Mr. G itu Bos-nya!

Mr. G itu Bos-nya!

Losi-ana

5.0
Komentar
215.9K
Penayangan
128
Bab

Saat Briana Jeany ingin memberikan keperawanannya sebagai hadiah ulang tahun dan anniversary pada sang kekasih, ia justru dikejutkan dengan adegan perselingkuhan yang kekasihnya lakukan dengan temannya sendiri. Hingga akhirnya Briana melakukan hal gila karena kekecewaannya itu dengan menggoda seorang pria untuk tidur dengannya. Mr. G, sebutan untuk pria yang menghabiskan malam dengannya, ditinggalinya segepok uang sebagai bayaran karena mengira dia adalah lelaki panggilan. Namun siapa kira, pria itu ternyata bos barunya di tempatnya bekerja. Di sisi lain, pria yang memang kerap dipanggil Mr. G tersebut menyimpan dendam pada Briana karena telah menganggapnya sebagai lelaki murahan. Dan saat mengetahui wanita yang menginjak harga dirinya adalah bawahannya sendiri, keinginan memberi pelajaran pun semakin menjadi. Dapatkah Briana lolos dari kecaman Mr. G? Ketika kecaman yang Mr. G lakukan justru membuat benang tak kasat mata antara mereka terjalin. Namun di saat yang sama, Alex, kekasih Briana, hadir kembali dan menawarkan pernikahan yang dulu selalu Briana ingini.

Bab 1 Kejutan

Kue itu tak lagi berbentuk setelah jatuh dari tangan seorang wanita yang saat ini mematung menatap kekasihnya. Beberapa detik sebelumnya dengan mata kepalanya sendiri dirinya melihat kekasihnya, lelaki yang paling ia cintai, bercumbu mesra dengan temannya sendiri.

Derap langkah kaki terdengar diikuti suara yang terdengar sarat akan nada hinaan. "Wah, wah, wah .... Apa aku tak salah lihat? Sayang, lihat ini. Kekasihmu berniat memberimu kejutan dengan memakai lingerie yang harusnya kau berikan padaku," ucap wanita itu menoleh pada pria yang saat ini diam tak bergeming.

Briana Jeane, nama wanita yang saat ini masih terdiam bak patung, tak dapat mengalihkan pandangannya sedikitpun dari kekasihnya, Alex Rangga. Apa pria yang sangat dicintainya itu tengah membuat lelucon untuknya? Jika benar, ini sama sekali tidak lucu terlebih karena melibatkan Mila, temannya sejak bangku SMA.

Sebelumnya Briana sengaja mematikan lampu dan saat Alex pulang, ia akan memberinya kejutan yakni sebuah kue ulang tahun dan dirinya. Ya, dirinya. Karena Briana berniat memberikan kegadisannya pada Alex sebagai hadiah ulang tahun serta hadiah anniversary mereka yang pertama. Tapi dirinya justru dikejutkan dengan pemandangan di depan mata kala lampu menyala. Dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Alex bercumbu mesra dengan Mila. Kenapa? Kenapa harus Mila?

Perlahan Briana tertunduk dengan penglihatan tampak kabur kala air mata menggenang. Kue yang ia buat khusus dan spesial di hari spesial kini telah hancur sama hancurnya dengan perasaannya.

"Kenapa?" gumam Briana dengan suara bergetar.

Mila kembali berjalan menghampiri Alex, merangkul tangannya dan menyandarkan kepala di bahunya. Ia mendongak menatap pria tampan yang sedari tadi hanya diam. "Sayang, tidak adakah yang ingin kau katakan padanya? Sudah ketahuan, katakan saja kebenaranya," pintanya dengan manja.

"Ka–kami ...." Suara Alex kembali tertelan ke tenggorokan. Ia tahu hal ini pasti akan terjadi, tapi tak mengira tepat di hari ini. Dan apa itu? Briana memakai lingerie seksi yang seharusnya ia berikan pada Mila. Sayangnya, lingerie itu terasa lebih sempurna di tubuh Briana. Ini pertama kalinya ia melihat Briana yang berani. Mungkinkah Briana ingin memberinya kejutan istimewa? Mata Alex melebar, jika pikirannya benar, dirinya telah melakukan kesalahan besar.

Briana kian merunduk dengan tangan terkepal kuat di sisi tubuhnya. Kemudian ia melangkah dan tanpa sengaja menginjak kue cinta yang kini telah hancur sama seperti rasa cintanya untuk Alex. Sampai akhirnya langkah Briana terhenti tepat di depan Alex.

Alex berusaha melepas rangkulan Mila. "Bri, ini salah paham. Aku bisa menjelaskannya," kata Alex yang sontak membuat Mila marah.

"Alex! Apa maksudmu?!" bentak Mila tak terima dengan pernyataan yang lolos dari mulut Alex. Padahal mereka telah menjalin hubungan di belakang Briana selama tiga bulan.

Tangan Briana kian terkepal kuat bahkan gemeletuk giginya samar terdengar. Sampai akhirnya suara teriakan dan rintihan kesakitan menggema di dalam ruang tamu Alex beberapa detik setelahnya.

"Auugh!" Lengkingan teriakan panjang Alex terdengar dengan tangan memegangi aset berharganya di balik celana.

"Hei! Apa yang kau lakukan?!" teriak Mila pada Briana yang sebelumnya memberi hadiah tendangan tepat di tengah kedua paha Alex.

Duagh!

Lagi, Briana kembali menendang aset milik Alex membuat pria itu perlahan merosot dengan kedua lutut mencium lantai.

"Briana!" Mila berteriak kemudian berusaha menyerang Briana. Sayangnya sebelum tangan Mila berhasil mendarat keras di pipi, Briana lebih dulu menahannya.

"Lepaskan! Apa kau gila?!" maki Mila dengan berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Briana. Sayangnya Briana justru kian menguatakan cengkramannya kemudian menghepasnya kasar membuat Mila terhuyung dan jatuh di atas tubuh Alex.

Briana berbalik, mengambil satu kepalan tangan kue yang telah hancur kemudian menjejalkannya ke mulut Mila.

"Kau menyukai barang bekas, bukan? Dengan senang hati aku akan memberikannya. Dan ini adalah hadiah karena kau mau menampung barang bekas yang sudah tak berguna!" ucap Briana kemudian membuka lingerie yang dipakainya dan melemparnya ke wajah Mila. "Lingerie ini juga sangat cocok untukmu. Untuk wanita tak tahu malu yang tak pernah berhenti mengambil apapun milikku!"

Setelah mengatakan itu Briana berbalik dan melangkah ke kamar. Mengambil pakaiannya dan memakainya, ia pun bergegas pergi dari sana.

Alex berusaha bangkit berdiri sebelum Briana benar-benar pergi. Dengan tubuh gemetar merasakan sakit luar biasa di bawah sana, ia menahan tangan Briana saat berjalan melewatinya. Sementara Mila telah menghilang dari sana saat Briana mengambil pakaiannya. Wanita itu terdengar mengeluarkan isi perutnya di dalam kamar mandi.

"Bri! Tunggu, Bri. Aku mohon dengarkan penjelasanku dulu," pinta A;ex mengiba.

"Lepaskan," ucap Biana tanpa mengangkat kepala menatap Alex.

"Ta– tapi, Bri. Sungguh, kami tidak punya hubungan apapun! Mila yang terus mengejarku, Bri," jelas Alex meyakinkan. Digenggamnya kuat tangan Briana berharap percaya padanya.

Briana hanya diam dengan kekesalan yang kian memuncak. Hingga dengan gerak cepat, ditendangnya kembali aset Alex membuat genggaman tangan Alex terlepas.

Alex kembali tersungkur memegangi telurnya yang mungkin pecah. Ia seolah tak belajar dari kesalahan sebelumnya, terlupa jika Briana dapat menyerang titik lemahnya dengan cara sempurna.

Melihat Alex yang berada di ambang hidup dan mati, Briana segera melanjutkan langkah keluar dari rumah Alex. Ia tak peduli apa yang akan terjadi pada Alex atau Mila, dua orang itu memang pantas mendapat hukuman setimpal dengan apa yang dilakukannya di belakangnya.

Sesampainya di luar rumah, Briana terus melangkah dengan langkah kaki cepat sampai suatu keanehan pun terjadi. Tetes demi tetes air mata tiba-tiba muncul dan mengalir deras tiada henti. "Apa yang kau lakukan? Jangan menangis! Jangan menangis!" racaunya dengan tangan mengusap kasar air matanya. Sebelumnya ia berhasil menahan air matanya di depan Alex dan Mila, tapi sekarang dirinya tak bisa lagi. Juga tak bisa lagi menahan rasa kecewa dan sakit dikhianati orang yang paling ia cintai.

Setelah cukup jauh dari rumah Alex, langkah Briana terhenti. Menahan tangisnya, dirinya terlihat menghubungi seseorang lewat sambungan telepon.

Dan di sinilah Briana sekarang berada setelah sebelumnya menghubungi taksi untuk menjemputnya. Tepatnya di sebuah bar di pinggiran kota. Untuk saat ini yang ia butuhkan adalah obat. Dan obat itu adalah minuman yang dapat menghapus ingatan buruknya malam ini.

Briana menatap cairan bening kekuningan di dalam gelas kecil di hadapannya dengan tatapan mata kosong. Ingatan saat melihat Alex dan Mila bercumbu membuat ulu hatinya seolah ditusuk ribuan jarum. Bukan hanya itu saja, ia juga melihat tangan Alex yang bergerilnya di dalam baju Mila.

Glek!

Briana mengambil gelasnya dan menenggaknya dalam sekali teguk membuat rasa panas mengaliri tenggorokan. Meletakkan gelasnya dengan kasar, ia kembali meminta pada bartender mengisi gelasnya.

"Beri aku satu lagi!" teriak Briana dengan mengetuk gelasnya pada meja bar.

Bartender berambut klimis tersebut menatap Briana dengan pandangan tak terbaca. Sampai akhirnya seringai tipisnya pun merekah.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku