Dicerai kakak Dinikahi adik

Dicerai kakak Dinikahi adik

Ohmyrum

5.0
Komentar
3.2K
Penayangan
41
Bab

Perceraian Iyas dengan mas Win membuat hidup perempuan itu kacau. Hingga waktu yang perlahan menyembuhkan setiap luka dan sedikit banyak mengubah hidup Iyas. Kini Iyas memutuskan membuka toko bunga setelah bangun dari mimpi buruknya. Tapi apalah takdir berkata, setelah bertahun-tahun susah payah menghindari semua yang berhubungan dengan mas Win, justru Iyas malah bertemu orang yang paling dekat dengan sumber rasa sakitnya, Bhaga. Seharusnya, Iyas punya sejuta alasan untuk membenci lelaki satu ini. Sebab lelaki ini adalah adik seorang yang membuatnya hancur berkeping-keping. Tetapi lelaki ini juga yang membuatnya merasa selalu baik-baik saja dan layak untuk dicintai.

Bab 1 Empat tahun sudah

Empat tahun hidup sendirian, mengurus toko bunga kecil, menurutku, aku baik-baik aja. Bahkan jauh lebih baik-baik aja setelah perpisahan yang menguras segala sisi emosi.

Winengkuku Narendra atau kerap ku sapa mas Win, lelaki yang sudah menjadi suamiku selama 3 tahun itu, menceraikan aku karena kita gak kunjung di karuniai anak. Ya, alasan klasik yang bisa diterima, tapi harusnya masih bisa di kompromikan denganku dan masih bisa kita usahakan sama-sama.

Sayangnya, dia memutuskan itu sepihak. Terlihat egois. Entahlah, mungkin tekanan dari keluarganya juga yang ingin mas Win segera punya keturunan dengan menikahi perempuan lain. Aku gak tahu dan udah gak peduli. Aku gak mau menerka-nerka lebih jauh karena fokusku waktu itu hanya menyembuhkan diri sendiri yang patah dan rapuh bahkan hancur berkeping-keping.

Mendiang ibuku pernah bilang kalau perempuan itu gak punya batasan untuk menjadi kuat di dalam hidupnya. Seperti satu dibagi kosong yang hasilnya tak terhingga, begitu pula kekuatan perempuan. And i'm egree with this.

Empat tahun terakhir ini, aku mencoba ikhlas. Sekuat tenaga mencoba menata kembali hidupku yang tentunya tidak beraturan dan terombang-ambing setelah kehilangan nahkoda. Dan empat tahun terakhir ini, aku jadi berteman akrab dengan yang namanya kesendirian. Padahal dulu aku paling takut sendiri, tapi sekarang bukan hal buruk ternyata untuk di jalani. Ketakutan-ketakutan saat sendiri justru gak terjadi. So, aku anggap aku memang terlalu berlebihan aja sampai bisa berpikir negatif seperti itu.

Sekarang, aku justru berada di titik sangat menikmati sepi. Membaca buku sambil minum coklat panas, mengkhayal hidup impian, menulis cerita-cerita atau jurnaling, tentu aja selain merangkai bunga-bunga cantik. Itu udah jadi keseharian karena aku mengelola toko bunga kecil. Milikku sendiri.

Sebelumnya, aku hanya istri setia yang selalu di rumah. Mengerjakan pekerjaan rumah, memasak, menunggu suami pulang kerja, dan melayani suami. Istriable banget lah. Aku cukup menikmatinya waktu itu. Karena sebenarnya, rumah tangga kami harmonis-harmonis aja. Tidak ada konflik besar sampai berantem besar dan berhari-hari. Mas Win adalah lelaki yang cukup pendiam dan to the point, sementara aku perempuan yang periang tapi bisa sangat jadi penurut pada suami.

Ya udahlah. Aku gak mau terus-terusan meratapi nasib. Maka dari itu atas dukungan Anki-sahabatku- dan Sapta-kakak laki-lakiku yang juga suami dari Anki, aku memberanikan diri membuka toko bunga yang kuberi nama 'Fleur by Rangita' atau biasa disingkat 'Flora'. Rangita sendiri adalah nama belakangku, Englias Rangita. Tapi aku sendiri lebih sering disapa Iyas.

Kebetulan juga, memiliki toko bunga adalah salah satu di daftar impianku waktu masih remaja dan sekarang udah ter-ceklist.

Aku tersenyum, cukup puas dengan pekerjaanku hari ini seraya mengamati bunga favoritku sepanjang masa ini, mawar. Rangkaian bunga mawar putih untuk pesta pernikahan Aira sudah selesai ku buat. Buket mawar putih yang kurangkai rapi dengan sentuhan wax paper berwarna senada dengan bunganya.

Aira ini adalah teman kuliahku, udah lama sekali gak ketemu, tiba-tiba dia berkunjung ke Flora untuk memesan buket bunga. Dari ceritanya sih, ini adalah pernikahan kedua setelah dua tahun menjanda. Suami pertamanya adalah orang Birmingham, yang juga tempat Aira menimba ilmu S2-nya. Setelah bercerai, dia pindah ke Boston untuk bekerja dan bertemu dengan calonnya yang sekarang.

Tampak matanya sangat berbinar ketika menceritakan bagaimana pertemuannya dengan lelaki ini sampai mereka memutuskan untuk menuju ke jenjang yang lebih serius dengan background masa lalu masing-masing tentunya. Karena yang aku dengar dari Aira, calonnya ini juga seorang duda.

Aku senang mendengar kabar baiknya, dia pun mengundang aku sekalian untuk datang ke pernikahannya.

Dengan senang hati, aku menerima orderannya sekaligus undangannya. Sore ini juga, aku sendiri yang akan mengantar buket bunga mawar ini ke rumahnya. Seperti bunga mawar putih ini yang melambangkan cinta yang murni dan kesetiaan abadi, aku harap cinta Aira dan suaminya juga akan abadi.

Anki menelepon saat aku udah mau berangkat.

"Iya, ini aku mau kondangan sekalian nganter orderan buket. Kenapa Ki?"

"Sendirian aja? biasanya minta temenin aku?"

"Kali ini kayaknya aku udah oke kok ke kondangan sendiri, lagian ini temen kuliahku dan gak mungkin ada circle-nya mas Win. Terus katanya kamu hari ini mau dinner sama Sapta kan?"

"Iya sih. Yaudah kamu hati-hati ya kalau gitu. Eh Gini... gini... Yas, aku sebenernya butuh saran dari kamu. Kira-kira aku harus pake baju apa nanti?"

Kadang aku gak habis pikir dengan sahabat sekaligus kakak iparku yang satu ini. Bisa-bisanya dia masih meminta pendapatku mau pakai baju apa? Udah kaya mau dinner sama gebetan baru aja. Padahal sejarah mencatat kalau mereka udah berumah tangga selama lima tahun dan udah punya satu anak bernama Yasya. Tolong garis bawahi lima tahunnya. Waktu yang cukup lama kan untuk saling tahu selera satu sama lain, kesukaan satu sama lain? Lagian, Anki adalah perempuan termodis yang pernah aku kenal. Dia selalu mengikuti mode tren fashion terkini.

"Yakin masih nanya aku?" mataku memutar ke atas.

"Iya. Buruan kasih saran!"

Kalau tidak ingat Anki sering membantuku, rasanya aku males kasih saran hal begini padanya. Jadi, ya tidak ada salahnya membantu kakak ipar yang tiba-tiba kehilangan arah fashionnya dan kemampuan menilai sebuah penampilan saat mau dinner dengan suaminya sendiri.

"Emmm, kenapa nggak pake dress yang kamu beli minggu lalu? itu bagus sih menurutku."

"Warnanya terlalu gelap Iyas! Ada saran lain?"

Aku membuka pintu mobil dengan susah payah, karena tanganku satunya membawa buket dan terpaksa ponselnya ku apit diantara pundak dan telinga sehingga tanganku bisa membuka pintu belakang dan memasukkan buketnya.

"Yang line dress warna tosca deh, kayaknya aku pernah liat di lemarimu."

"Ah iya, aku punya. Oke deh, aku coba dulu. Nanti aku pap ya, byee Iyas! Hati-hati di jalan!"

Jam di tanganku udah menunjukkan pukul lima sore, acaranya pukul tujuh malam. Kalau dilihat dari alamat di undangan yang Aira kirimkan lewat whatsapp sih, lokasinya lumayan jauh, di selatan kota Jogja. Jadi aku harus berangkat lebih awal mengingat skill menyetirku standar. Jujur aja, aku baru bisa menyetir mobil 5 bulan terakhir ini karena aku butuh kesana-kemari tanpa harus merepotkan Sapta.

Satu jam perjalanan dengan kecepatan rendah-menengah, akhirnya aku sampai di sebuah rumah yang... cukup mewah di daerah Bantul. Aira adalah bussiness woman di bidang kecantikan. Di kartu namanya tertulis jika dia sekarang adalah CEO Aira beauty. Salah satu klinik kecantikan di Jogja dengan review yang bagus. Aku juga baru tahu, soalnya kita lama gak saling berhubungan satu sama lain. Padahal dulu cukup dekat waktu kuliah.

Seorang tukang parkir mengarahkan mobilku untuk menuju ke parkiran di sebelah rumah mewah itu. Setelahnya, aku keluar dan memasuki rumah Aira. Tamu undangan masih sepi, hanya ada beberapa pekerja catering dan orang-orang yang sibuk berlalu-lalang mengurus ini dan itu. Pernikahan dengan dekorasi semewah ini pasti persiapannya juga sangat lama dan tentu aja... mahal.

Sebenarnya aku sedikit bingung, kenapa Aira memilih membeli buket untuk pernikahannya di Flora, dan mempercayakan aku untuk membuatnya, padahal biasanya kan udah satu paket dengan dekorasinya atau satu paket dengan MUA nya.

"Pak, mau tanya, ruang riasnya dimana ya? Saya temannya Aira sekaligus mau ngasih buket bunga pengantin ini." Aku akhirnya bertanya pada seorang bapak-bapak yang sedang sibuk mengkoordinir ini itu.

"Oh, mbaknya masuk aja terus nanti ada belokan ke kiri, luruuuus aja. Nah, diujung situ mbak." Jelasnya sambil tangannya bergerak-gerak mengarahkan.

Aku mengikuti arahan dari bapak random yang ku tanyai di depan tadi dan dengan mudah aku bisa menemukan ruangannya. Kuketuk pintunya lalu disusul suara yang mempersilakan untuk masuk.

Masih dengan posisi duduknya, Aira sedikit menoleh karena dia belum selesai di make up. "Hai Iyas... akhirnya datang juga. Aku sempet mau telpon kamu loh, takut nyasar."

"Hai, enggak kok, aman."

"Wahh.... bagus banget Yas buketnya. Ih cantik!"

"Kayaknya sama cantiknya dengan kamu." Ujarku. "Oh iya ini buketnya mau ditaruh mana?" tanyaku.

"Oh, tolong kasih ke mbaknya aja Yas." Tunjuk Aira pada mbak-mbak yang sedang mengurusi rangkaian bunga juga untuk riasan.

Setelah menyerahkan buket bunga pada petugas WO-nya, aku duduk di sofa setelah Aira mempersilakan.

"Awalnya aku gak tau loh, kalau Flora itu milik kamu, aku cuma direkomendasiin katanya buket di Flora cantik-cantik. Dan beneran dong, emang secantik itu. Secantik yang punya sih menurutku." Aira terkekeh melihatku dari kaca di depannya.

Tadi Aira mempersilakan aku duduk sebentar sembari menunggu teman-teman kuliah yang mau datang juga. Takut aku kesepian di luar.

"Wah, aku yang harusnya makasih." Ujarku cukup terharu. "By the way, emang siapa yang rekomendasiin? Soalnya Flora belum seterkenal itu untuk ukuran toko yang baru buka setahun terakhir."

"Yang rekomendasiin..."

"Aira!"

"Sayangku!"

Seruan dua orang yang tiba-tiba masuk dengan heboh membuat perkataan Aira menggantung. Padahal aku penasaran sih, siapa yang rekomendasiin toko bunga ku. Ya, di sisi lain bersyukur juga ada yang sepercaya itu merekomendasikan tokoku pada orang lain. Atau jangan-jangan orang ini udah pernah order di Flora?

Lamunanku terhenti saat dua orang yang ternyata Citra dan Mini, menghampiriku dan menyapaku. Berbeda dengan Anki yang sudah jadi bestie sejak masih orok, Citra dan Mini adalah teman kuliahku juga sama seperti Aira. Dulu kami cukup akrab karena sering dapat kelompok yang sama dan itu-itu aja orangnya. Aku, Aira, Citra dan Mini. Setelah lulus, kami punya kesibukan masing-masing dan bahkan Citra dan Mini ini merantau ke luar kota. Aira juga mengambil S2 di luar negeri. Sedangkan aku masih tetep setia di Jogja.

Aku memeluk Citra dan Mini satu persatu sambil cipika-cipiki. "Hai, lama gak ketemu yaampun."

"Wah, kamu berubah banget ya Yas." Ujar Mini seraya mengelus lenganku.

"Kamu kesambet apa Yas, kok jadi kalem begini? Tapi tambah cantik sih." Puji Citra.

Yang tahu aku lebih dari empat tahun lalu, pasti akan mengatakan hal yang sama. Aku berubah. Ya, aku memang udah menjadi pribadi yang berbeda sekarang. Kalau kata Anki, aku jadi lebih tenang dan kalem, tidak seperti dulu yang heboh, suka ngobrol dan berisik. Makanya aku dulu sangat merasa sefrekuensi dengan Aira and the gang ini karena kami sama-sama heboh.

Kami berakhir mengobrol dan beberapa kali Aira menimpali di depan cerminnya. Tidak terasa, Aira telah menyelesaikan riasannya dan bersiap-siap karena acara resepsi akan segera di mulai. Ijab qabul memang udah diselenggarakan hari sebelumnya. Tadi aku sempat lihat, pihak mempelai lelaki sedang di rias di ruangan yang berbeda. Aku sempat melewatinya dan pintunya sedikit terbuka. Padahal mereka udah sah, biasanya boleh-boleh saja dirias satu ruangan.

Citra dan Mimi mengajakku untuk ke depan. Tamu-tamu udah mulai berdatangan dan duduk di kursi tamu. Kami pun memilih untuk duduk di kursi paling depan supaya bisa dengan jelas melihat Aira.

MC di depan udah mulai memandu acara. Dia mempersilakan kedua mempelai untuk duduk di singgasana pengantin. Aku dan yang lain takjub saat dari kejauhan, Aira sangat cantik dengan gaun pengantin berwarna lilac senada dengan pasangannya yang juga...

Astaga!

***

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Gairah Liar Perselingkuhan

Gairah Liar Perselingkuhan

kodav
5.0

Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku