Pernikahan Sebatas Status
lihat sangat mewah baginya. Keringat dingin membasahi dahi da
ebelah Jingga. "Pak Ga
asrah ketika pria itu setengah menye
a, lima persennya untuk aku, ya. Kirim langsung ke rekening pri
aruan ketika tombol angka di atas pintu lift menyala
alam ruangan yang menurutnya sangatlah luas. Dia bagaikan b
on. Dia seakan memahami sorot takjub dan
pemili
jawab, sebuah pintu yang berada di
a itu bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana training.
jubnya kian bertambah tatkala menyadari bahw
lihat paras rupawan sang pemilik griya tawang. Seumur hidup,
Anton, membuyarkan angan Jingga. "
dra itu. Dia mengamati Jingga lekat-lekat, sambil mengusap dagu.
ah diperiksa oleh dokter Ella di kantor," sah
ingkat. "Kamu boleh pulang,
ya permisi dulu
galkan griya tawang. Praktis hanya ada diau," titah Ga
geleng sembari menge
a! Aku membeli kegadisanmu seharga seratus juta! Jangan sampai kamu memb
dia tak berpikir panjang atas keputusannya untuk menjua
anendra penuh penekanan. "Atau a
tidak jadi menjual diri! Lagipula
nku rupanya." Ganendra memicingk
wajahnya. Dengan begitu, Ganendra dapat menikmati paras itu dengan leluasa. Kulit kuning lang
ek dan murahan," ejek Ganendra. Tanpa aba-aba, dia
dra, sampai-sampai penutup d
ahan Jingga. Dia tak berhenti hingga tak ada se
tak beraturan. Dia terlalu bingung untuk menutupi
mua yang ada pada Jingga tampak begitu seg
angan sakiti sa
i lipat untuk menikmatimu sepuasnya." Pria tampan itu tersenyum samar sembari merai
saat mendengar nominal dua ratus juta
sangatlah jarang. Satu dibanding seribu," jawab Gan
ak sekali,"
." Ganendra menyeringai puas saat menan
dapat melunasi separuh tunggakan utang kepada pihak bank. Namun d
ataukah melarikan diri keluar dari tempat itu. "Lari?" gumam Jingga tanpa
membuat Jingga terkesiap. Dia sampai melupakan soso
nikmati segala fasilitas tempat in
lang Jingga t
akan menransfer semuanya ke rekeningmu." Ganendra semakin gemas melihat mimik wajah Jing
"Layani aku di kamar mandi. Aku tidak terbiasa bercinta dengan badan yang kotor," uja
langkah Ganendra. Telapak tangan pria itu terlihat be
uh lebih luas dari halaman belakang rumahnya. "Pijit pundakku," titah G
rlihatkan setiap inci tubuhnya pada Ganendra. Tangannya hati-hati me
lakuan Jingga. Dia tak tahan lagi. Ganendra tiba-tiba berbalik menghadap J
ng-kencangnya. Namun, Ganendra segera membun
hilangan hartanya yang paling berharga. Kesucian yang dia