Dicerai kakak Dinikahi adik
garuhi lilin aromaterapy berbau jasmin yang sering aku nyalakan saa
saanku dengan belajar meditasi. Pelan-pelan aja, tapi lama-lama aku bisa dengan mudah merilis pikiran yang positif. Dulu, aku mudah terkejut oleh hal-hal yang gak
tar dan dudukku gak nyaman. Citra bahkan sempat bertanya aku kenapa karena ek
Empat tahun ini aku susah payah menghindar dari semua circle-nya mas Win. Makanya aku selalu mengaja
yang bersalah, dan malah korban dari keeomgoisan mas win dan keluarganya. Tapi jus
besar mas Win juga hadir di acara ini karena mereka sepupuan. Gak ada Anki
u tiba-tiba mens dan udah tembus. Aku masih sibuk mencari cara untuk segera pergi dari acara ini, Sayangnya gak bisa. Mini dan Citra udah lebih dul
dengan Yudha. Aku menunduk aja, semoga dia gak terlalu mengenaliku. Toh, kata teman-tema
ya
ndongak dan mendapati dia menatapku
saling kenal?
uar negeri sebelum pulang dan menikah. Aku sendiri juga baru dua-tiga kali ketemu Yudha karena
dekat "Iya sayang, Iyas ini ma
kamu gak
nis dan bergumam '
u kalau ternyata
ia seperti teringat sesuatu. "Ah iya, Iyas,
terkejut, lag
umpul keluarga besar kemarin, dan buketnya bagus. Jadi ya, aku rekomendasiin aja ke Aira karna dia
buru-buru gantian menyalami Aira, mengucapkan sela
h ya. Enjoy!" Seru Aira sangat bahagia sambil da
pa nih? Siomay? Sate?
u lagi untuk makan dan itu artinya aku bisa lebih lama ada di sini dan k
ya musti ke toilet de
ya? Atau lagi mens?"
udah tanggalnya sih. A
ar gak?" t
enggeleng. "No,
k siapapun yang mendesain rumah Aira ini. Tadi kayaknya masuknya gampang-gampang aja, kenapa keluarnya berasa masuk di labirin? mana gak ada petunjuk arah
entar lagi pasti ne
juga remang-remang begini, jadi creepy banget.
ghh
sual santai, celana kain yang disetrika rapi, kemeja lilac yang kelihatan kaya putih karena pencahayaan minim, yang lengannya udah dilipat sampai siku, membalut tubuhnya yang tinggi menju
epanku ini, wajahnya juga melekat di
as Ran
garnya menyebut nama lengkapku. Auranya memang udah mengintimidasi ketika perta
lajar pengembangan diri kalau gak berguna di situasi begini? Oke, aku mendongakkan kepala
na." Sebutku li
as Win. Dulu kami gak akrab-akrab banget karena dia orang yang sangat sibuk. Yah, pengusaha, biasalah. Tapi sekalinya ketemu auranya sangat g
ang lumayan creepy ini dengan tatapannya yang juga menyeram
menari-nari di layar. Syukurlah,
ya, tapi maaf aku buru
g mungkin. Tubuhnya yang atletis menghalangi jalanku di lorong yang gak se
berpikir lalu setelahnya dia benar-benar menggeser badannya dan mempersi
um meninggalkannya sambil m
Ki, g
engerti, ada suara Yasya juga yang ikut berceloteh dan aku pikir Anki
enti dan menoleh masih dengan ponsel yang aku te
*