak perlu memberi tip
yum. Ada banyak hal yang ingin dia ungkapkan pad
u di bawah," ucap Ganendra memeca
lakukan sesuatu yang menurutnya teramat berani. Jingga tiba-tiba me
rani menatap Ganendra. Dia langsung berbalik
ng jelas kini dia sibuk menghapus
asang wajah ceria. Dia tersenyum
, ya!" ucap An
ngga menautkan a
tips yang cukup besar buatku," jelas Anton antusias. "Kamu berhasil me
etitik harapan muncul di dalam hati. "Apa say
g benar-benar perawan. Dia tidak pernah memakai wanita yang sama leb
terdiam sejak keluar dari kompleks apartemen mewah
dan asri. Sambil memasang raut lesu, Jingga membuka pagar kayu setinggi pingga
Pak Anton,"
jawab Anton ramah dari balik kemudi. Pr
ik Anton sudah tak tampak dari pandangan. Di
bil menghela napas panjang. Motor tersebut adalah milik sang paman
a di ruang tamu. "Om, aku punya dua ratus juta! Apa om bisa
-gopoh keluar dari bagian dalam rumah. "Jingga?" desis pria ya
n ayah tidak disita," sahut Jingga kesal. "Apa om bisa mengh
tampak gugup dan salah t
ai tak sabar melih
hendak disita oleh pihak bank, tapi oleh seseorang yang pe