/0/10504/coverorgin.jpg?v=70f46d2b7d1b54273dd655e97f0c6085&imageMogr2/format/webp)
Mikaela pov.
"Kau menggambar ini, Missā"
"Mikaela ā¦, you can call me, Kae!" jawabku, dan hatiku bergetar seiring mataku yang melebar saat wajahku mendongak menatap wajahnya.
Untuk sesaat sensor otakku error dan tak dapat bekerja sama sekali, aku hanya dapat merasakan beberapa saraf di dalam kepalaku mungkin berhenti dari fungsinya. Seketika lututku terasa ngilu dan menjadi lemas ketika dia tersenyum, bahkan tanganku gemetar hingga pensil yang tengah kupegang meluncur jatuh dengan sendirinya.
Masih tidak mengalihkan atensiku dari alpha yang tengah menatap diriku saat ini. Indah, tatapannya yang tajam dengan mata lebar, manik mata legam, bulu mata lentik, hidungnya yang mancung dan tajam, serta bibirnya yang sedikit tebal seperti plum. Tuhan, getaran kuat yang kurasakan seakan berkata bahwa dia adalah fated pair-ku.
"Kau menggambarnya?" dia kembali bertanya.
"Kha," aku mengiyakan dalam bahasa Thailand. Dia paham dan tersenyum mendengar aksenku. Dia bukan seorang Thai sepertiku karena kulit pucatnya yang mirip kapas, bersih. Rambut yang dia lilitkan pada sumpit makan yang terbuat dari kayu lalu dia tusukkan, dari aksennya aku tahu bahwa dia orang Korea.
Wajah cantik dan manly di saat yang sama, feromon yang dia simpan rapat namun samar tercium olehkuāaroma mint yang membawa perasaan tenang dalam hatiku ketika tanpa sengaja hidungku menangkapnya.
Dia kembali tersenyum, dan seketika pikiranku kosong, seakan ruangan sepi dan hanya ada kami berdua hingga membuatku memperdalam mengambil udaraādan akan kulakukan sama seperti itu untuk aroma yang kuhirup samar namun semakin kuat menguar pada detik berikutnya. Seorang alpha dominan, aku tahu bahkan tanpa dia mengatakan.
"Aku suka ketika kau menggoreskan pensilmu!" Dia berbicara sembari mengambil sebuah kursi kayu untuk duduk di dekatku. Aku tersadar dan mengedarkan pandanganku ke sekelilingādimana aku tidak sedang sendiri dengannya.
"Ah, I've been trying. Aku seorang pemula, Anda?" jawabku sembari menunduk untuk mengambil pensil di atas meja.
"You can call me, J.H! Guru pengganti, karena Miss Cloe absen untuk suatu hal. Jadi, aku menggantikannya beberapa waktu."
"Owh ... hari ini aku baru masuk, karena kemarin alergiku sedikit menggila. Maaf, Miss J.H, that I don't know about you!"
"Never mind, overall aku suka gambarmu bahkan jika itu masih dasar dalam melukis, tapi tiap guratan wajah yang kau goreskan begitu pasti dan memiliki emosi."
"Begitukah? Anda terlalu menyanjungku Missā"
"J.H ā¦, just call me J.H, Kae!"
"Kha, J.H."
Dan pembicaraan kami berhenti sampai di sana karena dia lebih tertarik menatap lekat bagaimana jari-jariku bergerak menggoreskan pensil di atas kertas gambar untuk sebuah sketsa. Saat ini aku sedang mencoba untuk menggambar wajah seorang wanita cantik. Sebuah gambar sembarang, mengisi waktu kosong ketika pelajaran belum dimulai.
Kurasa aku datang tiga puluh menit lebih awal karena Paman meminta dengan sedikit memaksa mengantarku menuju tempat ini, kebetulan dia juga ada pertemuan dengan klien di sebuah resto Chinese food yang terletak tak jauh dari sekolah lukis tempatku belajar. Meski itu artinya aku akan datang sedikit lebih awal, tetapi syukurlah ada beberapa siswa yang telah hadir. Jadi, aku tidak sendirian di sini.
Untuk waktu yang terbuang percuma biasa kugunakan untuk menggambar sebuah sketsa, karena hanya dengan menggoreskan pensil lah suasana hatiku membaik.
Aku adalah seorang omega resesif, putri semata wayang dari seorang pengusaha fashion yang cukup memiliki nama di Bangkok. Kedua orang tuaku adalah keturunan asli Thailand, ayahku seorang alpha dominan, ibuku adalah seorang omega cantik yang memilih meninggalkan posisi pewaris utama di keluarganya untuk menikah dan mengurus rumah tangga setelah mengetahui bahwa ada aku di dalam rahim beliau.
Ayah adalah seorang penyayangāyang kugambarkan sebagai alpha bertanggung jawab karena menjatuhkan dirinya di dalam keluarga.
Beliau selalu berkata bahwa meski seorang alpha dapat memiliki beberapa omega, tetapi beliau menjaga hatinya hanya untuk ibuku. Begitu pula dengan ibuku yang selalu menjadi kesayangan kami, tatapan pemujaan selalu tergambar jika itu menyangkut ayah.
Pernah aku dengan nakal menggoda ayahku dengan bertanya, tidakkah beliau memiliki keinginan untuk menggoda atau memainkan omega lain di belakang ibu?
Namun, dengan senyum teduh beliau berkata bahwa seorang alpha yang meninggalkan tanda pada omega-nya bukan berarti apa-apa karena tanda akan menghilang seiring berjalannya waktu, mungkin tersapu oleh hembusan angin. Sehingga dia dapat ditandai oleh alpha lain.
Tapi tidak untuk omega yang menandai alpha-nya, bahkan jika sang alpha berpikir untuk mencoba menyentuh selain omega-nya maka hal tersebut akan sia-sia. Jangankan berpikir untuk berhasrat, bahkan bergetar hatinya akan mustahil karena setiap dari alpha yang telah ditandai seorang omega tidak terpengaruh oleh feromon omega lain.
Jadi, tanpa beliau berkata pun aku telah memiliki asumsi dan menyimpulkan bahwa ibuku dengan semua rasa cinta dan pemujaannya telah menandai ayahku.
Namun begitu, bukankah hal tersebut tidak adil?
Aku pernah mengutarakannya pada beliau, tapi ayah malah mengusak rambutku sembari terkekeh dan berkata bahwa aku adalah seorang omega. Lalu bukankah seharusnya bersyukur atas ketidakadilan itu?
Seketika aku seperti kembali memijak bumi, aku bahkan lupa bahwa aku adalah seorang omega.
Dan aku bersyukur bahwa omega resesif sepertiku telah hadir di keluarga mereka yang menerima kekuranganku dengan berjuta kasih sayang.
Seperti semua tahu bahwa lemahnya feromonku menjadikan masa heat-ku terjadi secara acak dan tanpa jadwal hingga mengharuskanku memiliki pil suppressant setiap waktu. Selain itu, aku akan kesulitan memiliki bayi. Namun, orang tuaku selalu berkata bahwa ketika aku bertemu seorang alpha dominan fated pair-ku maka feromonnya lah yang akan memperbaiki kondisiku.
Omega selalu identik dengan lemah, alergi akan apapun, tidak tahan terhadap suhu rendah. Kami akan mudah sakit bahkan untuk musim dingin, serta ... memiliki toleransi rendah terhadap alkohol.
Sangat bertolak belakang dengan alpha apalagi jika mereka terlahir sebagai dominan. Segala hal unggul menempel pada diri dan namanya. Harta, kecerdasan, insting yang tajam, mereka juga bertubuh tegap dan kuat, kuat dalam hal apapun.
Aku bahkan tidak dapat mengingat kapan terakhir ayah sakit, karena tubuh beliau yang diberkati langit untuk selalu sehat. Wajah tampan, senyum teduhādan yang paling mengagumkan adalah bahkan jika beliau meminum berbotol-botol alkohol red label tidak akan membuatnya jatuh dari mabuk.
Kuat adalah kata yang melekat dan mengikuti pada diri seorang alpha dominan.
Sebuah ingatan yang kusimpan rapat di dalam memori otakku. Meski mereka telah tiada, tapi di setiap waktuku seakan mereka selalu menemani apapun yang kulakukan bersama paman.
"Apakah kau begitu suka menggambar?" Suara J.H kembali membangunkanku, memecah keheningan di antara kami.
"Hu'um, hatiku hanya akan merasa tenang saat fokus menarikan jari-jariku di atas kertas. Tidakkah Anda tahu bahwa aku seorang omega resesifāyang bahkan tidak akan memiliki kemampuan dalam bekerja melebihi alpha?" jawabku, lalu aku menunduk. Ada perasaan sedikit sakit ketika mengucapkannya.
Dia masih duduk menatapkuāyang bahkan aku tidak berani menghembuskan napas kasar. Hanya menekannya dan menghirup udara perlahan.
Lalu kurasakan telapak tangannya telah mengusap lembut rambutku, tanpa dia tahu bahkan saat ini aku telah kesusahan menelan saliva.
"Hem, aroma pear yang manis dan begitu manis. Aku tahu ā¦, tapi bukankah lebih menyenangkan berinteraksi dengan omega resesif karena feromonnya yang samar tercium, membuatku tidak begitu terganggu."
Mataku segera kubawa untuk menyambut tatapan matanya yang teduh dan kulihat di dalamnya sebuah rasa kasihan.
"Anda mengasihaniku? Maka jangan!" jawabku lirih, mataku mengerjap perlahan.
"Tidak ā¦, dan tidak akan," jawabnya.
______
Pulang bersama.
Hari merayap menuju makan siang dan J.H telah menutup pelajaran. Hatiku merasa lega atas berakhirnya kelas. Bagaimana tidak, bahkan untuk waktu lima jam yang kulalui, kurasakan tatapan matanya sering terlempar padakuāyang setiap dari mereka membuatku menekan napas ketika tanpa sengaja menangkapnya.
Ketika pertama kali tatapan kita beradu dengan kebetulanāyang mana mata kita saling mengunci, maka saat itulah kurasa benang takdir telah mengikat kedua kelingking kita.
Apakah aku yang lebih dulu menarik perhatianmu, atau pesonamu yang pertama menggetarkan hatiku, untuk cinta tidak perlu logika memperhitungkannya.
Bukankah ini masih terlalu awal untuk menyimpulkan?
Ini bahkan baru lima jam sejak kami berbicara untuk perkenalan.
Namun, getaran di hatiku telah mulai terbiasa menyebut namanya dalam diam. J.H ... siapakah kau?
Ponselku bergetar, membangunkan aku dari tenggelam dalam angan-angan yang mungkin hanya aku saja di sini dengan rasa sepihak.
"Mikaela, paman akan menjemputmu sebentar lagi. Tunggulah!"
"Kha, Paman."
fyi.
Kha = iya dalam bahasa Thailand untuk wanita yang mengucapkannya.
Dia selalu memperlakukan aku seperti telur emas, melindungiku dengan sangat hanya karena aku omega resesif yang kapan saja bisa mengalami heat.
Sejak dokter memberi hasil tes bahwa aku omega dengan feromon lemah, sejak saat itu ayah dan ibu menarikku mundur dari sekolah formal, sebagai gantinya mereka memanggil guru privat untukku agar belajar di rumah setara dengan sekolah umum. Paman menjadi lebih protektif terhadapkuāmenjagaku layaknya anggota tubuh dengan berpikir jika kaki tertusuk duri maka mulut akan mengaduh, perut akan mulas menahan nyeri, kepala akan pusing serta ... matanya akan menangis. Namun begitu, tidak menjadikannya posesif akut karena dia tetap menjaga senyum dan nyamanku. Paman Third adalah ayah setelah ayah tuaku.
Setelah kepergian orang tuaku tahun itu, paman mendedikasikan dirinya untuk menjagaku. Tak jarang aku menangkap rasa perih di manik legamnya, kurasa dia tenggelam dalam penyesalan ketika tak ikut menemani orang tuaku pergi saat kecelakaan itu terjadi. Berkali-kali aku berusaha membangunkannya dari sesal tak berujung, tapi rumah yang menjadi sunyi, pembicaraan tak berarti denganku tidak banyak membantu. Dia asisten ayah yang ditarik mundur saat aku lahir dengan tandaātanda resesif. Ayah meminta paman menjadi bayanganku, dan seolah merasakan bahwa beliau tidak lama berada di sampingku.
Sebuah pemikiran yang kubicarakan dengan pengacara keluarga, mengingat kondisi perusahaan yang tidak stabil saat kepergian ayah. Tampuk kekuasaan yang seharusnya jatuh kepadaku, tetapi aku tidak mampu menanggung nasib ribuan karyawan. Untuk beberapa waktu samchon harus bolak-balik SeoulāBangkok untuk menghandle perusahaan. Tapi, rupanya beliau bukan seorang serakah dan gila kekuasaan, atau mungkin juga merasa bahwa waktunya pun tidak lama lagi.
Maka dengan pertimbangan bahwa mendiang ayah dan ibu mempersiapkan semua hal pada paman Third untuk menjadi pengganti beliau, maka kami sepakat bahwa perusahaan akan dijalankan oleh paman.
Sebuah rapat menyelesaikan rencana pengalihan kekuasaan untuk sementara, atau atas kondisi tertentu. Sebuah surat keputusan yang kubuat dengan kondisi tertentu. Bahwa paman Third dengan kemampuan dan kepercayaan yang diberikan ayah akan memegang tampuk kekuasaan atas M.H Company sampai di saat aku mampu dan mau mengambilnya kembali.
/0/14802/coverorgin.jpg?v=453359164ff3aaf6e50a088168bc22fa&imageMogr2/format/webp)
/0/14204/coverorgin.jpg?v=093bf1e17e86ae254be707cc7cf7cfe2&imageMogr2/format/webp)
/0/5389/coverorgin.jpg?v=3f1a2b7c62c06963606a529b41b5320f&imageMogr2/format/webp)
/0/9182/coverorgin.jpg?v=73bb459fa08496c04e862cfcd724ad7f&imageMogr2/format/webp)
/0/6697/coverorgin.jpg?v=b5a959976628ae9e80883432a1104dd2&imageMogr2/format/webp)
/0/6381/coverorgin.jpg?v=b9af55d001f81f3c1c7c3f28ac2d6416&imageMogr2/format/webp)
/0/5347/coverorgin.jpg?v=09d3676bba65dbd81421b0ff1e78a07c&imageMogr2/format/webp)
/0/17931/coverorgin.jpg?v=953cff99fb657fddd8015cc214584a6b&imageMogr2/format/webp)
/0/6947/coverorgin.jpg?v=b3f96f717c85327f329ec3cbdbaf42c6&imageMogr2/format/webp)
/0/9770/coverorgin.jpg?v=a54ddf10110982f3a0d24f4ef538b0f7&imageMogr2/format/webp)
/0/14207/coverorgin.jpg?v=608d0ff0c8d4f7ab3d207bd98698b68b&imageMogr2/format/webp)
/0/3035/coverorgin.jpg?v=6d1070aad6e09e80f2679fcf222f7f3c&imageMogr2/format/webp)
/0/5804/coverorgin.jpg?v=65d19d6cc8fd19ff0990ac7a6a74b941&imageMogr2/format/webp)
/0/5401/coverorgin.jpg?v=50b4a954c7dfcaff797e1e529c59f6ee&imageMogr2/format/webp)
/0/4606/coverorgin.jpg?v=fcdaa30493c1779385f6e6c74806c1e6&imageMogr2/format/webp)
/0/7906/coverorgin.jpg?v=28874de9c238edb62f821b18ea3b2d6c&imageMogr2/format/webp)
/0/14988/coverorgin.jpg?v=96649f24eccea481859106330c8752d3&imageMogr2/format/webp)
/0/16972/coverorgin.jpg?v=331c317641d46ab882e866da9fe8cf27&imageMogr2/format/webp)
/0/5117/coverorgin.jpg?v=8717512ac1a3ec757af2550a59ad2fb0&imageMogr2/format/webp)