HILDA PERAWAN TUA

HILDA PERAWAN TUA

Sical

5.0
Komentar
2.2K
Penayangan
28
Bab

Kecerdasan intelektual yang dimiliki Hilda telah mengantarkannya pada sebuah kesuksesan dan puncak karirnya. Namun semua yang diraihnya justeru berbanding terbalik dengan kisah percintaan yang selalu putus sebelum sempat bersatu. Miris, semua itu terjadi karena ulah Emaknya yang selalu mencampuri urusan pribadinya. Sikap materialistis yang dimiliki Emaknya membuat sang Emak sangat selektif dalam mencari jodoh anaknya. Tak disangka, sikap itulah yang menjerumuskan Hilda pada sebutan perawan tua. Berbagai macam konflik dalam hidupnya selalu datang silih berganti. Ternyata, bukan hanya tentang jodoh yang membuat Hilda semakin terpuruk. Perlakuan Emak yang pilih kasih terhadap dirinya dan adiknya pun telah membuat kehidupan Hilda nyaris hancur. "Adikmu mempunyai penyakit jantung bawaan dari lahir. Jantungnya bocor hingga mencapai satu cm." Kata Emak. Penyakit yang diderita adiknya itulah yang menjadi sebab Emak selalu mengutamakan adiknya tanpa mempedulikan perasaannya. Akankah Hida sanggup menghadapi sikap Emak yang merupakan sebab dari semua masalah dan sakit hatinya? Mampukah Hilda menemukan jodohnya di tengah badai konflik yang tiada habisnya? Ikuti terus kisah Hilda dalam judul HILDA PERAWAN TUA

Bab 1 PENYESALAN SEORANG IBU

Sekarang aku sudah tak berdaya. Duduk di kursi roda dengan tangan yang aku tumpangkan di kedua lututku. Jalan aku tak bisa, berdiri pun aku kesusahan karena badanku yang sudah bongkok.

Usiaku kini sudah menginjak di angka tujuh puluh tahun. Usia yang yang sudah rentan dengan berbagai penyakit. Sedangkan suamiku, ia sudah meninggal beberapa tahun lalu tepat setelah menyaksikan acara wisudanya Hilda anak sulung kami.

Seandainya aku ingin makan, maka akan kupanggil anakku Hida, ia akan berjalan gesit mengambil sebuah piring berisi nasi lembek. Dengan telaten, ia akan menyuapiku sesendok demi sesendok.

Hilda adalah anak sulungku. Ia berbeda sendiri dari kedua adiknya, Risa dan Angga. Kalau sekarang kedua adiknya itu sudah berumah tangga dan di karuniai buah hati, justru Hilda hanya hidup berdua saja denganku. Dengan seorang Ibu yang sudah renta, yang mandi saja harus di mandikan, buang air besar pun tak bisa sendiri, semua yang aku lakukan harus dengan bantuan anakku Hilda.

Saat ini, Hilda genap berusia empat puluh lima tahun. Usia yang sudah pantas mempunyai tiga atau empat anak. Namun itu tak terjadi, dan semua karena aku, Ibunya yang tak berguna ini.

Di antara ketiga anakku, Hildalah yang paling pintar. Saat ia masih duduk di bangku sekolah, ia selalu mendapat juara kelas dan sudah beberapa kali menjuarai olimpiade matematika tingkat propinsi. Rasa bangga ini menyeruak begitu saja dalam hatiku. Hildaku mendapatkan beasiswa sampai ia lulus S2 di salah satu universitas negri ternama di ibu kota. Dan kini, ia sekarang telah menjadi dosen, tentunya, di salah satu universitas yang paling berkelas.

Beberapa tahun lalu.

"Mak, usiaku sudah dua puluh enam tahun sekarang, mungkin saat ini aku sudah pantas untuk menikah," ujar Hilda pada suatu siang, di saat kami sedang menikmati makan siang bersama.

"Memangnya, siapa yang akan melamarmu?" tanyaku penasaran.

"Mas Arif, Mak, ia berasal dari Madiun," jawab Hilda.

"Apa pekerjaannya?"

"Ia seorang pegawai di tokonya Pak Hasan," jawab Hilda sambil menunduk, seperti sedang menghitung lantai rumah kami.

"Apa? Jadi kamu akan dilamar oleh seorang pegawai toko? Kamu mau mempermalukan Ibumu heh? Apa kata orang jika mereka tahu kalau seorang dosen pintar seperti kamu menikah dengan gembel?" Ketus Ku pedas.

Hilda menangis pilu disaksikan oleh kedua adiknya. Acara makan siang pun terasa hambar.

"Tapi ia orang baik, Mak."

"Terserah kamu! Di bilangin orangtua kok ngeyel, pokoknya Emak tak setuju kalau kamu menikah dengan Arif!" Tekan ku. Aku berdiri dan langsung berjalan menuju kamarku. Aku tak jadi melanjutkan makan siangku, sudah tak berselera lagi.

"Maunya Emak ini gimana, Mak? Waktu aku mau dilamar Mas Rido Emak nggak setuju juga." Hilda membuntutiku dari belakang, duduk di pinggir ranjang kamarku.

"Masa kamu nggak ngerti kemauan, Emak? Emak hanya ingin kamu menikah dengan orang terpandang dan berpendidikan tinggi, minimal ia punya gelar S2 dan satu kerjaan dengan kamu, bukan gembel kayak si Arif dan si Rido!" Aku mendengus kesal.

Mata Hilda berkaca-kaca, ia tak mampu menyembunyikan air matanya di hadapanku. Untuk kedua kalinya, ia putus dengan kekasihnya akibat tak mendapat restu dariku, dari Ibu yang tak berguna.

Di usia Hilda yang ke tiga puluh tahun, seorang laki-laki datang melamar ke rumahku. Kutanya pekerjaannya dan ia hanya seorang buruh di perusahaan industri rumahan. Sama saja, ia tak masuk pada kriteria lelaki yang boleh menikahi Hilda anakku.

Di usia Hilda yang ke tiga puluh lima tahun, Risa adiknya Hilda menikah dengan seorang lelaki yang berasal dari kalangan menengah ke bawah. Tapi tak mengapa, karena memang mereka sepadan, Risa hanya lulusan SMU dan sekarang bekerja menjadi tukang cuci piring di rumah makan. Bukannya aku tak mau menyekolahkan Risa sampai ke bangku kuliah, namun otak Risa tak sepintar kakaknya, jadi kupikir buat apa kuliah kalau hanya membenaniku dengan biaya perkuliahan.

Setelah Risa menikah, dua tahun kemudian si bungsu Angga menyusul. Sama seperti Risa, ia hanya tamat SMU dan sekarang ia menikah dengan seorang gadis yang berprofesi sebagai tukang jahit. Tak mengapa, toh mereka sepadan.

Hilda sudah dilangkahi oleh kedua adiknya, dan usianya sudah hampir empat puluh tahun. Ia semakin susah mendapatkan jodoh hingga pada akhirnya ia di jodohkan oleh seorang sahabat lamanya, ketika masih duduk di bangku SMP. Namun, aku terperanjat kaget, hampir saja jantungku lepas dari tempatnya ketika kutahu kalau pekerjaan lelaki itu hanyalah penjual es mambo keliling.

"Rita, kalau menjodohkan teman itu mbok yok yang pantes gitu, masa seorang dosen menikah dengan penjual es mambo?" Bentakku muak.

Untuk kesekian kalinya, Hilda gagal menikah karena tak di restui oleh aku, Ibunya. Padahal menurut Rita, Hilda dan lelaki itu sudah dekat dan sering bertemu hingga mereka merasa cocok satu sama lain.

Tok tok tok. Suara pintu diketuk orang beberapa kali, aku tersadar dari lamunanku. Hilda berlari untuk membukakan pintu. Risa datang bersama suami dan jagoan kecilnya, Dafa. Ia berjanji untuk datang menjengukku hari ini. Mereka kupersilahkan duduk di ruang tamu dan kusuruh Hilda membuatkan minuman dingin untuk mereka.

Sore hari, Risa dan suami serta anaknya berkumpul di teras rumahku sambil menikmati sepiring pisang goreng buatan Hilda. Mereka asyik bercanda, menyimak celutukkan Dafa yang menggemaskan. Namun tiba-tiba, Hilda berlari kedalam tanpa sepengetahuan Risa. Kulihat dengan jelas Hilda menangis di balik pintu ruang tamu. Aku tahu, ia sangat sakit melihat adiknya yang sudah mempunyai keluarga sendiri dan hidup bahagia. Sedangkan ia, di usianya yang ke empat puluh lima tahun, ia masih sendiri. Aku melengos, pura-pura tak melihatnya menangis, karena aku pun tak tega melihat ia tersiksa batin seperti ini.

***

Hilda berlari sambil mengusap air mata dengan punggung tangannya. Air mata itu terus menetes dari pipinya. Terburu ia masuk ke dapur dan meletakkan sekantung sayuran begitu saja di meja dapur. Ia baru saja membeli sayuran dari seorang tukang sayur keliling yang sedang dikerubuti Ibu-Ibu di depan rumahku.

"Kenapa kamu menangis, Hilda?" Tanyaku yang sedang duduk tak berdaya di atas kursi roda.

Hilda menoleh, tersenyum padaku sambil menggelengkan kepalanya.

"Nggak apa-apa, Mak, aku tidak menangis, mataku tadi kelilipan," ia menghadiahkan senyumnya untukku. Tentunya, senyum yang dipaksakan.

"Kamu jangan bohong, apa mereka mengata-ngatai kamu lagi hah?" Bentakku emosi. Hilda menangis tersedu, berjongkok dan menempatkan kepalanya di pangkuanku. Aku mengusap kepalanya perlahan.

"Mereka bilang, aku perawan tua, Mak, aku jomblo, aku tak akan laku lagi karena aku sudah tua. Tangisan Hilda semakin kencang, air matanya membasahi rok batik yang aku pakai.

"Maafkan Emak, Nak, ini semua gara-gara Emak."

Hilda menengadah, menatap wajahku lekat. Air mata itu, entah berapa kali ia kuras hingga membentuk butiran-butiran bening yang tak ada habisnya.

"Tidak, bukan gara-gara Emak, ini sudah takdirku," ia menunduk lesu.

Aku menyingkirkan Hilda yang sedang menangis di hadapanku, lalu kukayuh kursi roda ini dengan cepat menuju keluar rumah. Entah mengapa, tiba-tiba tenagaku menjadi kuat, bahkan dua kali lipat dari sebelumnya.

"Hai, Ibu-Ibu tukang gosip! Kudo'akan agar anak kalian menjadi perawan tua, dan tidak menikah seumur hidup!" Teriakku pada Ibu-Ibu yang sedang sibuk memilih sayuran sambil bergosip. Mereka menoleh, lalu menatapku sinis.

"Ibu, sudah, ayo kita masuk." Hilda mendorong kursi rodaku memasuki rumah.

Tolong maafkan Emak, Nak.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

My Doctor genius Wife

My Doctor genius Wife

Amoorra
4.8

Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku