/0/23058/coverorgin.jpg?v=4c0ec1f46fbfddc72bcf6894813f78e9&imageMogr2/format/webp)
Suasana di dalam rumah itu begitu berat. Rubi memasuki pintu dengan langkah lelah, mencoba melepaskan diri dari kepenatan hari kerja yang padat. Wajahnya tampak letih, namun matanya masih mencari sosok Candy, istrinya, yang seharusnya menyambut kedatangannya dengan hangat.
"Candy," panggil Rubi dengan suara lembut, mencari kehadiran sang istri. Namun, tidak ada jawaban. Ia melanjutkan langkahnya menuju ruang makan, harapannya semakin menipis ketika melihat bahwa meja makan kosong, tanpa tanda-tanda persiapan makan malam.
Tubuhnya merasa lapar dan lelah, dan satu-satunya hal yang ia inginkan adalah makan malam yang hangat dan istirahat yang layak. Namun, dengan hati yang semakin berat, ia menghela nafas dan berjalan menuju dapur, di mana Candy sedang sibuk dengan ponselnya.
"Candy, apa kamu sudah makan?" tanya Rubi dengan nada rendah, berusaha menahan rasa kekecewaan.
Candy mengangkat pandangannya sebentar, hanya memberikan pandangan singkat sebelum kembali terfokus pada layar ponselnya. "Aku sudah makan di luar tadi sore," jawabnya singkat.
Rasa kecewa semakin dalam dalam hati Rubi. Selama ini, ia berjuang keras untuk memberikan segala yang terbaik bagi Candy. Ia membangun karier dan bisnisnya dengan tekad yang kuat, berharap dapat memberikan istri yang bahagia dan terjamin. Namun, sekarang, saat ia merasa lapar dan letih, Candy sepertinya tak lagi mempedulikannya.
"Candy, aku juga lelah. Aku hanya ingin makan malam bersama," ujar Rubi dengan suara rendah, mencoba menyampaikan perasaannya tanpa harus mengeluarkan emosi.
Namun, reaksi Candy masih sama dinginnya. Ia mengangkat bahu dengan acuh tak acuh. "Maaf, Rubi. Aku punya rencana lain malam ini. Kamu tahu sendiri betapa sibuknya aku," kata Candy, seolah menempatkan kesibukannya di atas segalanya.
Rubi merasa seolah dihantam oleh gelombang kekecewaan. Ia merenung sejenak, mengingat semua usaha dan perhatian yang telah ia berikan kepada Candy. Namun, rasanya seperti segalanya tidak cukup.
"Apakah kamu mengerti betapa kerasnya aku bekerja untuk menjaga semuanya? Semua ini... ini juga untuk kita," ujar Rubi dengan nada penuh keputusasaan.
Candy mendongak sejenak, matanya menatap Rubi sebentar sebelum kembali tenggelam dalam layar ponselnya. "Aku tahu kamu berusaha, Rubi. Tapi kamu juga tahu betapa pentingnya pekerjaanku. Aku harus tetap fokus," sahutnya tanpa rasa bersalah.
Rasa sakit dan kekecewaan begitu mendalam dalam hati Rubi. Ia merasa seperti usahanya diabaikan, dan bahwa kebahagiaannya tidak lagi menjadi prioritas bagi Candy. Di saat itu, Rubi merasa bahwa jarak antara mereka semakin melebar, dan bahwa pernikahan mereka yang didasari oleh kepentingan semakin terasa hampa.
Rubi, sosok pengusaha tampan berusia 30 tahun, memiliki karier cemerlang yang mengejutkan banyak orang. Pabrik-pabrik ponsel yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia menjadi bukti nyata keberhasilannya. Namun, di balik keberhasilan bisnis yang mengagumkan, tersembunyi kisah yang lebih rumit, sebuah kisah tentang pernikahan yang tak seharmonis penampilannya.
Pernikahan Rubi (30 tahun) dengan Candy (25 tahun) adalah hasil dari perjodohan yang diatur oleh kedua orang tua mereka. Dua keluarga yang terikat oleh persahabatan dan ambisi bersama, merencanakan persatuan ini tanpa menghiraukan perasaan mereka. Ketika Rubi dan Candy dipersatukan dalam ikatan suci tersebut, tidak ada cinta yang menyala di antara mereka. Ini adalah pernikahan yang muncul dari kepentingan dan ambisi orang tua, bukan dari panggilan hati dan kecintaan.
/0/17397/coverorgin.jpg?v=4d1dacb575f429e80ff50e482acbf1d2&imageMogr2/format/webp)
/0/16835/coverorgin.jpg?v=e4fb7f2d306934fd883fb8ff2f2e9fc3&imageMogr2/format/webp)
/0/16644/coverorgin.jpg?v=c00f599b8ec08b1b6ed69463abb68eb4&imageMogr2/format/webp)
/0/20147/coverorgin.jpg?v=094d6dee3fe128eb23ca338f58cea767&imageMogr2/format/webp)
/0/3092/coverorgin.jpg?v=6017a83f5795db14f6aeff4606c5d9c3&imageMogr2/format/webp)
/0/5309/coverorgin.jpg?v=318edda748a512baafbab30c446567be&imageMogr2/format/webp)
/0/4019/coverorgin.jpg?v=e1ef4fa87eee2dc58998acc3365705d4&imageMogr2/format/webp)
/0/3467/coverorgin.jpg?v=526864a4342f26f6a9b70352d999bf13&imageMogr2/format/webp)
/0/3822/coverorgin.jpg?v=5116589108a57a18ef2dd8e2017914b3&imageMogr2/format/webp)
/0/7429/coverorgin.jpg?v=84e91445dd5a8d6ad3350ad2d733146b&imageMogr2/format/webp)
/0/13816/coverorgin.jpg?v=dcd375df5c7eb6ce2b672d32a556e176&imageMogr2/format/webp)
/0/20601/coverorgin.jpg?v=c767a518547a1a5362b5171616e93730&imageMogr2/format/webp)
/0/20602/coverorgin.jpg?v=d75af516ce6fb953d1ae24f7069b49dd&imageMogr2/format/webp)
/0/21102/coverorgin.jpg?v=c55ab420031c6a689fe09783289427aa&imageMogr2/format/webp)
/0/29626/coverorgin.jpg?v=d8cac33ef2d543b9f1242d18eecb9f24&imageMogr2/format/webp)
/0/30174/coverorgin.jpg?v=3fce10af200491cc19356ae3f7a2b9fa&imageMogr2/format/webp)
/0/29976/coverorgin.jpg?v=d1d4433cdd5df3d4b63172c66fabef97&imageMogr2/format/webp)
/0/17756/coverorgin.jpg?v=67f8281776458874bdf9be3e50b257a5&imageMogr2/format/webp)