/0/29114/coverorgin.jpg?v=8ef50e2564eedbd7adab40a8459a0b58&imageMogr2/format/webp)
"Hari ini, kamu boleh pulang ke Jakarta," ucap Renata pemilik perusahaan tempat Sofia bekerja.
Sofia Storia, atau biasa dipanggil dengan nama Sofia. Bekerja di salah satu perusahaan distributor makanan ringan ternama di kota Jakarta. Ia menjabat sebagai admin di perusahaan tersebut.
"Baik bu," jawabnya dengan hati riang.
Mendengar itu, tentu saja ia merasa senang. Karena sudah tiga hari ini Sofia tidak bertemu dengan Alvian, suami yang sangat ia cintai. Karena kesibukanya yang harus mengurusi pekerjaan pembukaan toko cabang baru di kota Bandung.
Sofia berniat memberikan kejutan pada suaminya. Maka, dengan sengaja, ia tak memberi kabar pada Alvian jika ia akan kembali lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
"Bu, saya pamit yaa ...," ucap Sofia pada Renata yang tengah duduk di kusi kerjanya.
"Oke hati-hati ya, Sofia!" jawab perempuan berumur 40 tahun itu.
Dengan ditemani lagu-lagu favoritnya. Sofia, wanita yang sangat mandiri itu mengendarai mobilnya sembari bernyanyi riang.
Sesampainya di apartmen, Sofia kaget melihat ruangan yang selalu rapih dan bersih itu, kini terlihat sangat kotor dan berantakan. Beberapa bungkus snack tergeletak diatas karpet. Asbaknya dipenuhi dengan puntung rokok dan abu yang bertebaran disekitarnya. Juga, terlihat dua botol minuman yang tegak berdiri di atas meja ruang tv nya.
Sofia berjalan masuk, mendekati dua botol yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Dengan rasa penasaran, wanita gendut itu membuka tutup botol untuk mencari tau jenis minuman apa itu. Belum sempat Sofia mendekatkan hidungnya ke mulut botol, tiba-tiba saja tercium bau aroma yang cukup menyengat menusuk hidungnya.
"Hah. Siapa yang meminum minuman ini? Bukankah mas Alvian tidak pernah meminum alkohol?" monolognya sembari memegang dan memperhatikan botol yang bertuliskan Martel itu.
Ia juga memperhatikan puntung rokok yang berceceran diatas mejanya. Terlihat noda merah disekitaran pangkal batang rokok itu. Seperti lipstick? Tapi, lipstick siapa?
Belum habis rasa penasaranya. Tiba-tiba saja, terdengar suara samar Alvian berbincang bersama seorang wanita dari balik pintu apartmenya. Sebelum pintu sempat dibuka, Sofia bergerak cepat, masuk ke dalam kamar bersembunyi dibalik lemari pakaianya.
"Ahh, Sayang. Aku benar-benar ketagihan dengan permainanmu semalam." Suara bariton itu menggema memecah keheningan.
Jantungnya berdegup kencang, "Tidak! tidak mungkin Mas Alvian melakukan itu!" tepisnya.
Sofia memberanikan diri sekaligus menyiapkan mentalnya, mengintip dari balik celah lemari pakaianya. Sepasang pria dan wanita telah bergumul mesra diatas singgasana cintanya. Desahan jalang itu benar-benar memekakkan telinganya. Dimanik matanya, tergambar dengan jelas sosok suami yang selama ini terlihat setia, tengah menindih tubuh wanita ramping dan sexy, menghisap leher jenjangnya dengan rakus.
Sofia sangat terkejut melihatnya. Alih-alih dirinyalah yang akan memberikan kejutan kepulangannya pada sang suami, justru Sofia lah yang dikejutkan oleh perselingkuhan suaminya.
Tubuhnya membeku, nyawanya serasa lepas dari jasad karena terkejut melihat pertunjukan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya itu. Kini, Nafasnya terasa sesak, darahnya seolah mendidih. Tanpa ragu, wanita gendut itu menerobos keluar dari balik pintu lemarinya.
"Ya Tuhaaaan ... apa yang kamu lakukan, Mas." teriak Sofia dengan mata membola dan tarikan napas menggebu.
Mendengar suara yang menggelegar, Alvian menghentikan aksinya. Ia menarik tubuhnya dan berdiri di hadapan Sofia. Ia tercengang melihat istrinya yang tiba-tiba saja muncul didalam kamarnya.
PLAAAAKK!
Sebuah tamparan kuat mendarat dengan sempurna di wajah pria yang terlihat baik itu.
"Kurang ajar kamu, Mas! Teganya kamu mengkhianatiku!" sentak Sofia dengan wajah merah padam.
Pipinya terlihat memerah membentuk telapak tangan Sofia. Dengan wajah arogan, ia menahan tangan Sofia, ketika Sofia akan menampar pipinya untuk yang kedua kalinya.
"Diam kamu! Seharusnya kamu berkaca, mengapa saya melakukan semua ini?" sentak Alvian menahan tangan Sofia lalu menghempaskanya dengan kasar.
"Apa kurangnya aku, Mas?" tanya Sofia dengan nada bergetar. Air sudah menggenang di pelupuk matanya.
Melihat pertengkaran sengit antara suami istri itu, Clara, wanita yang berprofesi sebagai ladies karaoke tersenyum getir melihatnya.
"Apa? Kamu masih bertanya apa kekuranganmu? Kamu lihat saja dirimu yang gendut dan jelek itu. Bagaimana aku bisa bernafsu jika tubuhmu tak terawat seperti itu. Bertahun-tahun aku sabar menerima kamu, bukanya merubah mempercantik diri. Kamu malah semakin gendut dan membosankan!"
Bukanya meminta maaf dengan apa yang telah dilakukanya. Tanpa rasa bersalah, Alvian malah tega mencaci dan menghina tanpa memedulikan bagaimana perasaan wanita yang sudah menemaninya selama lima tahun itu.
/0/16427/coverorgin.jpg?v=20240306094629&imageMogr2/format/webp)
/0/27636/coverorgin.jpg?v=20251110165724&imageMogr2/format/webp)
/0/13191/coverorgin.jpg?v=e704587927df107bbc544a47921dac46&imageMogr2/format/webp)
/0/8979/coverorgin.jpg?v=20250122182439&imageMogr2/format/webp)
/0/13336/coverorgin.jpg?v=20250123145046&imageMogr2/format/webp)
/0/16637/coverorgin.jpg?v=20240331130014&imageMogr2/format/webp)
/0/17105/coverorgin.jpg?v=20240419163653&imageMogr2/format/webp)
/0/21448/coverorgin.jpg?v=20250109180901&imageMogr2/format/webp)
/0/21475/coverorgin.jpg?v=20250219192230&imageMogr2/format/webp)
/0/12198/coverorgin.jpg?v=20250122183116&imageMogr2/format/webp)
/0/17261/coverorgin.jpg?v=20240328170542&imageMogr2/format/webp)
/0/6843/coverorgin.jpg?v=20250122151618&imageMogr2/format/webp)
/0/22465/coverorgin.jpg?v=20250213211033&imageMogr2/format/webp)
/0/15015/coverorgin.jpg?v=20250123120450&imageMogr2/format/webp)
/0/5953/coverorgin.jpg?v=20250121171918&imageMogr2/format/webp)
/0/23223/coverorgin.jpg?v=20250616185318&imageMogr2/format/webp)
/0/13947/coverorgin.jpg?v=20250123145704&imageMogr2/format/webp)
/0/12530/coverorgin.jpg?v=20250427075446&imageMogr2/format/webp)
/0/16861/coverorgin.jpg?v=20240331190030&imageMogr2/format/webp)