"Ah, masih lama. Dua jam lagi..." gumam Alina sambil melirik jam dinding. Dia lagi rebahan mendengarkan musik di tempat tidur. Tapi dia merasa kayak ada yang salah..
"ASTOGE! JAM DELAPAN YA INI! UDAH JAM SEGINI AJA!"
Alina langsung panik. Ini jam delapan yang berarti dua jam lagi dia harus sampai sekolah! Tanpa mikir panjang, dia langsung menyambar handuk dan lari ke kamar mandi.
Setelah mandi dan pakai baju dengan kilat, Alina berdiri di depan cermin. Dia mengambil liptint merah muda dan maskara tipis, biar kelihatan fresh tapi nggak menor. Ketika sudah puas dengan penampilannya, dia buru-buru mengunci pintu rumah dan cek peta di ponsel untuk lihat rute ke sekolah.
"Serius harus jalan sejauh ini? Duh, kenapa gak ada angkot lewat sih disekitar sini?" Dia menghela napas panjang. Sebenarnya satu kilometer bukan masalah. Tapi siang itu panas banget, matahari terik kayak mengajak duel. Bikin dia jadi mikir dua kali buat jalan.
"Dua puluh menit ke sekolah, nembus cuaca kayak oven... fix ini sih tantangan baru," batinnya sambil menyiapkan mental buat berangkat.
"Yaudah deh, gas aja," gumamnya sambil jalan cepat.
Alina menyusuri jalan sambil melihat maps, melihat tembok tinggi di depannya yang nggak biasa. Seperti bukan pagar sekolah kebanyakan, ini lebih mirip tembok rumah sultan. Alina langsung bengong sambil terus jalan.
Dia lihat atap biru tua gedung utama sekolah. Temboknya tinggi melingkari kompleks itu. Pagarnya juga lebih mirip pagar rumah orang tajir. Dari luar, sekolahnya tampak lebih mewah dari apa yang disebut di brosur. Horizon International Academy benar-benar besar, luasnya sampai 30 hektare. Nggak cuma buat kelas, lahan itu juga buat fasilitas lain yang super lengkap.
Alina akhirnya sampai di jalan menuju gerbang utama. Di depannya berdiri gerbang besi dengan tulisan huruf "HIA" di tengahnya. Di atasnya terdapat bendera biru dan merah bertuliskan, "SELAMAT DATANG SISWA DAN SISWI BARU."
"Ya ampun formal banget," pikirnya sambil masuk. Gerbangnya terbuka lebar, untung nggak ada satpam yang jaga. Mungkin karena ini adalah hari kedatangan murid baru.
Langkahnya otomatis melambat. Dia nggak mau terlihat mencolok. Soalnya, hampir semua murid lain pasti pada datang memakai mobil-mobil mewah. Sementara Alina? Jalan kaki, bro.
Belum sempat dia masuk gerbang, tiba-tiba...
CEKREK!
CEKREEEK!
Cahaya kamera mendadak menyorot ke wajahnya. Alina langsung melindungi matanya dengan tangan, kaget banget. Teriakan-teriakan mulai terdengar. Langkahnya terhenti. Wartawan mulai bermunculan dari segala arah.
"Alina, bagaimana perasaanmu sekarang?"
"Rasanya bisa diterima di sini bagaimana?"
"Benarkah kamu...?"
Pertanyaan bertubi-tubi itu bikin otaknya nge-blank. Sebelum dia sempat mengetahui apa yang terjadi, seseorang muncul entah dari mana. Seorang cowok tinggi, terganteng yang pernah Alina lihat. Dia pakai kacamata hitam dan topi. Cowok itu langsung masuk ke kerumunan dan berdiri di samping Alina.
Tanpa minta izin dulu, lengannya melingkar di pinggang Alina. Refleks, dia menarik Alina lebih dekat sambil menghalau kepadatan. Gesturnya tenang, kayak sudah sering banget mengahadapi wartawan kayak gini. Dengan suara rendah tapi tegas, dia berkata kepada orang-orang di sekitarnya,
"Hei... Kasih dia jalan dong," katanya, suaranya kalem tapi bikin semua orang di situ diam.
Alina hampir nggak sadar waktu cowok itu menuntun dia ke sebuah mobil mewah yang terparkir di dekat mereka. Sebelum sempat protes, Alina sudah duduk di kursi penumpang, sementara pria itu menutup pintu di sebelahnya.
Cowok itu pun masuk mobil, lalu menyentuh kedua pundak Alina sambil menatap kedua matanya.
"Lo oke kan?" tanyanya. Tatapannya dalam banget.
Alina berani bersumpah kalau saat itu jantungnya beneran kayak mau copot.
/0/22554/coverorgin.jpg?v=ce1ba7833d949dc863b9daf7d05b1a79&imageMogr2/format/webp)
/0/17461/coverorgin.jpg?v=fe90480b6093bb9bb2b784bd53f011bd&imageMogr2/format/webp)
/0/2453/coverorgin.jpg?v=96c7673aae26a3b99eca8d7df29c9aad&imageMogr2/format/webp)
/0/3258/coverorgin.jpg?v=5fb6465f89cc6c5a46aff9806f1bba29&imageMogr2/format/webp)
/0/2688/coverorgin.jpg?v=1ab12dca281f711783f15f8596fab2fb&imageMogr2/format/webp)
/0/10953/coverorgin.jpg?v=8c1751e51103295b6218822c17a13a9a&imageMogr2/format/webp)
/0/5360/coverorgin.jpg?v=62bd91f4a9813a16945cda2b0151a6ec&imageMogr2/format/webp)
/0/12069/coverorgin.jpg?v=16c2a531c32afeaf3ab6e9b782cf6e34&imageMogr2/format/webp)
/0/2358/coverorgin.jpg?v=c242b82b6f9f32309901cc45990dfb1e&imageMogr2/format/webp)
/0/28727/coverorgin.jpg?v=9be90b1b4ecaf6f4ebc0c2811c170f5f&imageMogr2/format/webp)
/0/3044/coverorgin.jpg?v=0a9554a3a8c988622a9d601b63531dd4&imageMogr2/format/webp)
/0/19375/coverorgin.jpg?v=bf25a176b00c418376355bc8252f0915&imageMogr2/format/webp)
/0/18405/coverorgin.jpg?v=eba93979e9cd1f3b9657cb9be96177fa&imageMogr2/format/webp)
/0/19430/coverorgin.jpg?v=3bb9ee9327cc3ca3fceda12011ae3123&imageMogr2/format/webp)
/0/5427/coverorgin.jpg?v=5c98c390153178972cc76f6842603e36&imageMogr2/format/webp)
/0/28740/coverorgin.jpg?v=40455ec149f7d27e2a2428973465f2bc&imageMogr2/format/webp)