Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Suasana pagi buta yang damai kini tiba-tiba terasa mencekam saat suara gaduh di mansion itu tak hentinya terdengar. Suara tembakan sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Benda-benda jatuh dari tempatnya. Keributan seperti sangat bangga menguasai kedamaian di mansion itu.
Di sebuah kamar mewah, seorang gadis sedang meringkuk di sudut kamarnya karena ketakutan dengan suara mengerikan itu.
Suara pecahan kaca juga semakin sering terdengar.
Pintu kamarnya dibuka dari luar dengan kasar dan sebuah lengan menariknya tergesa. "Nona, ayo berdiri."
Gadis itu mendongak saat mengenali suara itu. "Fira, apa yang terjadi?" tanyanya panik saat melihat pelayan pribadinya tampak ketakutan.
Fira menutup pintu dan menguncinya. Fira menarik gadis cantik itu menuju kamar mandi dan tak lupa juga menguncinya.
"A-apa yang terjadi? Suara apa itu?" Tubuh gadis itu gemetar.
"Nona, buka baju Anda. Kita harus bertukar pakaian." Fira dengan cepat membuka seragam pelayannya.
"Maksudmu? Apa yang kau lakukan?" tanya gadis itu bingung dan semakin panik.
"Nona Neva, kita tak punya waktu lagi." Fira membuka paksa kancing piyama milik gadis yang ia panggil dengan Neva tadi lalu meloloskan pakaian majikannya dengan cepat.
Neva semakin bingung dan hanya menurut saat Fira membantunya memakai seragam pelayan di mansionnya.
Sedangkan Fira segera mengenakan pakaian Neva.
Setelah selesai, Fira yang satu tahun lebih tua dari Neva itu memeluk Neva dengan erat. "Ada penyerangan di mansion, Nona. Bodyguard kita banyak yang tumbang. Kita tidak tahu apa yang mereka incar. Tapi kami semua sudah disumpah oleh Tuan Albert untuk selalu setia. Kami memilih mati daripada berkhianat," jelas Fira secepat mungkin.
Fira tidak tahu berapa lama lagi mereka bisa bertahan di sana. Kekacauan di dalam mansion menyurutkan keyakinan Fira jika mereka bisa selamat.
"Fira, apa maksudmu?"
"Mulai sekarang nama Anda adalah Fira. Dan saya Neva. Jangan pernah membongkar identitas Anda pada siapa pun." Fira menggenggam erat tangan Neva.
Suara tembakan yang disusul suara pintu didobrak pun tak memberi Neva waktu untuk mencerna ucapan Fira. Apalagi bertanya lebih jauh.
Fira memeluk Neva dengan lebih erat. Mendekap kepala gadis itu di bahunya. "Semua akan baik-baik saja, Fira," bisik Fira penuh penekanan agar Neva tak menyebutkan namanya nanti.
Brakk!
Pintu kamar mandi didobrak dari luar dan tubuh mereka diseret paksa untuk keluar.
Kejadian itu berlangsung sangat cepat hingga Neva tak bisa mengerti sama sekali dengan situasi saat ini.
Ia dimasukkan ke dalam mobil bersama pelayan lain dan tak lama mobil itu melaju meninggalkan mansion.
Fira tetap menggenggam jemari Neva, menyuruh gadis itu tetap diam apa pun yang terjadi.
Para pelayan juga tampak ketakutan karena mereka tak tahu bagaimana nasib mereka selanjutnya.
***
Genggaman di jemarinya membungkam Neva sampai seperti orang bisu.
Di depan matanya, Albert—ayahnya— disiksa dengan kedua tangan terikat di belakang kursi dan lebam di wajahnya benar-benar memperihatinkan.