Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Salsa menguap dan menutup rapat mulutnya dengan kedua tangannya saat seorang wanita paruh baya yang sering ia panggil dengan Umi membangunkannya untuk sahur bersama.
Sudah menjadi tradisi di awal ramadhan untuk melakukan sahur bersama di keluarga Salsa.
Salsa bergumam pelan saat Uminya terus menggoyang-goyang badannya agar cepat bangun. Namun, ia membalikan tubuhnya dan memeluk guling dengan erat.
"Salsa, ayo bangun! Yang lain udah pada nunggu. Nanti keburu subuh dulu loh," tegur Umi sambil terus berusaha membangunkan anak keduanya itu.
"Hmm 5 menit lagi, Mi. Ngantuk banget," gumam Salsa yang masih setia dengan posisinya.
"Makanya jangan begadang terus. Libur dulu ahh ngedrakornya!" peringat Umi kepada Salsa. Geram dengan kelakuan anaknya yang senang sekali nonton drama korea hingga larut malam.
Salsa tidak menggubris ucapan Uminya. Ia malah mendengkur dengar keras sambil menutup telinganya dengan guling.
"Umi tunggu di ruang makan, ya. Jangan sampe ngga bangun. Ini puasa pertama, Sal. Jangan males-malesan gitu ahh," tegur Umi sambil mengusap rambut Salsa pelan.
Ketika Umi sudah keluar dari kamar Salsa, barulah Salsa bangun dan duduk di tepi ranjang. Mengerjapkan matanya berkali-kali sambil mengumpulkan kesadarannya.
Ahh malas sekali harus bangun di jam sekarang, pikirnya. Biaasnya juga ia akan bangun pukul 05.30 pagi. Itu pun karena Uminya terus memaksa Salsa untuk bangun dan menunaikan solat subuh. kalau saja ia tidak punya Umi yang cerewet seperti itu, tentu saja Salsa akan terbuai dan kembali ke alam mimpi.
Salsa melangkah ke kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah itu ia bergegas menuju ruang makan dan bergabung bersama keluarganya.
"Wah anak Abi udah bangun," seru abi Salsa sambil tersenyum.
Sebenarnya terdapat nada ejekan dari ucapan Abinya tadi. Bagaimana tidak, anak perempuan itu umumnya akan sibuk membantu Uminya masak di dapur dan menyiapkan untuk sahur.
Salsa yang mendengar ucapan abinya hanya membalas senyum tanpa berkata apa-apa. Ia masih berusaha menormalkan dirinya. Rasa kantuk itu tidak juga hilang meskipun ia sudah mencuci muka.
Bang Farhan menarik hidung mancung Salsa pelan. Membuat si empunya terkejut dan berteriak.
"Ih abang, sakit tau! Bikin kaget aja," ketus Salsa yang mengusap hidungnya sendiri.
"Lagian merem terus. Masih kurang tidurnya?" ejek Farhan gemas melihat ekspresi adiknya.
"Masihlah, bang. Salsa tidur jam 2 tadi," protes Salsa sambil meletakkan kepalanya di atas meja makan.
"Ya ampun, Sal sampe segitunya kamu nonton oppa-oppa itu. Emang apa manfaatnya coba?" tanya bang Farhan.
"Ya adalah, bang. Abang gak tau aja sih ceritanya gimana. Pokoknya kereen bangeett," tutur Salsa dengan suara seraknya.
Farhan tidak melanjutkan perkataanya. Adiknya ini memang keras kepala jika sudah berhubungan dengan film kesayangannya. Sudah diperingatkan beberapa kali tapi Salsa tetap saja menontonnya bahkan sampai subuh.
"Sal, capcainya abang makan semua, ya. Kamu tidur terus sih," goda Farhan agar adiknya ini mau bangun.
Salsa memang sangat suka sekali dengan capcai. Jika sudah mendengar menu favoritnya, rasa kantuk seketika menghilang.
"Eh enak aja. Gak gak boleh!" ketus Salsa yang dengan spontan meraih piring berisi capcai.
Abi dan umi tersenyum melihat kelakuan kedua anaknya. Meskipun Farhan sudah berusia 26 tahun, tapi jika sudah menjaili Salsa, maka ia akan menjelma menjadi anak remaja kembali.
Farhan dan Salsa memiliki selisih usia 8 tahun. Farhan pikir, ia akan menjadi satu-satunya anak di keluarga pak Burhan. Tapi, ternyata Tuhan menghadiahkan satu malaikat lagi bagi keluarganya yang sangat cantik.
Farhan tidak pernah marah kepada Salsa. Apalagi saat dia tau jika Salsa memiliki penyakit magh, dia menjadi lebih over protective terhadap kesehatan dan pola makan Salsa.
Salsa yang diperlakukan seperti ini oleh abangnya kadang merasa tidak nyaman.