icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Dicerai kakak Dinikahi adik

Bab 4 Aku baik-baik saja

Jumlah Kata:1717    |    Dirilis Pada: 24/01/2024

lowers enthusias juga. Kadang aku merasa dia bukan hanya karyawan yang

an nih, per tanggal ini aja ada 3

ing cuma 2-5 per hari nya tapi premium. Untuk kami yang hanya ngerjain berdua, jumlah i

Persediaan bungany

ath sama mataharinya tinggal dikit,

ubungi supp

ng diantar Sapta untuk membeli persediaan bunga. Tapi semakin kesini, pihak supplier mau mengirimkan langsung. Jadi sistemnya harus pesan dulu tiga hari sebelum kirim, gak bisa langsung ka

eberapa tangkai bunga gardenia segar. Ini part favorit, menyatukan bunga, menyamakan tingginya lalu memotong tangkai yang kepanjangan. Seni mer

gal pilih, atau kalau mau yang premium alias bisa request, tentu aku dan Jeje selalu tanya secara detail yang mereka mau yang bagaimana. Kita juga tanya ke

a enggak? Kita harus pintar-pintar membaca seseorang lalu disamakan dengan bunga mana yang sekiranya cocok dengan k

udah diantar Pak Minto, sopir yang aku pekerjakan freelance, alias dia kerjanya kalau ada callingan dari aku atau Jeje ketika ada

alu pesan se-buket bunga lily untuk memperindah rumahnya. Pulang nanti, aku ak

t kan? rumah Bhaga, dan aku melewati depan rumahnya sekarang. Otomatis aku menoleh melihat rumah

ya ala sosialita gitu. Tapi dia orang yang ramah dan baik banget. Buktinya setiap mengantar b

api untuk berteman dekat sampai jadi sahabat, belum deh. Ya, sekarang berteman sewajarnya aja sih, gak terlalu berjarak tapi juga gak

ja mbak, mau mampir k

a nastar gak? Aku tadi bikin loh." Tu

rumah dan mengambil satu toples nastar "Nih bawa pula

sih mbak, aku pamit dulu ya." siapa

Yasya paling suka kalau aku bawa martabak dengan topin

aku bakalan kena omel Sapta, mendingan turun dan menyeberang jalan kaki. Gak sulit Cuma menyeberang jalan begini. Dulu wa

ggggh

dan menanyakan ke diri sendiri hilang kemana ilmu yang aku dapatkan dari kegia

arma nih karena aku terlalu sombong. Orang-orang cuma liatin doang lagi. Gak ada yang turun dari motor dan nolongin. Padaha

mu gak a

dia tahu namaku? Meski perih, aku tetap punya kesadaran dan mendongak, lalu mendapati Bhaga, berjongkok di sebela

satunya terulur, berharap ia menariknya hingga aku bisa berdiri dan minggir

jadi pusat pe

ah menggendongku dan menepi di pinggir jalan. Terus aku dengar beberapa orang ibu-ibu y

i-hati, tengok kanan kiri, nyeberangnya di Zebracross pula. Terus ada motor y

ati-hati tapi orang la

mendekati pintu mobil "Man

in! Aku ga

na cepet

merogoh saku celanaku dengan tangan yang ga

sukkan aku ke kursi penumpang. Dia buru-buru masuk ke kursi pengemudi dan melajukan mobil

Sapta sekarang. Jadi mana kuncinya." Aku memi

rumah Sapta. Dia dengan santainya memiringkan kepala lalu senga

api telat dikit, bisa aja infeksi terus semakin parah

kut lagi. Gimana kalau beneran membusuk dan diamputasi? Yang terpikir di kepalaku hanya. aku gak bisa

ya aku terpengaruh dan berakhir duduk disofa ruang tengahnya. Dia b

gobrol banyak sama dia. Gak ada topik yang gak

u kemana nyeb

bak buat Yasya,

ternyata membuatkan aku secangkir teh. "Nih minum dulu. Aku mau

lang juga, teh yang dibuatkan Bhaga lumayan bisa sedikit menenangkan. Ditambah ruang tengah ini menghadap pintu kaca lebar dengan pemandangan kola

gini saat Bhaga benar-benar menyelesaikan mandinya secepat kilat. Dia keluar dengan waja

pa mart

begini aja udah makasih. Kayakn

ya? Coba dulu, ditegur aja cuma bilang hmm..hmm aja, sampai

kursi sebelahku menyugar rambutnya yan

ni

AC-nya lumayan dingin ini. blouse yang aku pake juga terlalu tipis makanya aku agak kedinginan.

amu cozy

rumah ya

emikian nyaman. Terakhir, aku beli dua bean bag untuk di ruang tengah dan satu lagi ku taruh di halaman samping untuk

e you ok

srempet motor ini, tapi lebih dari itu. Dia terkesan menanyakan keadaanku sekarang setelah apa y

dan merasa aku belum bisa menjadi orang yang betu

rdiam me

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka