Dicerai kakak Dinikahi adik
lowers enthusias juga. Kadang aku merasa dia bukan hanya karyawan yang
an nih, per tanggal ini aja ada 3
ing cuma 2-5 per hari nya tapi premium. Untuk kami yang hanya ngerjain berdua, jumlah i
Persediaan bungany
ath sama mataharinya tinggal dikit,
ubungi supp
ng diantar Sapta untuk membeli persediaan bunga. Tapi semakin kesini, pihak supplier mau mengirimkan langsung. Jadi sistemnya harus pesan dulu tiga hari sebelum kirim, gak bisa langsung ka
eberapa tangkai bunga gardenia segar. Ini part favorit, menyatukan bunga, menyamakan tingginya lalu memotong tangkai yang kepanjangan. Seni mer
gal pilih, atau kalau mau yang premium alias bisa request, tentu aku dan Jeje selalu tanya secara detail yang mereka mau yang bagaimana. Kita juga tanya ke
a enggak? Kita harus pintar-pintar membaca seseorang lalu disamakan dengan bunga mana yang sekiranya cocok dengan k
udah diantar Pak Minto, sopir yang aku pekerjakan freelance, alias dia kerjanya kalau ada callingan dari aku atau Jeje ketika ada
alu pesan se-buket bunga lily untuk memperindah rumahnya. Pulang nanti, aku ak
t kan? rumah Bhaga, dan aku melewati depan rumahnya sekarang. Otomatis aku menoleh melihat rumah
ya ala sosialita gitu. Tapi dia orang yang ramah dan baik banget. Buktinya setiap mengantar b
api untuk berteman dekat sampai jadi sahabat, belum deh. Ya, sekarang berteman sewajarnya aja sih, gak terlalu berjarak tapi juga gak
ja mbak, mau mampir k
a nastar gak? Aku tadi bikin loh." Tu
rumah dan mengambil satu toples nastar "Nih bawa pula
sih mbak, aku pamit dulu ya." siapa
Yasya paling suka kalau aku bawa martabak dengan topin
aku bakalan kena omel Sapta, mendingan turun dan menyeberang jalan kaki. Gak sulit Cuma menyeberang jalan begini. Dulu wa
ggggh
dan menanyakan ke diri sendiri hilang kemana ilmu yang aku dapatkan dari kegia
arma nih karena aku terlalu sombong. Orang-orang cuma liatin doang lagi. Gak ada yang turun dari motor dan nolongin. Padaha
mu gak a
dia tahu namaku? Meski perih, aku tetap punya kesadaran dan mendongak, lalu mendapati Bhaga, berjongkok di sebela
satunya terulur, berharap ia menariknya hingga aku bisa berdiri dan minggir
jadi pusat pe
ah menggendongku dan menepi di pinggir jalan. Terus aku dengar beberapa orang ibu-ibu y
i-hati, tengok kanan kiri, nyeberangnya di Zebracross pula. Terus ada motor y
ati-hati tapi orang la
mendekati pintu mobil "Man
in! Aku ga
na cepet
merogoh saku celanaku dengan tangan yang ga
sukkan aku ke kursi penumpang. Dia buru-buru masuk ke kursi pengemudi dan melajukan mobil
Sapta sekarang. Jadi mana kuncinya." Aku memi
rumah Sapta. Dia dengan santainya memiringkan kepala lalu senga
api telat dikit, bisa aja infeksi terus semakin parah
kut lagi. Gimana kalau beneran membusuk dan diamputasi? Yang terpikir di kepalaku hanya. aku gak bisa
ya aku terpengaruh dan berakhir duduk disofa ruang tengahnya. Dia b
gobrol banyak sama dia. Gak ada topik yang gak
u kemana nyeb
bak buat Yasya,
ternyata membuatkan aku secangkir teh. "Nih minum dulu. Aku mau
lang juga, teh yang dibuatkan Bhaga lumayan bisa sedikit menenangkan. Ditambah ruang tengah ini menghadap pintu kaca lebar dengan pemandangan kola
gini saat Bhaga benar-benar menyelesaikan mandinya secepat kilat. Dia keluar dengan waja
pa mart
begini aja udah makasih. Kayakn
ya? Coba dulu, ditegur aja cuma bilang hmm..hmm aja, sampai
kursi sebelahku menyugar rambutnya yan
ni
AC-nya lumayan dingin ini. blouse yang aku pake juga terlalu tipis makanya aku agak kedinginan.
amu cozy
rumah ya
emikian nyaman. Terakhir, aku beli dua bean bag untuk di ruang tengah dan satu lagi ku taruh di halaman samping untuk
e you ok
srempet motor ini, tapi lebih dari itu. Dia terkesan menanyakan keadaanku sekarang setelah apa y
dan merasa aku belum bisa menjadi orang yang betu
rdiam me
*