"Bagaimana mungkin seorang dokter spesialis kesuburan justru mandul?!" Felicia Hera adalah seorang dokter yang sudah berhenti bekerja semenjak menikah dan fokus mengabdi kepada suaminya. Namun, Felicia tidak kunjung dapat memberikan anak hingga suaminya berselingkuh dengan wanita lain. Dia bahkan menceraikan Felicia. Pada saat yang sama, Felicia kembali meniti karir kedokterannya dan pasien pertamanya justru mengajak Felicia untuk berhubungan demi membuktikan kesuburan Felicia. Hingga tepat setelah melakukannya, Felicia menghilang. Lima tahun kemudian, Felicia kembali ke tanah air membawa seorang anak perempuan yang cantik jelita. Hingga masalah datang saat ternyata direktur di rumah sakit barunya adalah ayah dari anaknya! Bagaimana Felicia menyembunyikan identitasnya? Tahukah dia, bahwa pria dingin itu telah memburu Felicia selama lima tahun terakhir?
"Sayang, ayo kita lanjutkan sebentar lagi," ujar Audrey dengan lirih seraya menggerakkan tubuh polosnya yang hanya tertutupi jas putih itu.
"Sebentar lagi akan ada pergantian shift. Orang-orang akan melihat kita," jawab Robby dengan setengah berbisik, kemudian mencumbu leher Audrey sekali lagi.
Keduanya tengah berjebak di sebuah ruangan sempit yang lama tidak terpakai. Robby, pria itu, masih mengenakan pakaian, hanya celananya yang sedikit ia turunkan, berbeda dengan Audrey yang nyaris membiarkan tubuh polosnya terekspos. Hanya ada jas putih yang menutupinya.
Mereka melakukan itu di sela-sela kesibukan rumah sakit.
"Tapi, aku masih ingin dijajah olehmu," ujar Audrey, kemudian menggelantung pada leher pria itu dengan manja.
Cup.
Robby melabuhkan satu kecupan pada kening wanita itu. "Kan, kita sudah memesan satu kamar hotel untuk besok. Aku harus segera pulang," bujuknya dengan lembut.
Robby memang sangat menjaga perasaan gadis itu. Ia tidak mau membiarkan Audrey merasa kecewa ataupun sedih.
"Dan menemui istri mandulmu itu?" Audrey mencebik dengan tidak senang. Ia langsung menjatuhkan tubuhnya dari pria itu.
Dengan cepat, Robby menahan tangan Audrey dan menarik Audrey mendekatinya.
"Jangan salah paham," tuturnya, "Walaupun dia adalah istriku dan kami sudah menikah, tapi seluruh cinta dan perhatianku hanya untukmu. Buktinya, aku menghabiskan seluruh waktu liburku bersamamu," bujuk Robby dengan buaian tutur kata manisnya.
Pada akhirnya, Audrey menurut juga. Dia melabuhkan satu kecupan di pipi Robby sembari diam-diam, menaruh lipsticknya di saku jas pria itu.
"Sampai bertemu besok," bisiknya.
***
"Apa yang kau buat itu?"
Pergerakkan Felicia terhenti saat tiba-tiba mertuanya datang. Gadis itu hanya tersenyum getir. Ini sudah kesekian kalinya wanita itu datang tanpa pemberitahuan apa pun.
"Aku membuat jus untuk Mas Robby," jawab Feli, "Dia bekerja lembur lagi hari ini. Jadi, pasti kelelahan. Jus ini bisa membuat tubuhnya terasa lebih fit," tutur gadis itu seraya meramu buah-buahan di depannya.
"Rajin sekali kamu membuat jus semacam itu. Robby tidak butuh jus apa pun. Justru kamu yang butuh jus agar subur dan segera memiliki anak," komentar Maura.
Selalu seperti ini.
Tidak hanya datang tanpa pemberitahuan, mertuanya itu pun akan mulai mengomentari apa pun yang Felicia lakukan. Feli selalu salah di mata Maura.
"Sudah hampir lima tahun kalian menikah, tapi kamu belum memberi satu cucu pun kepadaku. Katanya, seorang dokter yang ahli di bidang kesuburan, bahkan untuk punya anak sendiri saja kamu kesusahan!" Maura terus berkata-kata.
Ia seperti tidak memiliki filter apa pun. Semua kata-kata lolos dari bibirnya, tidak peduli apakah itu akan menyakiti perasaan Felicia.
Pada saat seperti ini, Felicia hanya tersenyum getir. "Kami juga sedang berusaha, Bu," jawabnya lembut, "Feli dan Mas Robby sedang mencoba program hamil."
"Program hamil program hamil, program terus! Program apa lagi yang kalian ikuti hari ini? Seharusnya, kamu lebih berusaha! Tidak ada yang salah dengan Robby. Kamu saja yang tidak subur," ujar Maura dengan enteng.
Pegangan Felicia pada pisaunya mengencang, berusaha meredam emosi dan rasa sakit hati yang diterima. Namun, gadis itu hanya bisa terdiam dan berusaha menghibur diri dengan tersenyum.
Ting
Suara pintu apartemen terbuka itu seketika membuat wajah Felicia kembali berseri. Dengan cepat, dia mengalihkan diri dari mertuanya dan menghampiri sang suami.
"Hari ini lembur lagi?" tanya Felicia seraya mengambil alih tas suaminya.
Robby mengangguk dan langsung merebahkan diri pada sofa di ruang tamu apartemen itu.
"Aku sudah membuatkan jus untukmu. Kamu akan merasa segar lagi setelah meminumnya," ujar Felicia seraya mengantarkan jus itu kepada suaminya.
Namun, pria itu tidak terlihat tertarik. Dia bahkan tidak membuka matanya. Hanya mengangguk samar.
"Taruh saja di sana," ucapnya.
Felicia melakukan sesuai yang diperintahkan meski merasa sedikit kecewa.
"Tampaknya kamu sangat kelelahan karena sering bekerja lembur belakangan ini," ujarnya, "Apakah rumah sakitmu kekurangan dokter hingga membuatmu terus lembur?" Dia bertanya.
Felicia juga pernah menjadi dokter sebelum ia menikah. Dia adalah seorang dokter spesialis yang menangani pasangan yang berusaha memiliki anak. Namun, setelah menikah dengan Robby, dia berhenti dan fokus mengabdikan diri kepada suaminya. Semua itu dia lakukan agar menjadi istri yang baik.
"Dulu dan sekarang beda," Robby menjawab, "Sekarang, dokter harus sering lembur karena banyak pasien. Berbeda dengan zaman saat kamu masih bekerja dulu." Dia menjelaskan dengan nada setengah hati.
"Ah, begitu," jawab Felicia dengan rendah diri, "Tapi, besok kamu libur, kan, Mas? Salah satu temanku mengajak kita untuk berlibur bersama--"
"Tidak." Robby menjawab dengan cepat. "Besok Mas juga harus masuk."
Felicia berkedip dua kali. Aneh. Sudah hampir tiga minggu Robby tidak mendapat libur sama sekali. Bahkan, pria itu hampir setiap hari bekerja lembur.
Apakah memang aturan rumah sakit menjadi seketat ini?
"Ba--baiklah. Kalau begitu, kita bisa pergi lain kali," jawab Felicia, menurut.
Dia menoleh ke sekitar untuk memastikan mertuanya tidak memperhatikan mereka dan beringsut mendekati Robby.
Namun, pada saat yang sama, Robby pun bergerak menjauh seakan tidak ingin didekati Felicia.
"Mas...." Feli memanggil. Dia tampak ragu untuk melanjutkan kalimatnya. "Aku sudah memikirkannya. Bagaimana jika aku... kembali bekerja menjadi seorang dokter?" tanyanya.
Kedua mata Robby langsung membelalak terbuka. Dia menoleh ke arah sang istri dan mengernyitkan alis dengan tidak setuju.
"Apa katamu?" tanyanya.
Felicia tampak gugup dengan pertanyaan itu, tetapi dia bersikeras melanjutkan. "Lima tahun yang lalu, aku berhenti menjadi dokter dan fokus menjadi istrimu. Sekarang, aku merindukan kesibukanku dan ingin kembali menjadi dokter. Lagi pula, mumpung kita belum memiliki anak. Pasti masih ada kesempatan bagiku," tutur Felicia dengan serius.
Sesaat, Robby tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya memandang ke arah sang istri, kemudian tergelak. Dia tertawa terbahak-bahak seolah baru saja mendengar hal yang lucu.
"Apakah kau bercanda?" kekehnya, "Ingin kembali bekerja? Jangan bermimpi," ucap Robby.
"Dunia kedokteran sekarang sangat berbeda dengan yang dulu. Lihat, aku saja sampai tidak memiliki hari libur selama tiga minggu. Kamu tidak akan kuat. Lagi pula, mana ada rumah sakit yang mau menerima dokter yang sudah tidak bekerja selama lima tahun? Jangan bermimpi. Daripada berkhayal, lebih baik kamu mencari cara agar kita bisa segera memberikan cucu untuk ibuku. Apakah kamu mengerti?" tanya Robby.
Tatapan dan seringainya terlihat merendahkan, dan hati Felicia berdenyut nyeri mendengarnya.
Namun, meski demikian, wanita itu hanya tersenyum sabar.
"Benar juga," katanya, "Sepertinya memang tidak bisa, ya," tuturnya dengan kecewa.
"Tentu saja tidak bisa!" Satu suara menginterupsi pembicaraan mereka. Felicia langsung merasa lemas saat menyadari mertuanya telah berada di dekat mereka. Tidak diragukan lagi, dia pasti mendengar semuanya.
"Apa katamu? Kembali bekerja? Jangan aneh-aneh! Fokus menjadi ibu rumah tangga saja kamu tidak bisa memiliki anak, apalagi sambil bekerja?!" sergah Maura.
Tangan Felicia mulai bertautan dengan gugup di atas pahanya. Mertuanya itu tidak segan-segan mengejek Felicia di depan suaminya. Yang lebih menyakitkan, tidak sekali pun Robby berusaha membelanya.
Robby justru mengangguk. "Tidak akan bisa," ucapnya, kemudian beranjak berdiri. "Sudahlah, lebih baik aku mandi dan tidur," katanya sembari melenggang pergi.
"Jusmu--" Felicia berusaha mengingatkan, tetapi Robby sudah telanjur beranjak menuju kamar mandi.
"Minum saja untuk dirimu sendiri!" sahut Maura, kemudian melenggang pergi ke ruangan lain.
Hanya ada Felicia sendiri di ruang tengah apartemen itu. Selalu seperti ini. Sepanjang hari, Felicia hanya mengerjakan pekerjaan rumah. Setelah Robby pulang pun, pria itu langsung tertidur atau sibuk memainkan ponsel. Hidup Felicia terasa kosong.
Meski demikian, dia selalu menguatkan diri. Wanita itu berusaha mengukir senyum di wajahnya, kemudian mengambil jaket milik Robby.
Sudah hampir empat hari jaket itu belum dicuci. Dia harus mencucinya.
Begitu pikir Felicia sembari merogoh saku jaket tersebut, berjaga-jaga seandainya ada tisu ada barang di dalamnya. Alih-alih, dia menemukan sebuah kertas.
Reservasi hotel?
Felicia mengernyitkan alis. Dia membaca lebih lanjut.
Robby memesan satu kamar suite VIP untuk besok.
Deg
Bukankah Robby berkata besok dia harus lembur? Mengapa dia memesan sebuah kamar hotel?
Bab 1 Sebuah Permintaan
03/07/2023
Bab 2 Tertangkap Basah
04/07/2023
Bab 3 Tawaran Yang Nekat
04/07/2023
Bab 4 Pergi Jauh Darinya
06/07/2023
Bab 5 Tak Ada Jejak
10/07/2023
Bab 6 Deja Vu
10/07/2023
Bab 7 Informasi Mengejutkan
10/07/2023
Bab 8 Kok Mirip
13/07/2023
Bab 9 Akhirnya Bertemu
13/07/2023
Bab 10 Kenangan Malam Itu
13/07/2023
Bab 11 Melacak Jejakmu
24/07/2023
Bab 12 Aku Menemukannya!
24/07/2023
Bab 13 Ayah Untuk Jesselyn
24/07/2023
Bab 14 Tidak Bisa Berkelit
24/07/2023
Bab 15 Masa Lalu Felicia Terbongkar
24/07/2023
Bab 16 Aku Akan Menikahinya
24/07/2023
Bab 17 Mengembalikan Miliknya
24/07/2023
Bab 18 Papa Gavriel
26/07/2023
Bab 19 Hanya Untuk Hari Ini
26/07/2023
Bab 20 Mak Comblang
26/07/2023
Bab 21 Hari Pernikahan
27/07/2023
Bab 22 Pengorbanan Seorang Ayah
27/07/2023
Bab 23 Kebenaran Terkuak
03/08/2023
Bab 24 Jangan Pergi
04/08/2023
Bab 25 Merindukan Papanya
05/08/2023
Bab 26 Hati yang Tersakiti
06/08/2023
Bab 27 Martabat dan Tanggung Jawab
07/08/2023
Bab 28 Gavriel Mengamuk
08/08/2023
Bab 29 Menunggu Kabar Baik
09/08/2023
Bab 30 Menutup Rapat-Rapat
11/08/2023
Bab 31 Kegalauan Gavriel
12/08/2023
Bab 32 Gavriel Hilang Kendali
13/08/2023
Bab 33 Permintaan Yang Sama
14/08/2023
Bab 34 Kebenaran Yang Terkuak
15/08/2023
Bab 35 Mengejar Pelaku
16/08/2023
Bab 36 Memulai Dari Awal
17/08/2023
Bab 37 Hukuman Untuk Dokter Cia
17/08/2023
Bab 38 Wanita Berkelas VS Wanita Licik
17/08/2023
Bab 39 Sandiwara Luar Biasa
17/08/2023
Bab 40 Sexual Tension
19/08/2023
Buku lain oleh This Is Stralin
Selebihnya