icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Rahasia Anak CEO

Bab 5 Cinta Sejati

Jumlah Kata:1088    |    Dirilis Pada: 03/06/2023

Sebuah pesan singkat masuk, Anne yang tengah menyetel alarm di ponselnya mengerutkan kening saat membaca pesan dari Hendrik.

[Jangan tidur terlalu larut malam]

"Bukan urusanmu!" ucapnya.

Anne pun berbaring setelah mematikan lampu utama dan tidak butuh waktu lama dia kembali tertidur dengan lelap.

Sepanjang perjalanan, Hendrik menekan-nekan layar ponselnya berharap ada balasan pesan dari Anne, namun sayangnya pesan yang dia kirim sudah lama terbaca namun tak kunjung ada balasan.

Sejak hari itu, Anne tidak pernah mau membalas pesannya bahkan panggilannya pun tak diangkat mereka hanya berbincang di kantor dan itu pun sangat formal.

"Bagaimana kalau kamu jadi aku Keisar?" Tanya Hendrik tiba-tiba.

"Maaf, saya tidak mengerti dengan maksud anda, Tuan" jawab Keisar dengan jujur.

Hendrik mendesah pelan, ia lalu membuka ponselnya dan menatap fotonya dan Angela, foto yang diambil di hari pertama mereka kembali bertemu.

Hari itu sudah menunjukkan pukul 05.00 sore, Hendrik dan Anne memutuskan untuk pulang bersama, mereka juga sempat menghabiskan waktu intim berdua sebelum Ibunya menghubungi dan meminta dirinya untuk segera pulang ke kediaman orang tuanya.

Hendrik memang tinggal berpisah dengan orang tuanya sejak Dia diangkat menjadi CEO menggantikan jabatan sang ayah.

Haendrik pun segera pergi,b ini bukan sekali dua kali ibunya menghubunginya dan memintanya untuk pulang, sehingga Hendrik tidak berpikiran apa-apa, hingga akhirnya dia dikejutkan dengan kehadiran Angela bersama dengan kedua orang tuanya di kediaman Ayah dan Ibunya.

Hendrik Tentu saja sangat bahagia setelah bertahun-tahun tidak pernah melihat Angela ataupun mengetahui kabar wanita itu.

Awalnya Hendrik sempat marah dan mempertanyakan ke mana Angela selama ini pergi. Namun setelah dijelaskan bahwa Angela berobat ke rumah sakit karena dia menderita suatu penyakit, Hendrik tidak lagi mempermasalahkan hal itu.

Di malam itu juga kedua keluarga kaya Raya itu memutuskan untuk menjalin kembali hubungan kekeluargaan yang sempat terhambat sebelumnya.

Hendrik Tentu saja tidak menolak, dia masih sangat mencintai Angela terlepas dari hubungannya bersama dengan Anne yang sudah berjalan cukup lama, dia yakin dan berpikir Angela adalah cinta sejatinya.

"Cinta lamamu kembali setelah sekian lama, mana yang akhirnya akan kau pilih? Cinta yang lama atau cinta yang baru?"

Keisar terdiam sejenak, dia mencerna terlebih dahulu pertanyaan bosnya sebelum memberikan jawaban. "Kalau saya pribadi akan memilih cinta yang baru, Tuan"

"Kenapa seperti itu? Bukankah Cinta lama-mu adalah cinta sejatimu?"

Hendrik tidak terima dengan jawaban yang diberikan Keisar, karena menurutnya yang baru hanya sebagai pelarian dan tidak lebih.

"Belum tentu tuan, Cinta lama yang seperti apa dulu yang bisa dikatakan sebagai Cinta sejati? Cinta sejati tidak akan pernah pergi kecuali kita yang meninggalkannya sendiri"

Hendrik sejenak, dia mencerna kalimat demi kalimat yang berhasil menohoknya hingga ke ulu hati. "Kalau perginya karena sakit dan tidak ingin kita bersedih atas sakit yang kita alami? Bagaimana?" Tanyanya lagi

"Pastikan dulu apa itu benar adanya, dan bukan hanya sebuah alasan yang diadakan untuk menutupi sebuah kebohongan"

"Kenapa kamu sini seperti itu pada Angela? Bukankah kamu tahu aku dan Angela sudah berhubungan sangat lama!"

Rahang Hendrik tampak mengeras, sorot matanya mendadak tajam, dia tidak terima Keisar menuduh Angela berbohong.

"Saya tidak menuduh Nona Angela, Tuan bertanya kepada saya dan saya hanya memposisikan diri sebagai orang yang berada di situasi seperti itu, tidak ada maksud sedikitpun untuk menyinggung Nona Angela" jelas Keisar terus terang.

Hendrik mengusap wajahnya kasar, nafasnya terasa sesak menahan emosi yang tiba-tiba menyerang. Kaisar benar, dia memang hanya memposisikan dirinya bukan malah menuduh Lalu kenapa dia merasa tersinggung? Bukankah tersinggung artinya benar? Kenapa dia langsung menerima perjodohannya tanpa menyelidiki terlebih dahulu semua kebenarannya?

***

"Selamat pagi, cantik"

Anne mendongakkan kepalanya, sebuah buker bunga besar terulur padanya. Anne tidak bisa melihat wajahnya karena tertutupi buket bunga tersebut, dan hanya tangannya saja yang terlihat.

Dia memiringkan kepalanya, Anne lantas tersenyum saat melihat Arkano yang berada di belakang buket bunga cantik itu. Dia pun berdiri dan menyambut bunga baby breath kesukaannya, hmmh, dari mana Arkano bisa tahu dia sangat menyukai baby breath.

"Terima kasih, Tuan"

"Aku tidak terima ucapan terima kasih, tapi aku ingin kamu menemaniku sarapan, ini masih pagi, aku pikir Hendrik tidak akan marah kalau kita pergi ke cafe sekarang,"

Anne menatap jam di pergelangan tangannya, waktu masih menunjukkan pukul 07.00 masih 1 jam lagi sebelum jam kerja dimulai.

"Bagaimana?" Tanya Arkano.

Anne mengangguk, kebetulan dia juga belum sempat sarapan. Anne meletakkan bunga baby bread-nya ke atas meja lalu meraih tasnya dan pergi bersama Arkano.

***

Hendrik melangkah pasti keluar dari lift, hari ini dia tampak bersemangat sekali Tidak seperti biasanya. Tiba di divisi pemasaran, tetapannya langsung tertuju pada sebuah buket bunga besar di atas meja Anne.

Dia mendekat dan menyipitkan matanya saat melihat nama Arkano pada kartu ucapan kecil yang terselip diantara susunan bunga baby breath itu.

"Kemana Anne?" Tanya Hendrik kepada Melani yang baru saja datang.

"Maaf Tuan, saya baru saja datang"

Hendrik mengangguk, ia merogoh sakunya dan mencoba untuk menghubungi Anne. Handphone Anne berdering, Anne sudah menduganya, Hendrik pasti akan menghubunginya, namun ia tidak begitu peduli.

"Iya, Tuan"

"Dimana kamu?" Tanya Hendrik dingin.

Hendrik bergerak menuju ke ruangannya, dia masuk ke dalam dan menutup pintunya sedikit kasar, pagi-pagi dia sudah dibuat kesal.

"Saya sedang sarapan, Tuan"

"Dimana?"

"Di cafe seberang kantor"

"Kembali ke kantor, Ada hal penting yang harus kamu kerjakan!"

Belum sempat Anne menjawab, Hendrik sudah menutup teleponnya secara sepihak membuat seulas senyum terbit di bibir Anne.

"Apa dia marah?" Tanya Arkano sambil menyesap kopi hitamnya.

Anne menggeleng, "tidak, tuan Hendrik tidak marah, Tuan hanya bilang ada pekerjaan yang harus saya selesaikan"

Anne kembali melirik pada jam tangan yang ada di pergelangannya, waktu masih menunjukkan pukul delapan kurang.

"Apa dia selalu memaksamu bekerja sebelum waktunya?" Tanya Arkano penasaran.

Anne hanya tersenyum, ia meneguk tehnya lalu bangkit. "apa Tuan masih mau disini?

"Tidak, saya akan ikut dengan kamu"

Arkano ikut bangkit, ia lalu menuju ke kasir untuk membayar. Anne menunggunya sambil menatap tower perusahaan tempatnya bekerja, belum ada 2 tahun dia bekerja di sana dan sebentar lagi Dia harus meninggalkan perusahaan milik keluarga Hendrik.

"Pagi-pagi sudah melamun," bisikan lembut terdengar di telinga Anne membuatnya terkesiap.

Ia lalu membenarkan helaian rambutnya yang berantakan diterpa angin, suatu hari nanti dia pasti akan merindukan tempat ini.

**

"Anne, Tuan Hendrik memintamu untuk memeriksa laporan ini"

Anne yang baru saja datang sudah disambut oleh Melani, ia menyerahkan map pelaporan yang baru saja dia selesaikan kemarin.

Anne menelitinya sebelum mengambil dari tangan Melani. "Bukankah ini sudah ditandatangani Tuan Hendrik?"

"Iya, tapi Tuan bilang ada yang salah, aku sudah memeriksanya dan tidak menemukan ada yang salah"

Melani nampak bingung, ia sampai berulang kali mencocokannya dengan yang ada di komputernya, tidak ada satupun yang terlewat dan tidak ada yang keliru.

Anne menghela nafas dalam, jelas sekali Hendrik hanya mengada-ngada.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Kenyataan pahit2 Bab 2 Mempertahankan Janin3 Bab 3 Pindah Tempat4 Bab 4 Tidak menginginkan5 Bab 5 Cinta Sejati 6 Bab 6 Jauhi dia7 Bab 7 Sosok berbeda8 Bab 8 Makan Siang9 Bab 9 Merayakan Ultah Sendirian10 Bab 10 Lebih baik pergi11 Bab 11 Anne Pergi12 Bab 12 Rasanya Hampa13 Bab 13 Ketakutan Terbesar14 Bab 14 Terus Mencari15 Bab 15 Umurnya Berapa 16 Bab 16 Pergi 17 Bab 17 Saya mencintai18 Bab 18 Edit19 Bab 19 Bahagia di Pecat20 Bab 20 Hendrik X Jonas21 Bab 21 Dia Anak ku 22 Bab 22 Jonas Anak ku23 Bab 23 Ambil Anakmu24 Bab 24 Melepaskan Tahta25 Bab 25 Demi Anak ku26 Bab 26 Negosiasi!27 Bab 27 Hidup Hendrik Hancur28 Bab 28 Hancur Perlahan-lahan 29 Bab 29 Kenyataan yang Terbantahkan30 Bab 30 Berpelukan31 Bab 31 Dari Hati Ke Hati32 Bab 32 Makan Malam 33 Bab 33 Ada harga yang harus dibayar34 Bab 34 Anne Jatuh Cinta! 35 Bab 35 Gulung Tikar36 Bab 36 Panggil Papa37 Bab 37 Kian Memburuk38 Bab 38 Berdamai dengan Masa lalu39 Bab 39 Kekecewaan Vino40 Bab 40 Pergi Kalian!41 Bab 41 Apa dia Cucuku !42 Bab 42 Mama, Papa datang!43 Bab 43 Foto Bertiga44 Bab 44 Ulang Tahun Terbaik Jonas45 Bab 45 Proyek Besar46 Bab 46 Will You Marry Me47 Bab 47 Temani Aku48 Bab 48 Mengalah49 Bab 49 Anne Berasal Dari Keluarga Kaya50 Bab 50 Anne Pewaris Tunggal51 Bab 51 Buktikan52 Bab 52 Mendapatkan Kesempatan53 Bab 53 Sebuah Ultimatum54 Bab 54 Bukan Hanya Ucapan Saja55 Bab 55 Sebuah Perhatian56 Bab 56 Mogok Di Tempat Sepi57 Bab 57 Takut ditinggalkan58 Bab 58 Papa Cepat Sembuh59 Bab 59 Kembali Ke Rumah60 Bab 60 Semakin Intim61 Bab 61 Tidur Bertiga62 Bab 62 Terpaksa Tidur Bertiga63 Bab 63 Kehilangan Orang Tersayang64 Bab 64 Bisakah Kita Menikah Sekarang 65 Bab 65 Quality Time66 Bab 66 Izin Percepat Hari Pernikahan67 Bab 67 Mendapatkanmu Kembali68 Bab 68 Baru Menikah Sudah Berpisah69 Bab 69 Suami Istri Menebus Rasa Rindu70 Bab 70 Penyatuan Setelah Sah71 Bab 71 Wanita Bayaran Perusak Rumah Tangga72 Bab 72 Semua Warisan Untuk Anne73 Bab 73 Honeymoon Dadakan74 Bab 74 Rasa Mual Hendrik75 Bab 75 Lakukan Secepatnya76 Bab 76 Kehamilan Simpatik77 Bab 77 Dua Garis Biru78 Bab 78 Aku Akan Pelan79 Bab 79 Kecelakaan80 Bab 80 Dalang Kecelakaan81 Bab 81 Salah Cari Masalah82 Bab 82 Bayi Kembar83 Bab 83 Menunggu Persalinan84 Bab 84 Kelahiran Baby Twins85 Bab 85 Tangisan Kembar86 Bab 86 Namanya Siapa 87 Bab 87 Hh