Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Dinikahi Ceo Angkuh

Dinikahi Ceo Angkuh

Ika Dw

5.0
Komentar
3.1K
Penayangan
24
Bab

"Tega-teganya Papa melakukan itu semua padaku. Papa sudah dibutakan oleh uang dan uang! Kenapa dia tega menikahkanku dengan manusia angkuh itu! Menyebalkan." Diusianya yang masih terbilang muda, Nadia sudah disuguhkan dengan pernikahan paksa. Pernikahan yang tidak diinginkan dalam hidupnya. Cita-citanya ingin menjadi pramugari, sirna sudah setengah dinikahi oleh pemuda sombong yang bernama Allard. Allard yang terkesan dingin dan sombong, membuat Nadia tak nyaman berada di sisinya. Allard tidak pernah memberikan kebebasan untuk Nadia. Semua yang Allard inginkan, ia harus mematuhinya. Akankah Nadia bertahan dan hidup bahagia dengan Allard? Atau mungkin, Nadia akan memilih untuk berpisah dari Allard?

Bab 1 Pernikahan yang tak Kuinginkan

Nadia meremas gaun panjang yang dikenakannya. Ia sangat gelisah tidak tenang, karena hal yang tidak diinginkan telah terjadi padanya.

Pernikahan yang seharusnya tidak terjadi, kini terjadi secara mendadak.

"Jangan bangga kau sudah menjadi istriku. Kau bahkan tidak berhak untuk mengatur-ngaturku," seru Allard, pemuda yang sudah menjadi suami Nadia.

"Kalau bukan karena orang tuamu ... Aku tidak sudi untuk menikahimu. Kau bukan wanita idamanku."

Tidak menjawab, Nadia diam dan menatapnya kesal. Ia sendiri juga tidak ingin menikah dengan laki-laki sombong dan bengis seperti Allard.

Ia cukup tahu, Allard adalah pemuda yang sombong dan kejam. Bahkan beberapa kali ia pernah menjumpai Allard, yang berganti-ganti pasangan.

Kalau ada pilihan lain, pasti ia memilih untuk kabur. Ia juga tidak sudi memiliki suami sombong seperti Allard.

Allard berdecak karena ucapannya tidak dihiraukan oleh Nadia. Ia melepaskan pakaiannya dan mengambil handuk untuk dibawanya ke kamar mandi.

"Kalau aku lagi ngomong kayak gini ... Kau mendengarnya, bukan?!"

"Ya! Tentu saja aku mendengarnya. Aku tidak tuli, dan aku masih normal. Kalau kau tidak ada niatan buat menikahiku ... Lantas buat apa kau menikah denganku."

Nadia beranjak dari ranjang dengan menatap marah pada suaminya.

Belum genap satu jam acara ijab qobulnya, sudah diawali dengan pertengkaran.

Bahkan ia juga tidak peduli, kalau hari itu juga, pernikahannya akan berakhir.

Ia memang berharap pernikahannya dengan Allard segera berakhir.

"Aku juga tidak ingin menikah denganmu, Tuan Allahrd. Gara-gara pernikahan ini ... Hidupku jadi hancur. Aku bahkan tidak berpikir sama sekali untuk menikah dengan pemuda sepertimu. Di luar sana ... Aku juga memiliki kekasih yang jauh lebih baik daripada dirimu itu. Kau pikir ... Aku tidak pernah tahu seperti apa kelakuanmu di luar! Aku sudah cukup paham dengan kepribadianmu, Tuan Allard!"

Nadia benar-benar dibuat sakit hati oleh orang tuanya.

Papanya sudah terobsesi dengan uang. Bahkan, selama ini papanya banyak memiliki teman kolega bisnis properti.

Tapi ia tidak pernah tahu, seperti apa bisnis yang dijalankan oleh orang tuanya selama ini.

Brak!!

"Berani sekali kau melawanku. Kau tidak pernah tahu siapa aku yang sebenarnya. Aku peringatkan untuk diam! Dan jangan berulah denganku."

Allard menendang kursi yang ada di meja rias Nadia, dengan cukup keras, karena tidak bisa menahan emosinya.

Ia tidak tahu kalau gadis yang dinikahinya itu ternyata cukup berani melawannya. Ia bahkan berfikir, Nadia gadis polos dan cengeng.

"Dengar Nadia! Seorang perempuan ditakdirkan untuk patuh kepada suaminya. Seorang perempuan akan sangat berdosa ... Jika berani melawan suaminya. Kau pikir ucapanmu itu benar. Kau terlihat sangat kasar!"

Nadia membuang muka. Sok bijak Allard mengguruinya. Bahkan dia sendiri sudah sangat sombong dan angkuh pada semua orang.

Setelah mengomeli Nadia, Allard masuk ke dalam kamar mandi. Pemuda sombong itu sedikit membuat ketegangan yang membuatnya semakin muak.

'Aku nggak boleh terlihat lemah didepannya. Apapun yang terjadi ... Aku nggak boleh tunduk padanya. Aku tahu membantah suami itu dosa. Tapi kalau suamiku sudah kurang ajar seperti Allard, apa aku harus diam saja. Bukannya wanita juga berhak untuk membela diri.'

Nadia beranjak dari ranjang dan mengambil pakaian ganti. Dari acara ijab kabul, ia malas untuk mengganti pakaiannya. Ia masih berfikir, sejauh ini ia mematuhi orang tuanya, ia baru sadar sudah dimanfaatkan oleh orang tuanya. Bahkan Ayah kandungnya sendiri, tidak lagi peduli dengan perasaannya.

Nadia sebenarnya tipikal cewek pendiam dan penurut. Tapi upayanya untuk menjadi gadis yang penurut, telah dimanfaatkan oleh orang tuanya, demi mendapatkan uang.

'Kenapa Papa tega sekali sama aku. Yang ada dipikiran Papa itu hanya ... Uang! Uang! Dan uang saja. Patuh banget, Papa dengan Mama Zoya. Sudah jelas-jelas Mama Zoya sudah memanfaatkannya saja, tapi keburukan sikap Mama Zoya tidak juga membuatnya sadar. Huft ... Kalau gini caranya ... Aku bisa mati karena ulah mereka.'

Nadia menggerutu sendiri sambil menunggu Allard keluar dari dalam kamar mandi.

Ia sudah mulai kegerahan, karena memakai gaun lumayan tebal.

Tak lama dari itu, Allard keluar dari dalam kamar mandi dengan mengenakan handuk sebatas pinggang.

Rambutnya tetes-tetes setelah keramas, dan itu membuat aura ketampanannya keluar.

Tak bisa dipungkiri. Ketampanan Allard memang cukup memukau para wanita.

Tapi sikap arogan dan kasarnya, membuat kebanyakan wanita malas. Apalagi Allard pernah diketahui beberapa kali bergonta-ganti pasangan.

"Cepatlah mandi! Dari tadi ngapain aja. Atau jangan-jangan ... Kamu memang tak pernah mandi," seru Allard mengejeknya.

"Kau itu! Kenapa sih, selalu saja memancing keributan. Sebenarnya aku bisa tenang, kalau kau tidak membuat masalah denganku."

Allard menatap kesal pada Nadia yang selalu saja membantah penuturannya.

Walaupun ia sudah beberapa kali bertemu dengan Nadia di rumahnya, ia tidak pernah mengenalinya.

Tujuan ia datang ke rumah Nadia, hanya karena ikut bisnis dengan keluarga Nadia.

Allard mendekat pada Nadia dengan menatapnya dingin. Sorot matanya yang tajam, membuat Nadia sedikit menciut.

"Apa kau bilang tadi? Aku yang sudah memancing keributan? Memangnya apa yang sudah kulakukan padamu? Aku hanya memperingatkanmu saja. Sebagai suami ... Tentunya akan sangat malu jika istriku bersikap kurang ajar."

"Dengar ya, Nadia! Apapun yang sudah menjadi keputusanku ... Kau tidak boleh membangkangnya. Aku sebagai pemimpin rumah tangga dan juga pemimpin perusahaan, aku tidak ingin, kau buat diriku malu, karena gagal memimpin istriku," seru Allard.

"Jangan buat kebiasaan burukmu itu. Aku tidak suka sama perempuan yang selalu membantah, dengan apa yang dikatakan oleh suaminya. Atau ... Jangan-jangan dari kecil kau tidak mendapatkan perhatian dari orang tuamu. Kau diumbar begitu saja tanpa dididik dengan benar. Tidak punya sopan santun!"

Seketika bola mata Nadia melotot geram menatap Allard yang sudah membawa-bawa orang tuanya.

Biar bagaimanapun juga, ia tidak terima jika orang tuanya diejek tidak bisa memberikan pendidikan yang baik untuk dirinya.

"Tuan Allard! Jangan pernah bawa-bawa orang tuaku dalam masalahmu. Kau tidak tahu apa-apa tentang keluarga kami. Kau bahkan sebagai pemimpin juga tidak pantas merendahkan orang lain. Ucapanmu itu sungguh keterlaluan, Tuan Allard! Bagaimana bisa kau mengatakan kalau aku tidak pernah diatur oleh orang tuaku. Pantaskah seorang pemimpin mengatakan semua itu? Aku tidak terima kau begitu merendahkan orang tuaku."

Allard tersenyum menyeringai melihat kemarahan Nadia.

Allard semakin dibuat penasaran dengan sosok perempuan yang sudah dinikahinya itu. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba mau saat ditawari untuk menikahi anak dari rekan bisnisnya itu.

"Nadia ... Nadia. Jika kau memang gadis baik-baik ... Tunjukkan saja sikap baikmu, padaku. Sorry! Aku mengatakan semua itu, karena aku gemas dengan kata-katamu. Kau begitu terlihat bar-bar, egois! Bahkan kau ... Tak menyimpan rasa takut padaku. Aku harap ... Kau segera merubah kebiasaan burukmu itu. Seharusnya kau bersyukur karena bisa menikah dengan laki-laki sepertiku. Kau bahkan tidak akan bisa mencari laki-laki yang lebih baik dariku."

"Omong kosong!'

Nadia memiringkan kepalanya dengan senyuman smirk. Allard merasa dirinya paling baik dan sempurna daripada orang lain.

"Tuan Allard yang terhormat. Jika kau tahu saja, ya? Aku bahkan sudah memiliki kekasih yang jauh lebih baik daripada dirimu, dia lebih perhatian dan juga sabar. Tidak songong seperti dirimu," cibir Nadia.

"Jadi ... Aku minta, kau jangan bersikap sombong dan membanggakan dirimu sendiri. Di luar sana ... Masih banyak orang dan jauh lebih baik dari kau!"

Allard langsung mencengkram rahang Nadia cukup keras. Ia emosi. Paling tidak suka dibandingkan dengan laki-laki maupun, termasuk kekasih dari Nadia.

"Kuperingatan padamu. Jangan coba-coba membandingkanku dengan laki-laki lain, Nadia! Sebagai seorang istri, sangatlah tidak pantas membandingkan suaminya dengan laki-laki lain. Sekarang ... Aku bebas melakukan apapun padamu. Setiap detik, kau bisa merasakan bagaimana menjadi istri dari Allard Geraldson."

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku