Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
DICERAI SUAMI, DIPINANG CEO

DICERAI SUAMI, DIPINANG CEO

This Is Stralin

5.0
Komentar
138.4K
Penayangan
131
Bab

"Bagaimana mungkin seorang dokter spesialis kesuburan justru mandul?!" Felicia Hera adalah seorang dokter yang sudah berhenti bekerja semenjak menikah dan fokus mengabdi kepada suaminya. Namun, Felicia tidak kunjung dapat memberikan anak hingga suaminya berselingkuh dengan wanita lain. Dia bahkan menceraikan Felicia. Pada saat yang sama, Felicia kembali meniti karir kedokterannya dan pasien pertamanya justru mengajak Felicia untuk berhubungan demi membuktikan kesuburan Felicia. Hingga tepat setelah melakukannya, Felicia menghilang. Lima tahun kemudian, Felicia kembali ke tanah air membawa seorang anak perempuan yang cantik jelita. Hingga masalah datang saat ternyata direktur di rumah sakit barunya adalah ayah dari anaknya! Bagaimana Felicia menyembunyikan identitasnya? Tahukah dia, bahwa pria dingin itu telah memburu Felicia selama lima tahun terakhir?

Bab 1 Sebuah Permintaan

"Sayang, ayo kita lanjutkan sebentar lagi," ujar Audrey dengan lirih seraya menggerakkan tubuh polosnya yang hanya tertutupi jas putih itu.

"Sebentar lagi akan ada pergantian shift. Orang-orang akan melihat kita," jawab Robby dengan setengah berbisik, kemudian mencumbu leher Audrey sekali lagi.

Keduanya tengah berjebak di sebuah ruangan sempit yang lama tidak terpakai. Robby, pria itu, masih mengenakan pakaian, hanya celananya yang sedikit ia turunkan, berbeda dengan Audrey yang nyaris membiarkan tubuh polosnya terekspos. Hanya ada jas putih yang menutupinya.

Mereka melakukan itu di sela-sela kesibukan rumah sakit.

"Tapi, aku masih ingin dijajah olehmu," ujar Audrey, kemudian menggelantung pada leher pria itu dengan manja.

Cup.

Robby melabuhkan satu kecupan pada kening wanita itu. "Kan, kita sudah memesan satu kamar hotel untuk besok. Aku harus segera pulang," bujuknya dengan lembut.

Robby memang sangat menjaga perasaan gadis itu. Ia tidak mau membiarkan Audrey merasa kecewa ataupun sedih.

"Dan menemui istri mandulmu itu?" Audrey mencebik dengan tidak senang. Ia langsung menjatuhkan tubuhnya dari pria itu.

Dengan cepat, Robby menahan tangan Audrey dan menarik Audrey mendekatinya.

"Jangan salah paham," tuturnya, "Walaupun dia adalah istriku dan kami sudah menikah, tapi seluruh cinta dan perhatianku hanya untukmu. Buktinya, aku menghabiskan seluruh waktu liburku bersamamu," bujuk Robby dengan buaian tutur kata manisnya.

Pada akhirnya, Audrey menurut juga. Dia melabuhkan satu kecupan di pipi Robby sembari diam-diam, menaruh lipsticknya di saku jas pria itu.

"Sampai bertemu besok," bisiknya.

***

"Apa yang kau buat itu?"

Pergerakkan Felicia terhenti saat tiba-tiba mertuanya datang. Gadis itu hanya tersenyum getir. Ini sudah kesekian kalinya wanita itu datang tanpa pemberitahuan apa pun.

"Aku membuat jus untuk Mas Robby," jawab Feli, "Dia bekerja lembur lagi hari ini. Jadi, pasti kelelahan. Jus ini bisa membuat tubuhnya terasa lebih fit," tutur gadis itu seraya meramu buah-buahan di depannya.

"Rajin sekali kamu membuat jus semacam itu. Robby tidak butuh jus apa pun. Justru kamu yang butuh jus agar subur dan segera memiliki anak," komentar Maura.

Selalu seperti ini.

Tidak hanya datang tanpa pemberitahuan, mertuanya itu pun akan mulai mengomentari apa pun yang Felicia lakukan. Feli selalu salah di mata Maura.

"Sudah hampir lima tahun kalian menikah, tapi kamu belum memberi satu cucu pun kepadaku. Katanya, seorang dokter yang ahli di bidang kesuburan, bahkan untuk punya anak sendiri saja kamu kesusahan!" Maura terus berkata-kata.

Ia seperti tidak memiliki filter apa pun. Semua kata-kata lolos dari bibirnya, tidak peduli apakah itu akan menyakiti perasaan Felicia.

Pada saat seperti ini, Felicia hanya tersenyum getir. "Kami juga sedang berusaha, Bu," jawabnya lembut, "Feli dan Mas Robby sedang mencoba program hamil."

"Program hamil program hamil, program terus! Program apa lagi yang kalian ikuti hari ini? Seharusnya, kamu lebih berusaha! Tidak ada yang salah dengan Robby. Kamu saja yang tidak subur," ujar Maura dengan enteng.

Pegangan Felicia pada pisaunya mengencang, berusaha meredam emosi dan rasa sakit hati yang diterima. Namun, gadis itu hanya bisa terdiam dan berusaha menghibur diri dengan tersenyum.

Ting

Suara pintu apartemen terbuka itu seketika membuat wajah Felicia kembali berseri. Dengan cepat, dia mengalihkan diri dari mertuanya dan menghampiri sang suami.

"Hari ini lembur lagi?" tanya Felicia seraya mengambil alih tas suaminya.

Robby mengangguk dan langsung merebahkan diri pada sofa di ruang tamu apartemen itu.

"Aku sudah membuatkan jus untukmu. Kamu akan merasa segar lagi setelah meminumnya," ujar Felicia seraya mengantarkan jus itu kepada suaminya.

Namun, pria itu tidak terlihat tertarik. Dia bahkan tidak membuka matanya. Hanya mengangguk samar.

"Taruh saja di sana," ucapnya.

Felicia melakukan sesuai yang diperintahkan meski merasa sedikit kecewa.

"Tampaknya kamu sangat kelelahan karena sering bekerja lembur belakangan ini," ujarnya, "Apakah rumah sakitmu kekurangan dokter hingga membuatmu terus lembur?" Dia bertanya.

Felicia juga pernah menjadi dokter sebelum ia menikah. Dia adalah seorang dokter spesialis yang menangani pasangan yang berusaha memiliki anak. Namun, setelah menikah dengan Robby, dia berhenti dan fokus mengabdikan diri kepada suaminya. Semua itu dia lakukan agar menjadi istri yang baik.

"Dulu dan sekarang beda," Robby menjawab, "Sekarang, dokter harus sering lembur karena banyak pasien. Berbeda dengan zaman saat kamu masih bekerja dulu." Dia menjelaskan dengan nada setengah hati.

"Ah, begitu," jawab Felicia dengan rendah diri, "Tapi, besok kamu libur, kan, Mas? Salah satu temanku mengajak kita untuk berlibur bersama--"

"Tidak." Robby menjawab dengan cepat. "Besok Mas juga harus masuk."

Felicia berkedip dua kali. Aneh. Sudah hampir tiga minggu Robby tidak mendapat libur sama sekali. Bahkan, pria itu hampir setiap hari bekerja lembur.

Apakah memang aturan rumah sakit menjadi seketat ini?

"Ba--baiklah. Kalau begitu, kita bisa pergi lain kali," jawab Felicia, menurut.

Dia menoleh ke sekitar untuk memastikan mertuanya tidak memperhatikan mereka dan beringsut mendekati Robby.

Namun, pada saat yang sama, Robby pun bergerak menjauh seakan tidak ingin didekati Felicia.

"Mas...." Feli memanggil. Dia tampak ragu untuk melanjutkan kalimatnya. "Aku sudah memikirkannya. Bagaimana jika aku... kembali bekerja menjadi seorang dokter?" tanyanya.

Kedua mata Robby langsung membelalak terbuka. Dia menoleh ke arah sang istri dan mengernyitkan alis dengan tidak setuju.

"Apa katamu?" tanyanya.

Felicia tampak gugup dengan pertanyaan itu, tetapi dia bersikeras melanjutkan. "Lima tahun yang lalu, aku berhenti menjadi dokter dan fokus menjadi istrimu. Sekarang, aku merindukan kesibukanku dan ingin kembali menjadi dokter. Lagi pula, mumpung kita belum memiliki anak. Pasti masih ada kesempatan bagiku," tutur Felicia dengan serius.

Sesaat, Robby tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya memandang ke arah sang istri, kemudian tergelak. Dia tertawa terbahak-bahak seolah baru saja mendengar hal yang lucu.

"Apakah kau bercanda?" kekehnya, "Ingin kembali bekerja? Jangan bermimpi," ucap Robby.

"Dunia kedokteran sekarang sangat berbeda dengan yang dulu. Lihat, aku saja sampai tidak memiliki hari libur selama tiga minggu. Kamu tidak akan kuat. Lagi pula, mana ada rumah sakit yang mau menerima dokter yang sudah tidak bekerja selama lima tahun? Jangan bermimpi. Daripada berkhayal, lebih baik kamu mencari cara agar kita bisa segera memberikan cucu untuk ibuku. Apakah kamu mengerti?" tanya Robby.

Tatapan dan seringainya terlihat merendahkan, dan hati Felicia berdenyut nyeri mendengarnya.

Namun, meski demikian, wanita itu hanya tersenyum sabar.

"Benar juga," katanya, "Sepertinya memang tidak bisa, ya," tuturnya dengan kecewa.

"Tentu saja tidak bisa!" Satu suara menginterupsi pembicaraan mereka. Felicia langsung merasa lemas saat menyadari mertuanya telah berada di dekat mereka. Tidak diragukan lagi, dia pasti mendengar semuanya.

"Apa katamu? Kembali bekerja? Jangan aneh-aneh! Fokus menjadi ibu rumah tangga saja kamu tidak bisa memiliki anak, apalagi sambil bekerja?!" sergah Maura.

Tangan Felicia mulai bertautan dengan gugup di atas pahanya. Mertuanya itu tidak segan-segan mengejek Felicia di depan suaminya. Yang lebih menyakitkan, tidak sekali pun Robby berusaha membelanya.

Robby justru mengangguk. "Tidak akan bisa," ucapnya, kemudian beranjak berdiri. "Sudahlah, lebih baik aku mandi dan tidur," katanya sembari melenggang pergi.

"Jusmu--" Felicia berusaha mengingatkan, tetapi Robby sudah telanjur beranjak menuju kamar mandi.

"Minum saja untuk dirimu sendiri!" sahut Maura, kemudian melenggang pergi ke ruangan lain.

Hanya ada Felicia sendiri di ruang tengah apartemen itu. Selalu seperti ini. Sepanjang hari, Felicia hanya mengerjakan pekerjaan rumah. Setelah Robby pulang pun, pria itu langsung tertidur atau sibuk memainkan ponsel. Hidup Felicia terasa kosong.

Meski demikian, dia selalu menguatkan diri. Wanita itu berusaha mengukir senyum di wajahnya, kemudian mengambil jaket milik Robby.

Sudah hampir empat hari jaket itu belum dicuci. Dia harus mencucinya.

Begitu pikir Felicia sembari merogoh saku jaket tersebut, berjaga-jaga seandainya ada tisu ada barang di dalamnya. Alih-alih, dia menemukan sebuah kertas.

Reservasi hotel?

Felicia mengernyitkan alis. Dia membaca lebih lanjut.

Robby memesan satu kamar suite VIP untuk besok.

Deg

Bukankah Robby berkata besok dia harus lembur? Mengapa dia memesan sebuah kamar hotel?

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh This Is Stralin

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
DICERAI SUAMI, DIPINANG CEO
1

Bab 1 Sebuah Permintaan

03/07/2023

2

Bab 2 Tertangkap Basah

04/07/2023

3

Bab 3 Tawaran Yang Nekat

04/07/2023

4

Bab 4 Pergi Jauh Darinya

06/07/2023

5

Bab 5 Tak Ada Jejak

10/07/2023

6

Bab 6 Deja Vu

10/07/2023

7

Bab 7 Informasi Mengejutkan

10/07/2023

8

Bab 8 Kok Mirip

13/07/2023

9

Bab 9 Akhirnya Bertemu

13/07/2023

10

Bab 10 Kenangan Malam Itu

13/07/2023

11

Bab 11 Melacak Jejakmu

24/07/2023

12

Bab 12 Aku Menemukannya!

24/07/2023

13

Bab 13 Ayah Untuk Jesselyn

24/07/2023

14

Bab 14 Tidak Bisa Berkelit

24/07/2023

15

Bab 15 Masa Lalu Felicia Terbongkar

24/07/2023

16

Bab 16 Aku Akan Menikahinya

24/07/2023

17

Bab 17 Mengembalikan Miliknya

24/07/2023

18

Bab 18 Papa Gavriel

26/07/2023

19

Bab 19 Hanya Untuk Hari Ini

26/07/2023

20

Bab 20 Mak Comblang

26/07/2023

21

Bab 21 Hari Pernikahan

27/07/2023

22

Bab 22 Pengorbanan Seorang Ayah

27/07/2023

23

Bab 23 Kebenaran Terkuak

03/08/2023

24

Bab 24 Jangan Pergi

04/08/2023

25

Bab 25 Merindukan Papanya

05/08/2023

26

Bab 26 Hati yang Tersakiti

06/08/2023

27

Bab 27 Martabat dan Tanggung Jawab

07/08/2023

28

Bab 28 Gavriel Mengamuk

08/08/2023

29

Bab 29 Menunggu Kabar Baik

09/08/2023

30

Bab 30 Menutup Rapat-Rapat

11/08/2023

31

Bab 31 Kegalauan Gavriel

12/08/2023

32

Bab 32 Gavriel Hilang Kendali

13/08/2023

33

Bab 33 Permintaan Yang Sama

14/08/2023

34

Bab 34 Kebenaran Yang Terkuak

15/08/2023

35

Bab 35 Mengejar Pelaku

16/08/2023

36

Bab 36 Memulai Dari Awal

17/08/2023

37

Bab 37 Hukuman Untuk Dokter Cia

17/08/2023

38

Bab 38 Wanita Berkelas VS Wanita Licik

17/08/2023

39

Bab 39 Sandiwara Luar Biasa

17/08/2023

40

Bab 40 Sexual Tension

19/08/2023